Ricuh-ricuh terdengar dalam suatu kelas. Seorang guru yang berdiri di depan sana tampak terdiam seraya merunduk membaca kertas yang ada di tangannya. Menunggu perwakilan kelas yang tadi disuruhnya untuk membagian tumpukan kertas dengan isi yang sama.
"Sudah?" Guru itu berbalik. Kini menghadap papan tulis. Nampaknya akan menjelaskan sesuatu. Murid yang tampak ribut pun dibuat fokus ke depan.
Sebuah kata 'kelompok' tertulis dalam papan sana.
"Sudah jelas, bahwa tiga hari lagi kita akan melakukan Pelatihan Kepemimpinan untuk murid kelas dua. Perlengkapan dan informasi lebih jelasnya tercatat lengkap dalam surat yang kalian pegang."
[Full name] merunduk. Menelusur kembali kalimat dalam kertas yang digenggamnya tersebut.
"Dan sekarang, sebaiknya kita tentukan orang untuk membentuk kelompok," ucap guru itu lagi. Dia membuat beberapa garis dalam papan tulis, "kelompoknya tentukan saja sendiri, terdiri dari lima orang." Lanjutnya. Tampak tak mau repot mengatur tim.
Murid di sana bersorak. Kericuhan pun terjadi kembali. Saling menghampiri, saling menelusur. Sebuah tim terdiri dari lima orang sudah di dapatkan oleh beberapa dari mereka.
"Tim ini masih kosong berapa?"
Dua sosok perempuan datang. Miya Atsumu memandang, kemudian berpindah ke Suna Rintarou di sebelahnya. Sementara Miya Osamu yang juga di sana hanya menatap tanpa ekspresi.
"Boleh! Kebetulan kurang dua," Atsumu yang menjawab. Direspon oleh kedua perempuan itu dengan senyum senang.
Kini tim Atsumu telah lengkap lima orang. Dengan tiga laki-laki dan dua perempuan. Dengan itu, Miya berhelai pirang tersebut menyuruh Suna untuk menulis daftar timnya.
Osamu hanya memandang itu malas. Akhirnya memilih untuk memindahkan atensi.
Sosok perempuan didapatinya. Tengah bercelinguk seraya bertopang dagu menatap asal ke sembarang arah. Dengan itu kakinya tiba-tiba memulai langkah. Mendekati sang gadis.
"Kamu udah dapet kelompok?"
[Full name] mengerjap. Agak terkaget ia tiba-tiba dihampiri dan ditanya. Dengan sebuah gelengan gadis itu menjawab.
"Bagus," ucap sang pemuda. Membuat tanda tanya dalam diri [name].
Osamu membalik badan, memanggil Atsumu di sana, "Tsumu, tuker aku sama [full name]."
Tentu saja [name] melongo.
Suna, kedua perempuan di sana, dan Atsumu kini memandang [name]. Berbeda dari tiga orang lain, kalau dilihat lebih jelas--Atsumu menampilkan tatapan yang sulit diartikan.
"Oke," jawab Miya pirang ke orange-an itu. Langsung menyuruh Suna untuk mengganti tulisannya.
[Name] baru bereaksi setelah beberapa lama, "kenapa, kok--"
"Ennoshita, tim-mu kosong? Aku masuk,"
Namun Osamu berlalu. Memotong ucapan [name] begitu saja. Meninggalkan gadis itu tanpa penjelasan.
[Name] memandangi heran pemuda berhelai kelam tersebut. Walau dalam akalnya ia sadar, alasan Osamu melakukan hal tersebut.
-; ebb and flow ;-
"Atsumu!"
Tubuh yang bergerak itu terhenti. Punggungnya berbalik, kini menampilkan baju bagian depan yang dua kancing atasnya terbuka.
[Full name] langsung berjalan cepat, menghampiri sosok yang dipanggilnya.
"Aku pikir kamu mau beli persiapan--jadi aku mau bantu..." ucap [name] tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ebb and flow » osamu miya.
FanfictionAtsumu Miya x Reader x Osamu Miya "Aku bantuin kamu deket sama dia. tapi ada syaratnya," berikutnya pemuda itu mengeluarkan dua buah toples. -; ebb and flow ;- (n.) Pasang surut sebuah perasaan. kuat seperti karang, atau dapat runtuh bak istana pas...