mulmed di atas boleh diputar untuk menambah tekanan suasana.
Miya Osamu tidur mengampar di lantai ruang televisinya. Kepalanya bersandar pada sofa. Layar besar di hadapannya menyala saja walau terabaikan. Sebab salah satu lengannya terangkat menutup kedua manik.
Dan pikirannya terus berbisik.
Mengalahkan volume televisi yang sedang dinyalakannya.
Pembicaraannya dengan [full name] waktu lalu jadi terus melekat dalam pikirannya.
Hinata Shouyo yang sudah ia sakiti.
Ucapan [name] yang mengklaim bahwa dirinya dan gadis itu sama-sama egois demi orang tercinta.
Kemudian--tentang hal itu pula.
"...aku akan mengutarakannya, saat toples yang berisi perasaanku pada Atsumu sudah penuh."
Memang sudah terisi sampai mana sekarang? Osamu menanyakan itu dengan frustasi dalam hatinya.
Dia tau [full name] itu punya dua toples. Satunya diperuntukkan untuk perjanjian 'toples' mereka, satunya lagi sengaja gadis itu buat untuk mengutarakan seberapa banyak hal yang ia sukai dari Atsumu Miya walau laki-laki itu telah menyakitinya pun.
Tapi Osamu tidak tau sudah terisi sampai mana toples untuk Atsumu itu. Dia sejenak tidak mempedulikan toples untuknya yang disebut masih kosong itu. Sebab, hal tentang kapan [name] akan mengutarakan perasaan jauh lebih terpikirkan sekarang.
Walau semakin cepat itu bagus. Namun Osamu sendiri sejujurnya yang belum siap. Dia memang telah mencoba menguburkan perasaannya, namun melihat hasil nanti, rasanya ia juga belum siap.
Miya Osamu sedari dulu telah memperhatikan [full name]. Disebutkan bahwa laki-laki ini bahkan telah jauh lebih dulu suka memantapkan atensi pada si gadis sebelum [name] memantapkan atensi pula pada kembarannya.
Dulu, kala ia menyendiri saat jam istirahat, Osamu sering sekali melihat [name] yang mendapat pernyataan cinta. Sebut saja laki-laki itu jadi tak sengaja menguping, sebab entah kenapa, tempatnya menyendiri sering sekali sama dengan tempat pengutaraan perasaan itu.
Namun sesering itu juga ia terus mendapati bahwa [name] selalu menggeleng, menepiskan kepalanya pada perasaan yang diperuntukkan untuk gadis itu.
Sejak itu pula Osamu selalu merasa penasaran kenapa [name] menolak perasaan itu semua. Tebaknya, pasti ada orang yang lebih dulu disukai gadis itu.
Hingga akhirnya terbukti benar saat ia bisa mendengar dengan sangat jelas alasan penolakan tersebut diam-diam.
Namun, ia tak akan pernah menyangka. Bahwa gadis yang diperhatikannya selama ini menyimpan rasa yang begitu kuat pada kembarannya sendiri, hingga tak bisa tertepis perasaan lain.
Dari situ ia merasa miris. Atsumu Miya memang selalu sering tertangkap atensi. Kembarannya begitu cerah, bagai terik matahari yang membias di tengah lautan.
Sementara ia selalu nampak samar.
Osamu makin memperhatikan [name] sejak ia tau kenyataannya. Sejak itu pula semua tindakan gadis itu terasa sangat terbaca bagi Osamu. Namun sayangnya waktu itu, [full name] belum mendapatkan atensi kembarannya tersebut.
Dia menyadari, pasti bagi orang lain akan terasa sangat sulit untuk masuk ke dalam hati [name]. Bagai menutupnya, gadis itu selalu saja tak mau memberikannya untuk orang lain.
Dan hal itu entah kenapa menjadi sebuah cermin yang sama bagi Atsumu Miya. Iya. Kembarannya.
[Full name] punya cinta yang kuat pada Miya pirang itu.
Atsumu sendiri punya juga sebuah cinta kuat yang belum sama sekali tertepis sejak hampir dua tahun yang lalu.
Pada gadis yang kini entah sedang berada di mana.
Kekasih Atsumu sejak sekolah menengah pertama.
Osamu selalu merasa sedih setiap kali melihat Atsumu memandangi foto mereka bersama gadis itu di kamarnya. Sebagai kembaran, entah kenapa Osamu jadi bisa merasakan sengatan rasa rindu yang sedang Atsumu tahan.
Sebab, mereka berpisah pun tanpa meninggalkan status yang jelas.
Di tengah hubungan, di tengah menggolaknya perasaan Atsumu, tiba-tiba saja gadis itu pergi tanpa meninggalkan kabar.
Bahkan tanpa menjelaskan status.
Apakah mereka sudah berakhir, atau masih terjalin.
Miya Atsumu memang dikenal suka ganti-ganti teman jalan. Tapi orang-orang yang memandang hal itu, sama sekali tak akan menyangka bahwa Atsumu adalah orang yang begitu setia.
Yang ditinggalkan kekasihnya tanpa kabar pun masih saja tetap mencintai dan selalu menunggunya.
Atsumu sering bilang. Dan Osamu sudah tau pula apa yang Atsumu itu pegang.
"Dia tidak mengatakan apapun. Jadi hubungan kami belum putus. Dan aku akan tetap menunggunya."
Osamu tentu merasa jadi frustasi.
Di sisi lain [name] pun mengucapkan itu untuk Atsumu.
Tapi Atsumu juga telah lama memegang hal itu untuk kekasihnya.
Osamu hanya takut. Kalau Atsumu masih belum bisa dirubah bahkan dengan perasaan kuat milik [full name].
Itu artinya, berikutnya ia akan melihat [name] yang benar-benar tersakiti. Sama seperti dua orang lainnya.
Rasanya semua belitan benang takdir ini semakin rumit untuk diurai.
Dalam hal ini, semua pemain benar-benar bisa tersakiti sendiri.
Kinoshita.
Hinata.
Dirinya.
[Full name].
Belum lagi Atsumu kalau-kalau ternyata takdir tak mengharapkan Miya pirang itu untuk terus bersama kekasihnya.
Belitan takdir ini, bisa diurai kala ujung benang bisa ditemukan.
Namun sebelum takdir berbelit, pun, Sang Ujung Benang belum sama sekali menampakkan diri.
Meremat rambutnya gusar, Osamu kini tatap langit-langit ruangan.
Dengan pikiran yang rumit, pemuda itu juga terjebak bingung.
Bagaimana ia bisa menjelaskan hal tentang Atsumu yang satu ini?
Alasan kenapa Miya Atsumu tak layak diperjuangkan oleh gadis lain.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ebb and flow » osamu miya.
FanficAtsumu Miya x Reader x Osamu Miya "Aku bantuin kamu deket sama dia. tapi ada syaratnya," berikutnya pemuda itu mengeluarkan dua buah toples. -; ebb and flow ;- (n.) Pasang surut sebuah perasaan. kuat seperti karang, atau dapat runtuh bak istana pas...