Ada yang menertawakan seorang wanita yang memiliki rasa takut pada satu jenis serangga. Katanya, wanita tersebut sudah beranjak dewasa dan tidak seharusnya wanita itu menjerit histeris ketika melihat ada serangga.
Orang-orang bisa tertawa namun mereka sama sekali tidak memahami alasan apa di balik rasa takut yang dimiliki wanita itu. Wanita itu mengidap katsaridaphobia sejak lama. Jika orang lain memahaminya, mungkin takkan ada yang menghujatnya.
Ada yang mengejek seorang pria karena sudah bertahun-tahun ia memilih untuk sendiri sejak kepergian istri tercintanya. Orang lain membicarakannya. Katanya, pria itu egois, tidak memikirkan anaknya yang butuh keberadaan seorang ibu pada usianya yang masih belia.
Ya, orang-orang bisa berkata semaunya namun mereka sama sekali tidak memahami alasan apa di balik keputusan pria tersebut. Ia belum siap mencari pendamping baru karena ia masih merasa sangat kehilangan. Terlebih ia masih mencintai istrinya. Tak ada yang bisa mengerti perasaannya.
Ada yang menertawakan seorang siswa yang sulit berbicara di depan kelas. Ada yang mencaci seorang lelaki yang selalu menyendiri setelah bel istirahat berbunyi. Ada yang membicarakan seorang ibu yang selalu pulang kerja larut malam.
Orang-orang yang menertawakan, membicarakan di belakang, bahkan menyebarkan sesuatu yang hanya menjadi sebuah dugaan, sesungguhnya merekalah yang ditertawakan oleh dunia. Mengapa? Dunia tertawa melihat kebodohan mereka dalam menilai seseorang, yang mana mereka hanya bisa menghakimi tanpa ingin mengetahui alasan apa di balik semua tindakan dan sikap seseorang.
Pesanku satu, janganlah takut mendengar perkataan orang lain. Manusia memang sering menilai dan berkata semaunya. Namun ingatlah bahwa hanya dirimu yang tahu alasan di balik semua sikap dan tindakanmu.