Guanlin datang disaat Renjun terpuruk sendirian. Dengan luka hati yang lebar dan pelakunya adalah Jung Jeno yang dicintai oleh Renjun.
'Terkadang aku iri dengan pria yang tidak mencintaimu itu, ge.'-Guanlin
'Tak peduli seberapa banyak cinta dan kasi...
Putra bungsu keluarga Huang terbangun dari tidurnya. Mengerjapkan mata sipitnya perlahan sebelum akhirnya mencoba bangun dari posisinya.
Renjun menatap sekeliling ruangan dimana dirinya berada. Dengan wajah yang masih mengantuk, Renjun mengernyit bingung.
Bukankah ia tidur di sofa ruang tamu bersama Guanlin? Kenapa sekarang ia berada disebuah ruangan lain?
'Mungkin ini kamar Guanlin' batinnya.
Renjun menatap seluruh penjuru kamar yang terbilang mewah itu. Senyuman manis mekar dibibirnya tatkala ia melihat sebuah pigura yang menampilkan foto seorang anak kecil tengah duduk dengan senyuman manis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Sejak kecil, dia memang semanis itu...'
Kemudian atensi Renjun jatuh pada pigura disebelah foto kecil Guanlin. Dalam sekejap wajah Renjun bersemu merah tatkala ia mengenali siapa yang ada didalam foto pigura itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Renjun ingat, itu adalah foto dirinya yang diambil sehari sebelum dirinya berangkat ke Korea. Sedikit terkejut karena Guanlin ternyata mencetak foto itu, bahkan ia memakaikan fotonya pigura.
Renjun akhirnya memutuskan untuk turun dari tempat tidur. Kemudian melangkahkan kaki mungilnya keluar dari kamar Guanlin.
Renjun menolehkan kepalanya ke sana kemari mencari keberadaan Guanlin. Renjun tersenyum ketika menemukan sosok Guanlin yang tengah sibuk di dapur, entah membuat apa, sepertinya makan malam.
"Guan?" Panggilnya. Guanlin menghentikan aktivitasnya dan membalikkan badannya menghadap Renjun.
"Gege sudah bangun? Apa kau lapar?" Tanya Guanlin dengan senyuman yang menampilkan lesung pipit manisnya.
Renjun mengusap tengkuknya yang tak gatal, "Uhh... kurasa aku sedikit lapar..." ujarnya pelan membuat Guanlin terkekeh.
"Sekarang sudah jam 7 malam wajar bila kau lapar ge." Guanlin kembali berkutat dengan aktivitasnya mengabaikan Renjun yang mata sipitnya telah membola terkejut.
"Mwoya?! Aku tidur selama itu?! Yak! Kenapa kau tidak membangunkanku, Linlin?!"
Guanlin membeku disela aktivitasnya menyiapkan makan malam begitu mendengar sebuah nama panggilan yang Renjun ucapkan. Senyum Guanlin merekah, rasanya sudah lama sekali ia tidak dengar dari pemuda manis yang lebih tua beberapa bulan darinya itu.
"Sini biar aku bantu!" Seru Renjun seraya menyelipkan tubuh mungilnya disamping Guanlin.
"Gege mandi saja! Aku yang akan menyiapkan makan malamnya!"
"Memangnya kau bisa memasak? Gege rasa kau tidak bisa!"
"Ya Tuhan, ge. Kalau hanya untuk membuat burger aku masih bisa. Sudah gege mandi saja, nanti akan aku siapkan baju untuk gege diatas tempat tidur!"
"Kau yakin bisa?!"
"Astaga, aku sudah terbiasa membuat burger gege!"
"Baiklah, aku akan pergi mandi. Kamar mandinya ada di dalam kamar tidurmu kan?"
"Hm! Mandi yang bersih dan wangi ge! Setelah makan malam aku ingin sekali memelukmu!" Kedua pipi Renjun merona mendengar seruan Guanlin.
"Yak! Kau masih sama seperti dulu!"
Setelahnya Renjun pergi ke kamarnya meninggalkan Guanlin yang masih tersenyum dengan pikiran yang ada didalam kepalanya.
"Astaga, jika aku dan gege seperti tadi. Kami terlihat seperti sepasang suami dan istri..." gumamnya gemas.
"Aku harus mengambil hati orang tua gege. Aku tak boleh kalah dengan si Jung itu!"
Renjun keluar dari kamar Guanlin dengan ragu. Tubuh mungilnya kini tenggelam dalam hoodie abu-abu milik Guanlin yang dikenakannya. Pipi pualamnya bersemu merah, kemudian berjalan dengan tangan yang memegangi kedua pahanya yang tak terbalut celana namun tertutupi hoodie Guanlin yang kebesaran.
Netra manisnya menangkap Guanlin yang tengah serius dengan smartphone nya dimeja makan. Guanlin yang tadinya serius dengan smartphone nya, menyadari keberadaan Renjun. Guanlin tersenyum melihat manisnya Renjun dengan baju yang kebesaran.
"Gege, ayo makan. Aku menunggu gege." Ujarnya seraya meletakkan ponsel pintarnya di atas meja makan. Renjun beringsut mendekat dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Guanlin, lalu setelahnya pemuda Taipei menyodorkan sepiring burger dihadapan si pemuda Jilin.
"Selamat makan, gege."
"Selamat makan, Linlin."
Selanjutnya hanya ada suara kunyahan Guanlin pada burgernya dan suara dentingan garpu dan pisau yang Renjun pakai. Renjun memperhatikan Guanlin yang sibuk mengunyah dan begitu juga sebaliknya. Renjun tiba-tiba berdiri.
"Ya ampun, kau masih seperti anak kecil saja. Lihat mayonais-nya berantakan Guan." Renjun mengusap sudut bibir Guanlin yang penuh dengan mayonais. Sedangkan Guanlin terkekeh.
"Kau masih seperti dulu ge, perhatian." Ujarnya, membuat pergerakan Renjun berhenti. Guanlin meletakkan burgernya, tangannya beranjak menggenggam tangan Renjun.
"Ini lah yang membuatku tak mau mengakui kalau kau seperti seorang kakak bagiku." Renjun terkejut, atensinya teralih pada Guanlin yang menggenggam tangannya seraya menatapnya.
Guanlin tersenyum, perlahan digenggamnya tangan Renjun yang mengusap sudut bibirnya. "Makanlah ge. Urusan mayonais aku bisa mengelapnya sendiri."
Renjun duduk kembali di kursinya, dengan tangan yang masih digenggam. Guanlin mengelus tangan mungil Renjun seraya terus tersenyum.
"Gege, tetap sama seperti dulu ya. Tetap perhatian padaku. " pipi Renjun merona malu. Guanlin terkekeh mendapati pipi Renjun yang memerah.
"Sekarang makan dulu ya ge... Guan ingin bicara sama gegesetelah ini..." Renjun mengernyit bingung, namun tetap mengangguk mengiyakan.
Melihat Renjun yang kembali makan dengan tenang. Guanlin tersenyum sendu, ingatannya melayang pada hari pertama ia tiba dinegara ginseng ini hanya untuk menemui Renjun.
Niatnya yang datang untuk melihat senyumam manis Renjun. Pupus tatkala ia melihat punggung mungil Renjun yang bergetar hebat diiringi isak tangis yang pilu begitu ia sampai di apartemen si mungil.
.... melihat Renjun yang seperti itu... Guanlin jadi bertekad tidak ingin melihat hal itu terjadi lagi pada Renjun...