Tak ada jawaban. Semenit berlalu. Masih juga tidak ada jawaban dari Ade. Ardi terdiam. Ada apa dengan anak yang bertanya dengan sangat semangat tadi ? Ketika Ardi menoleh sedikit ke kursi disampingnya ia mendapati Ade tertunduk. Ia mendapati bulir-bulir air bening berseluncur dipipi hitam Ade. Sepertinya Ardi telah salah berbicara tentang yang baru saja ia bicarakan dengan Ade. Ia bingung harus bagaimana. Dan reflek memegang bahu Ade.
Kamu kenapa ? Maafin om. Om salah bicara ya sama kamu ? Om minta maaf ya Ardi berusaha menenangkan Ade.
Ga om. Om ga salah. Om juga ga salah omong kok om. Ade cuman keinget sama bapak. Bapak pernah bilang hal yang sama dengan omongan om. Dia nanya kenapa badan Ade bisa kurus ceking. Dan dia janji bakalan pergi cari kerja yang lebih baik buat beliin Ade sate yang banyak. Buat beli beras yang banyak biar kalau Ade makan Ade bisa kenyang. Ga harus tidur terus buat nahan lapar. Tapi bapak cuman ngomong om. Bapak cuman janji. Bapak memang benar – benar pergi ngerantau keluar Jakarta buat cari kerja. Tapi bapak ngak pernah pulang om. Dia gak pernah kembali. Ade menjelaskan sambil berusaha menahan air matanya jatuh kesekian kalinya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tidak menangis lagi. Seberat apapun keadaan yang Ade hadapi. Tapi membahas atau mengingatkan dirinya pada sosok ayah yang tidak bertanggung jawab seperti ayahnya membuat ia menjadi sensitife. Sebanyak ia mengingat ayahnya, sebanyak itu pula air matanya jatuh. Ia sering kali mengingkari janjinya pada diri sendiri. Oleh karena itu, ia mencoba untuk tidak mengingat ayahnya barang sedetikpun. Namun tak dapat dipungkiri, ia masih saja sering merindukan ayahnya. Berharap bahwa semua kesakitan yang ia hadapi kemarin dan saat ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang cukup lama. Hingga akhirnya ia dapat bangun dari semua hal buruk yang menimpanya. Ia selalu berharap seperti itu.Selalu.
Ardi terdiam cukup lama. Ia merasa sedikit nanar mendengar apa yang barusan diucapkan oleh Ade tadi. Ia tak menyangka bahwa anak kecil yang saat ini duduk disampingnya, anak kecil yang berjalan puluhan kilometer untuk dapat pulang kerumahnya anak kecil yang begitu kritis omongannya, anak kecil yang begitu gembira dapat menaiki mobil ber-ac untuk pertama kalinya dan anak yang begitu pedih nasibnya itu memilki nasib yang sama dengan Ardi. Bukan dengan penderitaan yang sebanyak Ade rasakan tentunya

YOU ARE READING
Jahitan Malaikat Lara
Teen FictionAde. Seorang bocah penjual koran keliling yang bercita-cita menjadi arsitek namun harus mengubur dalam - dalam impiannya tersebut karena ia tidak pernah mengenyam bangku Pendidikan formal. Hingga suatu hari,Malaikat yang buta dan kering hatinya jatu...