Rinai 3 : Sebuah Bus

7 0 0
                                    

Hari ini adalah hari yang paling membosankan bagi Rain, duduk menyendiri sambil memainkan Gadgetnya adalah pilihannya.

"Rain... ke kantin yuk!" Panggil Maya

"Mmm pergi gak ya?" Ucap maya masih bingung

"Aduhh lama amat sih." Sambil menarik Rain dan menuntunnya hingga kekantin.

Setelah sampai di kantin mereka lalu memesan makanan. Diantara banyaknya pilihan makanan akhirnya pilihan Rain jatuh kepada Bakso. Bakso merupakan makanan favorit Rain. Setelah memesan Rain dan Maya duduk disalah satu kursi yang ada dikantin. Sambil menikmati makanan pilihannya Rain dan Maya mengobrol santai.

"Rain...." Panggi Maya

"Iya." Jawab Rain
"Aku mau nanya sesuatu deh, tapi jawab dengan jujur ya!" Tegas Rain

"Serius amat kyaknya, emang apaan?" Tanya Rain

"Apa bener yang dibilang Dosen kemarin kamu terpesona ya sama sih Rian itu?" Tanya Maya

Hhahah
"Apa kamu bilang Rian? Hahah aduh aku keselek nihh." Kekeh Raina dan tersedak makanan

"Iya kok ketawa?" Tanya Maya lagi

"Aduh Maya lho kan tau klo aku tuh sukanya sama sih Rio yang rapi, wangi dan bersih. Klo Rian aduh aku tuh jijik banget sama dia lihat aja penampilannya ichh ngak banget dehh. Lebih baik aku jomblo seumur hidup deh daripada harus sama Si Rian itu." Jelas Raina kepada Maya

"Ehh Rain jangan bilang gitu tau nanti malaikat mencatat lagi omongan kamu! Gitu-gitu penampilannya tapi banyak cewek yang suka loh sama si Rian. Aku aja klo di kasi pilihan antara Rio dan Rian pasti pilih Rian lah." Ucap Maya

"Kok bisa?" Tanya Rain heran

"Rian itu apa adanya, dia tuh polos dan genius lagi." Papar Maya dengan serius

"Genius? Maksud kamu? Tanya Rain tak percaya.

"Makanya Rain klo lihat hasil Ujian tu jangan cuma lihat nilaimu doank coba deh lihat nilai yang lain juga." Jawab Maya meyakinkan Rain.

                        🌧🌧🌧
Hari ini adalah hari yang menyebalkan bagi Rain, sudah satu jam lebih  Ia menunggu Reno namun tak ada tanda-tanda kemunculannya menjemput Rain. Berkali-kali Rain mencoba menelfon Reno tapi Handphonenya juga tak bisa dihubungi.

"Aduhh Ren, kamu di mana sih? Mana mau hujan lagi." Rain ngedumel sendirian

Tak berselang berapa menit sebuah bus berhenti di depan Rain. Ia bingung memilih antara naik atau tetap menunggu Reno. Rain tak suka naik bus karena harus berdesak-desakan.

"Duhh, malas banget klo harus naik bus mana penumpangnya full lagi. Masak gue harus berdesak-desakan? Blom lagi klo harus berdekatan sama orang yang bau tapi klo berdekatan sama cowok rapi mah gak papa. Ichh baru dipikir aja aku udah ogah tapi masak aku mau tinggal disini sendirian sih kan mau hujan. Mending naik aja dehh." Batin Raina yang lagi ngedumel.

Akhirnya Raina memilih naik bus tersebut. Semua kursi penumpang penuh terpaksa ia berdiri. Sesuai perkiraan Raina berdiri saja harus berdesak-desakan.

"Tuhh kan apa gue bilang malas banget klo harus berdesak-desakan begini belum lagi klo mobil tiba-tiba berhenti pasti kan didalam mobil harus berhimpitan. Loh siapa lagi nih di belakang ku main terobos aja sih, bisa-bisa gue jatuh nih klo begini terus. Hmmm tangannya siapa ini? Baik banget ngelindungin aku lagi dari himpitan penumpang lain. Pasti nih cowok ganteng, rapih dan baik pastinya. Tapi kok mau aja sih bantuin aku?" Batin Raina lagi

Rain tak mengetahui jika yang berusaha melindunginya dari himpitan penumpang lain adalah Rian. Setelah Rain hampir tiba dirumah Ia memberanikan diri menoleh ke belakang. Rain tersentak kaget ketika menoleh kebelakang dan ternyata Rian yang dari tadi berusaha melindunginya dari himpitan penumpang.

"Rian?" Pekik Rain

"Iya, Rain. Maaf ya aku nggak bisa lihat kamu tersiksa karena harus berdesakan!" Ucap Rian meminta maaf pada Raina.

"Kok Rian sih? beda banget dengan yang aku harapkan. Huuuuhh ngapain sih dia? Untung aja rumah gue udah deket." Raina kesal karena  pria yang melindunginya bukanlah pria yang ia harapkan.

Akhirnya Raina sampai juga di depan rumah. Ia buru-buru turun tampa mengucapkan terimah kasih kepada Rian yang telah melindunginya dari himpitan penumpang. Ia juga tak menyadari bahwa dompetnya jatuh untung saja bukan orang lain yang menemukannya melainkan Rian. Rian baru saja akan mengembalikannya tapi ia kalah cepat langkahnya dari Raina dan busnya pun sudah jalan.

                           🌧🌧🌧
Seperti biasa setiap pulang kuliah Raina langsung menuju kamar. Kali ini Ia belum menyadari bahwa dompetnya jatuh di dalam Bus. Tak seperti biasanya hari ini sepulang Kuliah ia langsung mandi. Bundanya pun heran melihat tingkah Raina.

"Rain, tumben pulang Kuliah langsung mandi? Tanya Bunda Raina

"Iya Bun, maklum tadi Raina naik Bus dalam bus kan bauh. Raina gak suka, apalagi tadi... " Jawab Raina

"Tadi kenapa?" Tanya Bunda Heran

"Oh, nggak kok Bun tadi itu Panas banget, hehe iyya panas banget." Jawab Rain cengar-cengir, hampir aja ia kecoplosan bahwa tadi Ia dilindungi Rian.

Naik Bus bagi Raina memang adalah hal tak biasa. Hal itu jarang ia lakukan karena ia tak suka jika harus berdesak-desakan seperti tadi. Setelah selesai mandi Rain pun menuju kamar. Ia merapikan pakaian terutama yang ia pakai tadi ke Kampus. Rain baru menyadari bahwa dompetnya hilang.

"Loh, dompet ku mana ya? Perasaan aku taroh dalam kantong celana belakang deh. Duhh kok nggak ada sih, jangan-jangan Rian nyopet aku. Ahhh tidak-tidak kok aku malah Su'udzon gini sih. Tapi yang tadi di brlakang aku kan Rian. Iya tidak salah lagi jangan-jangan bener dia pelakunya." Rain nampak bingung sambil mengacak-acak celana yang ia pakai tadi. Rain baru menyadari bahwa dompetnya hilang. Rain sangat kesal dan mengira bahwa Rian yang telah mengambil dompetnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang