#6 Tulang Rusuk

57 17 16
                                    

Selamat membaca !

Alan menyantap mie ayamnya dengan lahap, tentunya di traktir Alice. Raut wajah Alice tidak se-masam tadi, karena ternyata bacotan Sasa tak sepenuhnya salah. Kak Ivanka kini berada di depannya sambil memainkan handphonenya. Tak begitu buruk, walaupun pada meja itu juga ada Dicky dan Bryan.

"Van! pinjem duit, gue lupa bawa uang." Alice menoleh ke arah Bianca yang menuju bangkunya.

Ia tak percaya, hidupnya kini bergelimang cogan. "Udah ganteng, ada dua lagi" gumamnya pelan, namun masih bisa terdengar ditelinga Alan.

"Masih gantengan gue!" Alan mendengus.

"Lain kali ya kakak Alan, lo itu dirumah jangan tidur mulu. Sempatin ngaca!"

Alan semakin mendengus. "Tapi ya Lice, sumpah deh tadi lo lucu banget!! Kaya kue klepon yang loncat loncat gituu." Ujar Alan, masih pada mie ayamnya.

Gubrak!

Gadis dengan rambut kepang tersebut sukses menendang bangku Alan hingga beberapa kuah jatuh pada seragamnya, Alan meringis. Ivanka dan Bianca hanya saling pandang bingung.

"Makan tuh perpindahan kalor!"

🍁

"Lice! OMG! kak Bianca post foto baru! like! like! like!" antusias Sasa untuk memulai pagi hari ini.

Alice yang sedang asyik membaca catatan biologinya di depan teras kelas pun tak menghiraukan kicauan sasa.  Pagi ini kelas 11 mipa 2 akan disuguhkan sebuah ujian lisan tentang tulang beserta nama latinnya.

"yes!!! Lice! omg Lice!" teriaknya sambil memukul paha gadis di depannya.

"Apaan sih, sa?!"

"Gue first like fotonya kak bianca! parah sih ni orang ganteng banget"

'makin gila gue' batin Alice yang langsung menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangannya. Pasalnya, tak ada satu pun materi yang dapat ia ingat dalam kepalanya. Dapat terlihat dari sikapnya pagi ini, semalam Sasa pasti sudah belajar, temannya itu sangat menyukai pelajaran biologi. Berbeda dengan Alice yang semalam sibuk menyeleksi file-file foto yang harus segera ia serahkan ke kak Vitto, dan selebihnya, ia benci biologi.

"Eh Lice.. mendingan gue sama kak Ivanka atau Bianca ya?" Sasa kembali menggoyangkan tubuh temannya.

"Lo Bianca aja, gue Ivanka. Jadi, kalau kita doubledate ga perlu repot repot"

"Misalnya ketuker gimana? kan mereka kembar"

"Yaudah tuker lagi, susah amat"

Disela-sela kedua gadis tersebut sibuk bergosip. Terdengar suara ricuh yang tentu saja berasal dari kelas atas. Kelas 12. Hanya turun ke lantai bawah saja, suara berisiknya dapat terdengar hingga ujung lorong. Alice dan Sasa sudah terbiasa dengan keributan macam ini.

"MINGGIR LO PADA!" Alan berteriak, lalu mulai meraih besi pada atas tangga , dan..

HAP!!!

GUBRAKKK!

Suara benturan keras di lantai bawah tangga membuat semua orang di sekitarnya menoleh. Rupanya segerombolan kelas 12 sedang turun menyusuri tangga dengan hebohnya. Siapa lagi kalau bukan kelas 12 ips 2 yang tepat persis berada di atas kelas milik Alice.

Rupanya lelaki tinggi itu meloncati beberapa anak tangga dan lompat untuk bergelantungan pada gagang besi pintu tangga. Hanya saja, atraksinya itu tak berjalan mulus. Serentak semua temannya tertawa.

"Hahahah goblok lo, Lan!"

"Duh karma.. cepet amat dah! nih Lan, kenalin sohib gue, si karma. hehe" ujar Bryan yang baru saja terjatuh di kelas karena Alan tiba-tiba menarik kursinya.

Alan yang masih meringis kesakitan menggosok gosok bokongnya. Alice pun tak kuasa menahan tawanya.

"eh diem lo gausah ketawa lo." ringis Alan menunjuk ke arah gadis yang sibuk menahan tawa.

Bukannya berhenti tertawa, Alice justru semakin meninggikan suara tawanya.

Kok bisa sih bego gitu!

Dengan kesal, Alan mengambil buku yang dipegang Alice. Tertulis beberapa nama nama latin tulang, dan sangat jelas itu adalah pelajaran Biologi.

"Balikin, Tono!"

Alan melotot, yang lain menahan tawa. "Tono?!"

"Alexander Samthone. Daripada dipanggil Alan yang nggak nyambung sama sekali...Tono lebih cocok, kan ?" jeda "Udah, sini buku gue!"

"Yaudah kalau gitu adek Alicia Sulisthyne...lo gue panggil Sulis!"

"Sulisss sulisss marilah bermain, sambil sulis suliss" sahut Dicky.

"Tulis, itu kak!" Sasa menimpali sambil terkikik pelan.

"Bodo" Alice segera mengambil bukunya ketika Alan sudah mulai lengah.

"Lis, kayanya nama-nama tulang disana kurang deh" Ujar Alan.

"Kurang apanya ?" Alice mengecek beberapa nama tulang yang ia catat. "Gak ada yang kurang kok!"

"Kenapa nama lo gak ada disana ?"

"Emang kenapa ?" Alice mengernyitkan dahinya.

"Lo kan tulang rusuk gue soalnya"

Selagi semua berseru, Alice yakin wajahnya berubah menjadi tomat.

Line!

Benda persegi panjang itu bergetar membuat pemiliknya menaruh fokusnya disana. Raut wajahnya tak lagi bisa dibilang normal, pancaran bahagia tercetak sedetik kemudian.

Mira

Lan, ada yang mau gue omongin. Tempat biasa, oke ?

Alan buru buru berlari, meninggalkan Alice yang masih pada wajah tomat nya. Ia memperlambat langkahnya ketika hampir sampai pada tempat beberapa apotek hidup di belakang sekolah. Senyumnya kembali tercetak ketika melihat perempuan berambut ikal panjang sedang membelakanginya. "Ada apa, Mir ?"

Mira membalikkan tubuhnya, tersenyum simpul sambil tetap memegang kotak kecil ditangannya. "Gue mau kasi ini, Lan." Mira kembali melengkungkan senyumnya. "Thanks, gue tahu lo ikhlas kasi ini ke gue, tapi gue ga bisa lagi terima"

"Maksud lo gimana mir?" jawab Alan tanpa bergerak sedikit pun.

"Makasi ya..gue cuma gak mau, barang-barang yang kasi jadi omongan." ucapnya sambil terus melengkungkan senyumnya.

"Jangan pernah tunjukkin senyum lo lagi ke gue, gue minta tolong." Alan meninggalkan Mira dengan senyum getir.

Langkahnya terhenti pada sebuah tong sampah sebelum akhirnya membuang kotak tersebut.

TBC

Terima kasih telah membaca !

08 Desember 2018.

STONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang