-I feel that after all these feelings, I have finally found my soul mate-
Ban motor melaju menerobos keramaian jalanan. Waktu hampir menunjukkan pukul 07.00. Kalau saja bukan karena insiden tadi malam, ia tidak akan tidur selarut itu. Lelaki berlesung itu dengan cepat menaiki anak tangga, namun dewi fortuna tidak berada di pihaknya. Pintu ruang kelas, tertutup rapat yang berarti ia tidak diperbolehkan mengikuti ulangan hari ini.
Ia mendecak. "Sial!"
Disisi lain gadis dengan rambut panjang sepinggang sibuk menyelipkan anak rambutnya selagi mengambil beberapa gambar untuk dokumentasi acara mading di gedung berlantai 2 tersebut. Sebelum akhirnya, gadis berambut sebahu memanggil namanya dengan suara di atas rata rata.
"Alice!" Gadis yang dipanggil menoleh.
"Kenapa Sa?"
"Masuk kuy! Panas diluar" ujarnya selagi mengibaskan tangannya.
Gadis yang diajak hanya tersenyum kecil dan mengangguk.
Dari dalam jendela Aula, Alice bisa melihat setidaknya koridor lantai dua dan lapangan basket. Terlihat sepi, sangat jelas. Karena saat ini masih dalam jam pelajaran, dan ia sedang dispen selaku ekskul fotografi yang ditugaskan memotret beberapa moment saat acara berlangsung.
Lelaki yang diduganya kakak kelas karena warna celananya yang mulai pudar, terdiam di salah satu bangku sambil menatap lurus ke arah ring basket. Perlahan mengambil bola basket yang terkapar dipinggir lapangan, lalu mulai memasukkan beberapa bola.
Hanya berlangsung beberapa menit, sebelum akhirnya salah seorang guru menjewer telinganya. Laki-laki itu hanya berkomat kamit, hingga akhirnya jeweran telinganya dilepas. Dan laki laki itu berlalu, pergi. Hilang dari pandangannya.
🍁
Alan tersentak ketika pundaknya di rangkul oleh kedua berandal kesayangannya Bryan dan Dicky.
"anjing!"
Bryan tertawa. "Sans bro"
"Telat lagi ? Mampus, ujian sendiri!" Dicky tak kalah mencibir.
"Bacot, Wibowo"
clek
Pintu rooftoop terbuka, menampilkan gadis dengan rambut terurai sepinggang dengan gantungan kamera di lehernya. Gadis itu seketika terdiam ketika melihat 3 cowok, dengan 2 dari ketiganya tersenyum kecil. Sedangkan yang satunya mengalihkan pandangannya.
Gadis itu masih terdiam, hingga akhirnya seruan tertuju padanya. "Woy dek, sini-sini!"
'Gue ?' batinnya
Alice mendongak. "Ha? Saya, kak ?" Tanyanya menunjuk dirinya.
"Bukan, Pak Kadran! Ya elo lah!"
Gadis yang ditunjuk hanya tersenyum kikuk, lalu segera menuju 3 kakak kelasnya tersebut. "Ada apa ya, Kak ?"
"Fotoin gue! Yang bagus ya." Perintah Dicky, lalu berpose.
Bryan menarik Alan, lelaki tersebut hanya mendengus lalu ikut berpose dengan gaya seadanya.
Alice bersiap membidik kameranya, mengatur titik fokus pada tiga orang yang akan ia abadikan gambarnya.
'Sial, ganteng!' batinnya.
"1..2..3.. sip!"
"Lagi!"
Alice tersenyum memandang hasil jepretan nya. Lalu menuju 3 kakak kelasnya. "Mau dikirim lewat apa kak ?"
"Line aja"
Alice mengangguk. "ID Line nya apa kak ?"
"Cieee modus yaa? ah jadi malu gue." Bryan menaik-turunkan alisnya.
Alice mendelik. "Jijik tau kak"
"Behahahahahaha Solihun ditolak!" Teriak Dicky kocak.
Tanpa disadari, Alan mengulum senyumnya.
Solihun ? batin Alice menahan tawanya.
TBC
Terima kasih telah membaca !
🍁
04 Desember 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
STONE
Teen FictionAlan yang suka mengganggu. Alice yang tentu saja tidak suka diganggu. Udah saling melengkapi, belom ?