Prolog

26.2K 1.5K 44
                                    

"Cara mainnya nggak kayak gitu Mika!" Seru seorang anak laki-laki dengan nada marah. Bukan benar-benar marah, hanya saja ia merasa jengkel kepada seorang gadis cilik yang memakai gaun bewarna merah muda yang sedang memantulkan bola dengan cara yang salah. Melihat itu Miko menjadi gemas sendiri.

Dengan cepat dia langsung merebut bola itu dari tangan Mika. Gadis itu cemberut dan berjalan menuju ke sisi lapangan yang ada di komplek Graha Indah. Dia melemparkan sepatu flatnya ke sembarang arah lalu duduk di rerumputan yang ada di sana. Seakan-akan dia tidak perduli akan dress yang ia pakai kotor atau pun rusak.

"Terserah kamu aja!" Ketus Mika.

"Emang kamu mainnya salah! Kata Papa aku kalau main nggak kayak gitu." Anak laki-laki yang berumur 10 tahun itu berkomentar. "... tapi kayak gini mainnya. Ini namanya baru main basket." Dia memberikan contoh gerakan yang benar. Walaupun gerakan yang dicontohkan tidak selihai orang dewasa ketika memainkan bola basket, namun permainan Miko bisa dikatakan sudah cukup benar untuk anak usia 10 tahun.

"Tapi gak usah marah-marah sama aku! Aku nggak mau main lagi sama kamu kalau gitu!"

Mendengar kalimat itu membuat Miko spontan menghentikan kegiatannya. Dia langsung meletakkan bola itu di tengah lapangan dan ia langsung berlari menuju di mana Mika duduk. "Kamu kok ngomong gitu sih?" Tanya Miko sedih.

"Habis kamu jahat. Dari tadi cuma marah-marah terus sama aku. Padahal aku lebih milih nemenin kamu daripada dateng ke acara ulang tahun Keysha temen aku!" Ucapnya dengan menggemaskan.

"Yaudah maafin aku kalau gitu, emang kamu kalau dibilangin nggak pernah di dengerin." Bocah laki-laki itu tertawa.

"Tuhkan ngetawaain! Aku sebel sama kamu." Gadis itu semakin cemberut dan bersedekap dada. Dia begitu kesal dengan Miko yang membuatnya jengkel hari ini. Harusnya Miko tidak berlaku seperti itu, harusnya dia lebih sabar lagi mengajari dirinya.

Sebenarnya Miko sudah sangat sabar dan bahkan dia tidak pernah serius memarahi Mika hanya saja mungkin sifat perempuan yang baper tersebut sudah mendarah daging sejak dini jadi membuat Mika selalu menyalah-nyalahkan Miko.

"Yahh, jangan ngambek dong. Nanti aku beliin es krim deh," melas Miko.

Mendengar kata es krim membuat kedua bola mata Mika membulat, dia lalu berbalik badan untuk menatap sahabatnya itu dengan penuh harap. Sudah lama sekali ia tidak memakan es krim karena orang tuanya melarang keras Mika untuk memakan makanan itu. Terakhir saja Mika makan es krim waktu ia kelas 3 SD dan malamnya dia harus di rawat di rumah sakit karena sakit. Hal itu membuat Mika seakan-akan harus menjadi anak Mama yang manja, sehingga di sekolah banyak yang mengatainya anak Mama. Kecuali Miko. Justru dia seperti pahlawan yang selalu membela dan menolong Mika.

"Beneran?" Tanya Mika penuh harap.

Miko mengangguk, "iya. Tapi aku cuma bawa uang dua ribu. Kamu kan nggak boleh makan es krim sembarangan." Ucapnya.

"Terus gimana? Nggak jadi beliin aku es krim?" Tanya Mika.

"Jadi kok, nanti aku pulang dulu buat ambil uang."

"Kamu punya uang?" Tanya Mika polos.

Dengan tingkah imut, Miko menggeleng. Wajar saja anak umur 10 tahun belum punya uang sendiri. "Kamu tenang aja, nanti aku minta ke Mama aku. Uang Mama aku buanyaakkk banget kok. Nggak bakal habis kalau cuma beliin kamu es krim doang."

"Tapi nanti Mama kamu marah gimana?"

"Enggak bakal, yaudah kamu tunggu sini aku mau pulang dulu ya. Jagain bola basket aku jangan sampai hilang." Pesan Miko.

"Iya, Miko hati-hati ya." Balas Mika.

"Oke." Setelah itu, bocah laki-laki itu pergi dengan menggunakan sepedanya. Ia mengayuh dengan cepat untuk menuju ke rumah.

TOK! TOK! TOK!

"MIKO AYO BANGUN! UDAH HAMPIR JAM SETENGAH TUJUH!" Gedoran pintu sekaligus teriakan itu membuat seorang cowok yang masih tertidur langsung bangun dengan gelagapan.

Tidak tahu kenapa, mimpi yang baru saja Miko alami itu membuatnya terdiam. Dia tidak asing dengan nama Mika. Bahkan ia berusaha untuk mengingat-ingat siapakah Mika yang ada di dalam mimpinya tersebut.

Walaupun Miko tahu mimpi hanyalah bunga tidur, namun mimpinya kali ini seakan membuka sebuah kilasanya beberapa tahun lalu.

"MIKO!!" Teriakan Shania—-Mama Miko berhasil membuyarkan lamunannya.

"IYA MAH," dia tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Intinya hari ini dia harus segera pergi ke sekolah sebelum dia terlambat dan di hukum. Bonusnya, dia hari ini menjadi bisa bertemu dengan Danila—-pacarnya.












* * *

Jadi maaf ya semuanya aku baru bisa update dan maaf juga harus aku ganti alurnya karena menurutku cerita yang kemaren itu feelnya kurang ngena.

Semoga kalian suka pembaruan cerita Memoria ❤️

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 🥰

MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang