"Ini adalah awal dari pertemuan kita, yang mungkin cuma berharga buatku bukan buatmu"
****Naira duduk termenung dibalkon kamarnya, pikirannya sibuk menerawang kejadian pahit masa lalu dibawah langit senja kala itu.
Lamunannya buyar tak kala Ara sahabat barunya nyelonong masuk kekamarnya, mereka memang sudah akrab beberapa hari ini, seakan dulu mereka pernah bersama namun harus berpisah.
"Eh nyet lu ngapain ngelamun disono, kesambet baru tau rasa lu" ujar Ara merebut toples kue kering yang Naira bawa.
"Njer ngagetin aja lu upil unta"
"Lo mikirin apasih? Gue panggil-panggil ga nyaut - nyaut dari tadi. Yaudah gue nylonong masuk aja. Mau cerita? Cerita aja mungkin gue bisa bantu. Kalau belum siap juga gpp, gue tunggu lo siap" ujar Ara sambil memasukkan beberapa kue kering kedalam mulutnya.
"Gue gpp cuma kepikiran aja kenapa bola bentuknya bulat" jawab Naira seenaknya.
"Kurang kerjaan banget lu" jawab Ara yang sebenarnya tau bukan itu yang mengganggu pikiran teman barunya itu.
Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol ria ala cewek kalau sedang ngumpul. Malam itu berjalan begitu cepat, tak lama Ara memutuskan untuk pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
"Nyet gue pulang dulu yes. Hati-hati" pamit Ara yang dibalas tonyoran dikepalanya.
"Gila lu. Yang harusnya bilang hati hati tuh gue. Idiot memang"
"Serah guelah, mulut mulut gue juga"
"Serah situ dah. Pulang sono, dicariin maklu baru tau rasa lo"
Ara ngacir lari keluar dari kamar Naira, tak sengaja ia menatap Arsyad yang sedang menatapnya. Ara yang sedang ditatap seperti itu membuatnya salting tak karuan.
"Eh Kak Arsyad apa kabar? saya pamit pulang dulu ya Kak. Udah malem takut dicariin mama"
"Ya" jawab Arsyad singkat.
Gadis itu mulai melangkahkan kakinya menjauhi rumah mewah milik keluarga Naira.
*********
"Nai mau bareng abang ga?" tanya Arsyad ketika ia melihat adiknya tengah bersiap menuju ke sekolah."Lo udah ga marah lagi sama gue"
"Mana bisa gue marah lama lama sama my little princess hm?" jawab Arsyad sambil mengacak rambut Naira pelan.
"Ih bang sad rambut gue rusak. Susah gue ngerapiinnya" Naira mengerucutkan bibir mungilnya dan meninggalkan Arsyad begitu saja.
"Eh kunyuk tungguin" ujar Arsyad sambil berlari mengejar Naira.
Arsyad melajukan motornya dengan kecepatan sedang, kebetulan jalanan masih lengang sehingga ia dan Naira dapat menikmati udara pagi yang sedikit tercemar oleh kendaraan bermotor. Tak lama Arsyad dan Naira sampai disekolah dan menjadi pusat perhatian. Meski banyak yang mengetahui hubungan keduanya, masih juga banyak yang cemburu dan membuat kegaduhan untuk merebutkan Arsyad.
"Lo entar pulang diantar sama Dimas" ucap Arsyad ketika turun dari motor.
"Siapa lagi itu? Kenapa ga lo aja yang nganterin gue?"
"Cowok yang nganterin lo kemarin, dia temen gue. Entar gue ada acara"
"Acara sama pacar lo"
"Nah itu lo tahu" jawab Arsyad cengingisan.
Naira kesal dan menghentakkan kaki lalu berlalu begitu saja dari hadapan Arsyad abang sok gantengnya. Nyatanya Arsyad belum bisa berubah dari kebiasaan buruknya nyakitin cewek.
"Lo kenapa?" tanya Ara ketika Naira sampai dikelas.
"Pengen makan orang"
"Ye lo mah ditanya bener bener jawabnya gitu"
"Bcd lo" jawab Naira yang tidak mood untuk berdebat.
********
Untuk mengakhiri Mos, ada beberapa kegiatan yang wajib diikuti salah satunya seminar. Lagi-lagi Naira hanya mampu mendengus sebal ketika harus mendengarkan celotehan yang menurutnya unfaedah itu. Beberapa kali ia tertangkap basah sedang menguap membuat Ara yang disampingnya ingin mengguyur wajah Naira dengan air mineral disebelahnya."Lo diperhatiin" ucap Ara tiba-tiba yang membuat Naira mengangkat satu alisnya heran seakan bertanya siapa dan dijawab tunjukan dagu oleh Ara, otomatis Naira mengikuti arah dagu tersebut dan mengarah pada cowok tembok yang membuat Naira bingung.
"Kenapa dia ngelihatin gue? ada yang salah sama dandanan gue?" tanya Naira bingung.
"Itu yang tengah sebelah kanan kenapa ngobrol sendiri" ucap kakak kakak osis yang diketahui namanya Nia.
"Kalian berdua maju kedepan" perintahnya.
Naira dan Ara tak sadar jika seminarnya telah usai dan sudah berganti dengan acara baru. Naira yang sadar telah menjadi pusat perhatian hanya diam seakan semuanya bakal baik baik saja. Dengan santainya kedua teman tersebut berjalan santai melewati beberapa orang yang menatapnya iba.
Tak lama ia dan Ara telah sampai dipanggung, Arsyad sedang menatap adiknya tajam dan dibalas lebih tajam oleh Naira seakan meminta bantuan untuk dibebaskan."Sesuai dengan perjanjian kita diawal tadi, yang ramai atau membuat gaduh harus diberi hukuman. Enaknya kita beri hukuman apa ya?" tanya Nia pada siswa siswi didepannya dan beberapa teman osis lainnya.
"Suruh nyanyi aja kak atau kalau ga suruh nyatain cinta kek kakak osis yang mereka pilih" ujar salah satu teman Nia.
"Ide bagus. Oke buat kamu, kamu nyanyi dan kamu tembak Kak Dimas" ujar Nia pada kedua sahabat yang sial itu. Sialnya Naira harus menembak Dimas didepan semua siswa yang ada disini, Arsyad yang melihatnya hanya mampu menahan tawa.
Wajah pias Naira begitu kentara tatkala sorakan bergemuruh didalam gedung aula sekolahnya. Naira yang merasa dikerjai oleh teman kakaknya merasa geram setengah mati. Dimas cowok itu seakan tidak terjadi apa-apa, dia tenang tenang saja dikala Naira gugup setengah mati. Ia merasa hukumannya tak adil, Ara sudah selesai bernyanyi beberapa detik yang lalu, sekarang gilirannya menjalani hukuman.
"Ayo cepetan jangan buang buang waktu" ucap Nia tak sabaran
"Kak Dim ma s gu gue eh kamu mau ga jadi pacar aku" ujar Naira gelagapan, ia yakin pipinya pasti sudah merona.
Ia tidak tau kenapa membuatnya begitu gugup ketika berhadapan dengan Dimas, jantungnya juga bekerja abnormal. Ia takut itu terulang kembali, Naira cemas wajahnya pucat pasih tak lama ia kehilangan kesadarannya yang membuat semua orang disitu panik tak terkecuali Arsyad, ketika ia akan menggendong adiknya sudah didahului oleh Dimas. Dimas berlari meninggalkan aula menuju uks dan membiarkan tatapan tatapan aneh menyerbunya.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
D.I.M.A.S
Teen FictionMenurut sebagian orang senja itu indah dan penuh makna. Namun tidak untuk Naira- gadis cantik yang benci akan senja. Mengingatkan ia akan pedihnya masa lalu, yang membuatnya sedikit enggan menatap keindahan senja. "Kamu tahu kenapa aku benci senja?"...