xvi. ruang bungkam

78 2 0
                                    

[ruang bungkam]

||

"Kamu jadi sibuk banget, ya." Ujaran disertai kekehan seorang gadis mungil kepada kekasihnya.

Laki-laki itu menatap sepasang bola mata gadisnya dengan lamat. Ada kesedihan terpancar disana.

"Kamu juga, sih." Balas sang laki-laki.

Si gadis tersenyum tipis. "Tapi kita berusaha buat tetep ngabarin walaupun sibuk. Aku tahu duniamu bukan soal bercengkrama denganku saja."

"Iya."

"Kamu jadi cuek banget sekarang, udah nemu yang lebih asik dari aku ya?" canda sang gadis. Tapi tatapan matanya seperti mengharap cemas, semoga perkataannya disalahkan oleh sang kekasih.

"Nggak. Aku sayang kamu, nggak ada yang lain." Tangan laki-laki itu tiba-tiba mencubit gemas pipi sang gadis.

Kemudian cairan bening jatuh dari mata gadis mungil itu. "Aku sedih, aku ngerasa kita kayak berjarak."

"Bersabar sebentar, aku hanya sedang berusaha memantaskan diri untuk masa depan kita. Kamu juga harus seperti itu."

Si gadis mengangguk. "Aku terlalu nuntut kamu, ya? Bukan gitu kok maksud aku, aku cuman mau tahu kabar dari kamu setiap harinya biar aku tenang walaupun kamu chat aku cuman satu kalimat."

Pertanyaan sang gadis tak terjawab. Dibiarkan menggantung dikepala. Hembusan angin dikala senja waktu itu menerpa rambut sebahu sang gadis. Dipenghujung hari, ketika lelah berkumpul, ia ingin ada seseorang yang ia tuju untuk merebahkan diri. Menghabiskan waktu dengan bercengkrama seperti dulu. Kesibukan telah memangkas waktu mereka untuk tak saling bertemu.

Ada sesuatu hal yang ingin sekali si gadis ucapkan, tapi urung ia lakukan. Padahal kunci utama dalam hubungan adalah komunikasi yang baik.

Sesal menggerogoti sang gadis yang kini tengah menangis. Ketika sang kekasih memilih pergi karena keterdiaman sang gadis yang tak mau mengungkapkan apa-apa yang gadis itu rasa. Mungkin, sang kekasih hanya lelah menerka-nerka perihal apa yang si gadis itu damba.

Padahal bukan tak mau bicara, hanya saja sang gadis tak ingin jika nanti apa saja yang ia katakan akan menghancurkan segala suasana. Sebab ia tahu, pertemuan keduanya sangat sulit untuk terencana. Ia hanya tak ingin ketika bertemu, selalu pertengkaran yang terjadi nomor satu.

Yang sang laki-laki tidak tahu, bahwa dipenghujung malam sang gadis selalu menunggu kabar dengan sabar.


—dnleldkkk

ruangku | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang