"Kau suka ikan?"
Seraya memakai apronnya, Atsumu melontarkan pertanyaan. Kepada siapa lagi? Mengingat satu-satunya lawan bicara hanyalah seorang gadis yang masih berdiri di belakangnya tersebut.
"Suka," [full name] menjawab. Dilihatnya kemudian Atsumu yang membuka kulkas. Menampilkan cukup banyak ikan-ikan mentah di dalam sana.
"Osamu suka bermain di pantai, kadang membantu nelayan. Jadi kami selalu dapat ikan gratis," itu ucap sang tuan rumah. Menjelaskan, bahkan sebelum si tamu bertanya. Pemuda itu mengambil satu ekor ikan, lalu dibawakannya ke atas wastafel.
[Name] mengangguk, "tidak apa. Aku juga sering memakan ikan, kok," katanya masih mengikuti gerak Atsumu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk turun tangan ikut membantu, "ah, biar aku aja yang membersihkan ikannya."
"Kau bisa?"
"Aku cewek, masa gak bisa?"
Atsumu terkekeh, "kali aja kamu takut ikan." Dia akhirnya menyerahkan bagian itu. Lalu berbalik menuju suatu arah. Mengambil sesuatu yang menggantung di sana.
[Name] di depan wastafel mulai mengerjakan pekerjaannya. Namun sebelum lebih jauh, Atsumu yang kembali pun, menjedanya. Menarik pergelangan [name], menyuruh tubuh itu agar menghadapnya sejenak.
Dengan itu pemuda tersebut mengalungkan tali apron ke leher sang gadis.
"Nanti bajumu bau amis," katanya, detik berikutnya ia mempertipis jaraknya dengan [full name], melingkarkan kedua tangannya ke sisi pinggang gadis tersebut. Hanya untuk mengikat tali apronnya.
Atsumu menarik diri, kemudian memandangi pemandangan itu sesudahnya. Dengan jahil ia menyeletuk, "wah, persis ibu muda."
Tentu saja [name] sukses dibuat salah tingkah. Dia kembali berbalik ke depan wastafel. Berikutnya jadi memekik kala melihat satu ekor ikan di sana.
"Loh kenapa, kok kaget? Katanya gak takut ikan," Atsumu tertawa geli melihat tingkah gadis tersebut, "[name], memangnya kau pikir kau akan mencuci piring?"
[Name] merutuk dalam hati. Semburat merah dan salah tingkahnya menjadi kacau tak tertutupi sama sekali.
Masih memandangi gadis di sampingnya dengan senyum geli, Atsumu berucap, "hehe, saltingmu lucu."
Kedua remaja itu tak menyadari, bahwa Osamu di pintu sana yang hendak mencuci tangan, sampai membatalkan niatnya lantaran melihat pemandangan tersebut.
-; ebb and flow ;-
Beberapa waktu telah terlewati dalam suasana rumah dua pemuda remaja. Entah kenapa, [name] merasa nyaman berada di sini. Mungkin sebab sang pemilik rumah adalah teman sekelasnya sendiri. Jadi tak ada canggung berlebih saat menghabiskan waktu di sana.
Makan malam telah mereka habiskan beberapa waktu lalu. Atsumu dengan sengaja menyisihkan piring kotor di sisi meja. Sementara kini dirinya sedang berkutat dengan buku-buku pelajarannya bersama [name]. Iya. Mereka mengerjakan tugas yang baru saja diberikan tadi siang. Terlihat rajin, kan?
Walau sebenarnya tidak semurni itu, sih.
Coba sudutkan yang mengajak alias Miya Atsumu. Kenapa pemuda itu bisa serajin ini padahal setiap hari kerjaannya hanya menongkrong di tempat karoke bersama teman-temannya?
Hanya Osamu, lah, yang mengerti hal itu bahkan dari awal-awal bau mencurigakan itu tercium. Dia sendiri sudah cukup sering melihat Atsumu seperti ini.
Membawa perempuan ke dalam rumah.
Namun berbeda kondisi seperti biasanya, hari ini Miya Osamu ikut menimbrung kedua remaja tersebut di ruang televisi. Iya. Biasanya dia akan pergi kabur ke luar rumah membawa Gin. Memilih untuk bermain di pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ebb and flow » osamu miya.
Hayran KurguAtsumu Miya x Reader x Osamu Miya "Aku bantuin kamu deket sama dia. tapi ada syaratnya," berikutnya pemuda itu mengeluarkan dua buah toples. -; ebb and flow ;- (n.) Pasang surut sebuah perasaan. kuat seperti karang, atau dapat runtuh bak istana pas...