Senin Yang Tak pantas Dilupain

19 2 0
                                    

Senin ini adalah tanggal 6 januari 2014.

Senin ini adalah awalku masuk sekolah setelah tragedi hari sabtu telah berlalu.

Bel Istirahat berbunyi, hal ini membuat seluruh siswa dengan naluri segera ingin mengisi perut mereka yang berisik dikantin.

Saat itu aku tak terlalu terburu-buru, mungkin masih ada sisa sarapan pagi yang tak ingin kuhabiskan hanya karena berdesakkan di kantin, aku memilih untuk pergi ketika sepi.

Saat aku berjalan sendiri ingin menuruni anak tangga, terdengar dari telinga ada yang memanggil nama lia.

Aku sangat mengenal suara itu,
Suara yang kerap sekali dengan iseng memanggil namaku, Ternyata benar itu suara ka Tian.
Apa yang berbeda ya? Jantungku masih seperti biasanya berdegub kencang saat melihatnya, hatiku masih sangat senang dia memanggil namaku, mulutku masih sering membisu ketika kita bertemu.

"Liaaaa!"
"Iya ka?"
"Kok tumben mukanya merah gitu?"

Ternyata baru kali ini mukaku mendadak menjadi merah, saat dia meledekku seperti itu. Aku hanya bisa menunduk tersenyum malu.

Tiba" ia merebut tangan kananku, aku amat terkejut kala itu.

Ku kira ia ingin menggandengku, ternyata ia memberikan sesuatu dengan mengatakan lia baca ya sambil pergi meninggalkanku.

Aku menerima pemberian dia dengan terus memastikan keadaan sekitarku kala itu, aku khawatir ada yang melihat kejadian itu.

Hmmm ternyata benar ada satu teman kelasku yang melihat kejadian itu. Seketika ia menghampiri ku dan berkata

"Ciee dikasih apa lia?"
"Apasih za, kepo aja."
"Apatuh? Apa?"
"Bukan apa-apa. Eh za, jangan sampe ada yang tahu ya"
"Siap"

Aku terus menjaga rahasia tragedi hari sabtu itu.

Aku berlari dilorong depan kelas, mencari tempat yang aman agar dapat membaca isi kertas yang ka tian berikan. Ketika aku sudah menemukan pojok lorong dengan tertutup tembok, kumulai membuka lembaran kertas yang pertama.

Tiba-tiba ada sosok yang mengagetkanku.

"Door lia!!"
"Haduhh dila, ngapain si ngagetin?"
"Justru gua yg harusnya nanya, ngapain sih lu disini."
"Kepolu ah!"
"Apaan ni? Cie dapet surat lu ya?"
"Sttt diem, Mending baca sini sama gua."
"Asiiiikkkk. Dari siapani?"
"Ka tian."
"Eh seriusan lu? Bneran? Ihh kobisa?"
"Ini bisa"

Lembar demi lembar kubaca isi surat itu bersama dila, entah apa yang membuat kita tersenyum-senyum saat membaca surat dari ka tian. Ditambah dengan tingkah resw dila yang membaca sambil meledekku.

Senin ku belum berakhir sampai situ.

Saat bel pulang berbunyi. Di lantai satu ada yang menungguku.

Aku berjalan melewati tengah lapangan dan sosok ini menghampiriku. Ia dengan berani berjalan disampingku, tingkah ku masih sama, aku amatlah kaku.

"Heii lia, pulang sama siapa?"
"ini ka, sama Nia dan Ayu."

Nia da Ayu adalah temanku dari SD. Tapi mereka belum tahu tentang aku dan ka tian dan mereka kebingungan saat aku dihampiri ka tian, mereka senyum" sambil menduga" dan memberi jarak saat jalan, seakan membiarkan aku jalan berdampingan bersama ka tian.

"Ka, ko lu nyamperin gua begini si? Jalan sama gua?"
"Emangnya kenapa?"
"Kata lu jangan sampe ad yang tahu."
"Sayang, aku kan bilang biar pada tahu sendiri. Pasti nanti semua akan mengerti dengan ini."
"Ihh apasihlu ka,gua malu."
"Gausa malu ada aku. Hehe"

Aku hanya bisa membalas kata-kata itu dengan senyumanku. Dan setelah itu, Nia dan Ayu mengintrogasiku. Aku hanya menjawab seperti ka tian, nanti kalian pasti nebgerti.

Senin ini adalah senin yang benar" membuatku berbinar-binar.

Senin ini adalah senin yang tak pernah kuduga.

Senin ini membuatku banyak mengeluarkan tenaga untuk menjaga rahasia.

Tapi, senin ini adalah hari yang
Nyenengin. Hehe


The Little CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang