Selamat membaca !
Tok tok tok
"Kak Vitto..!" Panggil gadis dengan rambut panjang sebahu itu.
Lagi-lagi panggilannya tak digubris, dengan berani gadis itu memasuki kelas 12 IPS 2 yang sangat ramai tersebut. Terlihat beberapa anak sedang menikmati jam kosong mereka, mungkin ?
Ia menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Ada yang sedang memainkan ponsel mereka, selfie, menulis nama di papan tulis, tidur, dan ada juga yang berpacaran. Oke, mungkin yang terakhir tidak terdengar enak pada telinga-telinga jomblo, termasuk dirinya. Dilihatnya 3 orang kakak kelas yang beberapa hari lalu ia potret.
"Eh, lo kan ? si Aice ? Thanks ya fotonya, bagus gue suka. Ya....karena gue ganteng sih." Bryan mengibaskan tangannya.
Alice tersenyum masam, bagaimana bisa namanya diubah menjadi salah satu merk ice cream?!
"Alice, kak!" protesnya.
"Iya iya, galak banget sih adek emesh. Inget gue kan ?"
"Kakak Solihun, bukan ?" Sontak kelas yang awalnya didominasi suara bising menjadi penuh gelak tawa, tak terkecuali Ivanka yang langsung bangun dari tidurnya. "Gue suka gaya lo!" Teriak Ivanka.
Alice menggigit bibir bawahnya, mana ia tahu kalau nama 'solihun' itu adalah ejekan. "Kan udah gue bilang, nama gue Bryan, adek cantik"
"Modus, tai!" Ucap kakak kelas bernama Alexander Samthone tersebut, kemudian menepis kepala Bryan.
"Sini dek, nanya nanya sama gue aja. G r a t i s" tawarnya seraya mengedipkan sebelah mata.
Sudah gila, batin Alice.
"Mau nyari kak Vitto, mau nyerahin file foto." Ujarnya agar ia bisa cepat keluar dari kelas yang tak waras ini.
"Yaudah, sini kasi gue." Tawarnya.
"Makasi, kak."
"Hati-hati di jalan, Aice!"
Alice membalik tubuhnya, laku memicingkan matanya. "Alice!!!"
🍁
Line!
Alice membuka handphonenya lalu melihat beberapa pesan masuk.
Kak Vitto
Lice, udah gue terima file nya.
Alice
Iya, kak. Makasih
Kak Vitto
Ohiya, gue mau minta tolong perihal acara PGRI, boleh ?
Alice
Kenapa, kak ?
Kak Vitto
Lo besok jadi dokumentasi, soalnya yang lain pada gak bisa.
Alice
Loh, bukannya di rapum kemarin udah fix ya ?
Kak Vitto
Pada berubah fikiran, katanya. Mereka pada mau fokus liatin konser katanya.
What the hell ?!! Difikir gue gak mau nonton konser apa?! Ssh-- Batinnya, hampir saja memaki seniornya itu, namun diurungkannya, ketika ia sadar, Sasa baru saja memberitahunya. Beberapa waktu lalu, tetangga dirumah Sasa meninggal, namun mulut jenazahnya sulit ditutup, diduga karena semasa hidupnya sering menyumpahi orang. Memikirkannya membuat Alice takut sendiri.
Dengan terpaksa, gadis itu menyetujui permintaan Vitto. Demi menjaga image pada seniornya itu.
"Kesel gue, Saa!" Teriak Alice di telinga Sasa gemas, sesaat ia mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Sasa"
"Lo kenapa sih!!" Teriak Sasa tak kalah keras.
"Gue kesel!!!" Alice menyahuti dengan teriakan.
"Iya gue tau lo kesel!! tapi kesel sama siapa!!" Sasa teriak tak mau kalah.
"Masa iya!! Gue! Jadi dokumentasi lagi!!" Keduanya saling menyahuti dengan suara keras. Anak-anak lain hanya menggelengkan kepala sambil menutup telinganya.
Hingga keduanya terdiam ketika melihat seseorang dengan dua temannya dengan senyum yang tak bisa diartikan, sedang berdiri diambang pintu sambil sesekali terkekeh. Hal itu pula membuat semua orang di dalam kelas ikut bungkam. Masih tak percaya bahwa Alexander Samthone, salah satu cogan di SMA mereka menghampiri kelas 11 Mipa 2.
"Hai, Aice!"
Ingin sekali gadis itu menyahut bahwa namanya adalah Alice bukan Aice. Namun apadaya, ia hanya bungkam masih tak percaya.
"Kok diem aja sih, Aice! Ayo gue traktir es krim." Ujarnya lagi.
Dan.. Alice masih tetap bungkam.
TBC
Terima kasih telah membaca !
05 Desember 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
STONE
Teen FictionAlan yang suka mengganggu. Alice yang tentu saja tidak suka diganggu. Udah saling melengkapi, belom ?