Jahitan Malaikat Lara

2

Pukul 03.20

Ardi melihat jam tanganya. Sudah pukul segini dan dia baru saja pulang dari kantor. Ia letih. Fisiknya sudah letih. Begitu pula dengan pikirnya. Ia menghela nafas kasar dan terus mengendarai mobil sedan hitam miliknya. Ardi mendumel dalam hati, mengapa juga ia harus lembur hingga pukul segini, Ia merutuki Bosnya yang asal memberi batas deadline yang menjepit. Tapi tak apa. Ini proyek besar. Jika gagasan cemerlangnya berhasil, toh dia akan dapat balasan dari kerja kerasnya dengan setimpal. Memikirkan hal itu membuat bibir Ardi sedikit menyunggingkan senyuman. Ditengah imajinasi Ardi tentang bonus dan imbalan yang akan ia dapatkan nanti, tiba-tiba seorang bocah lelaki ia lihat sedang berjalan sendirian dengan baju yang basah dan kumal dipinggir jalan. Ardi berhenti sejenak dan memperhatikan Anak tersebut. Ia bingung mengapa ada bocah yang berkeliaran jam segini ditengah dinginya hawa saat itu. Ia keluar mobil dan berjalan menyusul bocah kumal tersebut. Ardi sedikit merasa waspada karena takut bocah yang ia susul itu bukan manusia. Tapi ketika ia melihat kaki bocah itu berjalan dan tidak melayang diatas tanah barulah ia sedikit tenang karena bocah yang sedang dia ikuti ternyata manusia. Bukan jin dan segala jenisnya. Ia melajukan gerakan kakinya agar dapat menyusul bocah tersebut.

Dek, mau kemana ? Bocah yang ia ikuti tadi menoleh dan melihat Ardi. Ketika Ardi melihat mata bocah itu, entah mengapa hati Ardi merasa sedikit teriris. Nampak sekali beban yang dihadapi oleh bocah itu lebih berat dari beban yang Ardi selama ini rasakan.

Mau ke Ampera om. Mau pulang. Bocah yang Ardi tanyai tadi menjawab

Wah jauh sekali dek, Mau om antar saja ? ini sudah tengah malam lho Ardi mencoba menawari bantuan

Gak usah om, saya gapapa kok. Saya jalan kaki saja. Bocah kurus itu menjawab sopan

Gapapa dek, Ampera masih jauh. Om juga kebetulan lewatin daerah itu jadi sekalian dek. Tenang aja, Om bukan orang aneh-aneh kok Ardi mencoba menawari Bocah kurus itu lagi. Kali ini agak memaksa.