12. Arvino

1 1 0
                                    

Meesa berlari menuju sosok guru yang terlihat cemas tengah berdiri di pagar sekolah Arvino setelah Azzam menghentikan laju mobilnya "bu! Arvino dimana?" tanya Meesa terdengar patah-patah membungkukan tubuhnya mengambil nafas dihadapan guru yang mungkin wali kelas Arvino.

Sang guru tersebut mengkerutkan alisnya, bingung "maaf? ibu ini siapa nya Arvino, ya?" Tidak lama Azzam pun menghampiri Meesa dan guru tersebut.

Sorot mata guru tersebut seolah-olah terpana dengan kedatangan Azzam, Meesa dapat melihatnya dengan sekali lihat saja, membuat Meesa hampir memutar bola matanya jengah "kamu tuh main tinggalin aja" omel Azzam mengetuk kepala Meesa pelan membuat Meesa mengaduh pelan.

Meesa mengelus kepala yang terasa sakit dan memberikan cengiran khasnya pada Azzam "hehe maaf mas. Panik nih panik" balas Meesa membela dirinya sendiri, Azzam menggelengkan kepalanya pelan

"ehem maaf Pak Azzam. Mari saya antar ke Arvino" ujar guru tersebut dengan sopan namun terdengar ketus dan medelik Meesa dengan tajam.

What the heck..

Membuat Meesa mengerutkan alisnya tak senang dengan sikap sosok guru dihadapannya itu.

"salah saya apa cobak?" tanya Meesa didalam hatinya

"baiklah" Balas Azzam dengan sopan

"ayo Meesa"

"okey bosque" balas Meesa menyamai langkah Azzam yang berada di belakang guru tersebut

"mas..?" cicit Meesa

"hm?"

"dia itu wali kelas Arvino?" tanya Meesa memelankan suaranya lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Azzam "heem benar, guru dihadapan kita itu adalah wali kelas Arvi" balas Azzam sama memelankan suaranya pada Meesa, Meesa menganggukan kepalanya

"kenapa kamu bertanya seperti itu, sih?" Tanya Azzam menatap Meesa dengan heran

"ga ada, tapi mas tau ga?"

"tau apa?" Tanya Azzam mengerutkan Alisnya, Meesa mengisyaratkan untuk mendekat pada Azzam lalu Meesa menarik pelan telinga Azzam.

Tidak sopan memang. Tapi Azzam membiarkan Meesa melakukan hal itu padanya, lagi pula Meesa tidak menarik telinganya kasar.

"ibu guru itu  suka sama Mas tuh" bisik Meesa menutup samping mulutnya agar tidak terlihat ia sedang mengibah guru dihadapannya itu

"masa?" tanya Azzam santai.

Meesa mendengus mendengar feedback dari Azzam yang sangat-sangat datar menurutnya "ck. Mas kok ga excited sih?" tanya Meesa meluruskan tubuhnya dengan cepat saat guru itu menoleh ke belakang ke arah mereka lalu Meesa tersenyum seadanya kepada guru wali kelas Arvino itu "masih lama ga buk?" tanya Meesa sekena nya dengan sedikit kaku, Azzam tersenyum tipis melihat ke kikukannya Meesa.

"engga kok belok sedikit sampai" Jawabnya jutek

"ohh~" Balas Meesa sekena nya

"liat kan mas? dia jutek banget sama aku" geram Meesa menatap tajam punggung guru tersebut

"engga. Ngapain? Kayaknya biasa aja sih" Azzam lagi-lagi santai tanpa beban membuat Meesa memasang wajah masam lalu mencibir mengejek Azzam "ck sok keren emang Ga pekaan pula, ambyar dah" gumam Meesa melangkahkan kaki nya masuk ke dalam sebuah ruangan bertuliskan UKS yang berisikan beberapa guru dan kepala sekolah mengelilingi sebuah kasur.

"Pak Azzam, silahkan" ucap guru wali kelas Arvino mempersilahkan Azzam tanpa Meesa dipersilahkan padahal Meesa yang duluan masuk ke UKS ini. Dengan tersenyum manis membuat Meesa memutarkan kedua bola matanya saat mata wali kelas dan Meesa bertemu, sorot mata menjengkel kan menurut Meesa.

"Arvino, bagaimana bisa dia seperti ini?" tanya Azzam mengelus kepala Arvino yang masih terlelap

"hmm..Begini pak Azzam..."

"tadi saat pelajaran bahasa indonesia kebetulan guru bahasa indonesia adalah guru baru jadi ibu Marissa menyuruh membuat puisi untuk seorang ibu..." jelas sang kepala sekolah, kepala Sekolah menghembuskan Nafasnya pelan lalu meneguk salivanya sendiri "teman-temannya mengejek Arvino karena Arvino tidak memiliki seorang ibu. Maaf kan kami mungkin Arvino membatin akan hal itu" ujar sang kepala sekolah memohon maaf pada Azzam dengan menundukan kepalanya sedalam-dalamnya.

"maaf pak saya tidak bermaksud melukai anak murid saya. Saya benar-benar mohon maaf" ucap bu Marissa dengan penuh penyesalan

Meesa melihat punggung Azzam yang membatu namun Meesa dapat merasakan jika Azzam tengah menahan emosinya karena Meesa melihat Azzam mengepalkan tangannya yang bebas.

Meesa segera menghampiri Azzam dan meraih tangan itu, melemaskannya agar tidak membuat Azzam terluka karena itu. Lalu Meesa mengelusnya dan meremas pelan "aku harap akan meredakan emosinya" ucap Meesa didalam hatinya

"mas.." panggil Meesa pelan ia harap Azzam bisa luluh dengan sikap nya, agar Azzam tidak berulah yang macam-macam. Azzam menoleh kepada Meesa lebih tepatnya genggaman tangan Meesa "kita pulang" gumam Azzam membuat Meesa menganggukan kepalanya, ia pun melepaskan genggamannya agar Azzam dapat dengan leluasa mengendong Arvino.

Meesa mengambil tas Arvino dan topi sekolahnya "terima kasih" ucap Meesa lalu melangkah pergi menyamai langkah Azzam yang lebar meninggalkan ruang UKS.

Kepala sekolah menghembuskan nafasnya.

"semoga Arvino baik-baik saja" harap semua guru dan juga kepala sekolah yang berada di dalam ruangan UKS

Tbc

Maaf ya semua penikmat cerita abal-abal ini😂😂😂 saya update nya seenak jidat, tapi saya janji bakal terusin cerita ini sampai selesai meskipun update nya seenak jidat saya. Mangkannya biar lebih cepet update nya kalian semangatin saya biar saya lancar inspirasinya/?(ini apaan dah? oke abaikan saja)

Semoga kalian suka sama ceritanya, dan saya mohon agar tidak mengcopy right cerita saya meskipun abal-abal ini adalah hasil pemikiran saya sendiri. Terima kasih
Tolong vote dan komen yah😉😉😉

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CONFESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang