6. kedatangan yang tak terduga

1 1 0
                                    

Azzam merebahkan kepalanya di atas roda setir mobil miliknya untuk mengistirahat kan dirinya dan pikirannya sejenak setelah sampai di halaman rumahnya.

"kenapa harus aku?" tanya Meesa belum ingin mengalah atas Azzam "karena kamu orang yang baik" Perkataan Azzam membuat Meesa tertawa sinis kepada dirinya.

"yah kamu memang benar" ujar Azzam tersenyum simpul

"kenapa harus kamu? aku juga ga tau alasannya. Tapi aku yakin kamu itu orang baik dan dapat dipercaya"

"maaf jika aku memaksa. Tapi aku tidak menyesal melakukan itu kepada kamu"

Azzam membukakan pintu mobilnya. Ia butuh istirahat sekarang untuk mengisi energinya untuk hari esok.
Entah mengapa ia begitu semangat begitu memikirkan hari esok, Rencana tetap lah rencana tetapi Biarkan seperti itu mengalir dengan sendirinya, karena ia ingin merasakan kejutan2 kecil dikehidupannya tanpa direncanakan begitu jelas, karena akan berakhir jauh dari ekpektasinya. Biarkan mengalir begitu saja.

Seperti air yang turun dari atas tebing hingga mengalir begitu jauh, banyak melewati rintangan dan berakhir indah di muaranya.

- Confession -

Meesa turun dari kamarnya, Meesa terlihat kucal meskipun telah segar karena mandi dan bersiap untuk bekerja hari ini.

Sepertinya semua sudah pergi...
Tapi Meesa melihat sosok Pria yang tengah duduk membelakanginya.
Mungkin Bapaknya.

"pa hari ini, Nganter teteh ga? kalo engga adek mau di anter dong" ucap Meesa pada seseorang yang tengah duduk di sofa rumahnya "loh tapi kayak nya bukan bapa, yak?" gumam Meesa dalam hatinya

"tapi kok Bapak keliatan modis ya?" tanya Meesa bingung kepada dirinya sendiri, Meesa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"bapa tadi nganterin mba Zelia buat kerja" balas seseorang dan membalikan tubuhnya, membuat Meesa tercengang dengan kehadirannya dirumahnya pagi2 begini.

"Rama. Ng-ngapain disini ga kuliah?" tanya Meesa dengan nada terkejut. Rama tersenyum manis menanggapi pertanyaan Meesa.

"nanti siang aku kuliah, Sa" balas Rama menanggapi pertanyaan yang Meesa ajukan.

Jika kalian ingin tau. Rama adalah tetangga belakang rumahnya sekaligus sosok Pria yang sedikit lebih dekat dengan Meesa saat ini.

Tok tok tok

"assalamualaikum"

Meesa memejamkan matanya "suara mas Azzam" gumam Meesa dalam hati sekejap lalu membuka matanya kembali. Meesa segera membukakan pintu rumahnya untuk Azzam

"walaikumsalam" jawab Meesa langsung di sambut senyuman dari Azzam "asem! manis beut" jerit Meesa didalam hatihya "siapa Sa?" tanya Rama menghampiri Meesa yang mematung di depan pintu rumahnya, Meesa terperanjat ke dunia nyatanya kembali "ah iya. kenal kan ini mas Azzam dan mas Azzam ini Rama" ucap Meesa merasa kaku di antara dua pria yang menghimpitnya saat ini, benar2 merasa kikuk dan risih. Apa lagi Meesa merasa aura keduanya kurang bagus, membuatnya merinding tidak jelas.

"please keluarin gue dari keadaan ini" pekik Meesa didalam hatinya.

Fireeeeee~

"kaget aing" umpat Meesa tanpa sadar.

Meesa terkejut dengan suara ponselnya sendiri, membuat ia mengelus dadanya sendiri. Meesa segera mengambil ponselnya lalu mengangkat telepon "kenapa?" tanya Meesa to the poin "mampus teh ada cece" ucap Aniq panik sepanik2nya, Meesa menarik tangan Azzam yang terdapat jam tanpa permisi, membuat Meesa meneguk air liur nya sendiri

"haduh mana masih dirumah ini" ucap Meesa ikut2an panik.

"yeeeh Masih ada waktu kali, meskipun masih ada waktunya tapi garcep teteh cantikQ, Buru eh. Bye"

Meesa menatap horor ponsel miliknya, lalu terburu memasukan ponselnya kedalam saku jaketnya "teman2 maaf yah dedek mau buru2 pergi nih. Jadi dimohon untuk segera meninggalkan rumah ini, karena saat ini sedang tidak ada orang" ucap Meesa mendorong tubuh Rama yang masih di sampingnya itu dan membuat Azzam menggeser tubuhnya.

Keterburuan Meesa mengunci pintu rumahnya, diberi tatapan bingung dari Azzam dan mau pun Rama.

"dah... Baik2 ya kalian. Jangan berantem" seru Meesa kepada Rama dan Azzam yang terdiam di depan pintu rumahnya.

"Sa, aku anterin" (Rama)

"aku antar" (Azzam)

Namun salah satu dari mereka tidak ada yang didengar oleh Meesa. Meesa lebih memilih menggunakan Ojek Online.

Ketimbang jadi rebutan. Akan memakan waktu lebih lama lagi sementara sang Ibu tiri nya sudah berada di tokonya, ia tidak mau mendengar ocehan-ocehan menyakitkan hati yang lembut nan suci ini.

Setelah kepergian Meesa yang terburu itu, membuat mereka tersadar dari ke terdiamannya.
Dan Rama tertawa pelan "Ga berubah sama sekali" ucap Rama.

Azzam meninggalkan Rama di depan rumah Meesa sendirian. Toh untuk apa juga dia ada disini jika Meesa tidak ada di rumahnya.

"kamu siapa nya Meesa?" tanya Rama sebelum Azzam semakin jauh melangkahkan kakinya. Langkah kaki Azzam terhenti.

"Meesa tidak pernah dekat dengan laki2 lain. Selain benar2 yang ia kenal dari lama, dan aku tau semua laki2 yang dekat dengan dirinya selama ini"

"lalu kamu siapa nya Meesa?"
"seperti nya kamu tau sekali tentang Meesa" ucap Azzam dengan wajah yang ramah namun nada bicara santai  namun menyebalkan ditelinga Rama. Wajah Rama mengkaku.

"aku teman cowo pertama Meesa" ujar Rama dengan angkuh, membuat Azzam tersenyum menanggapinya lalu menggaruk alisnya yang terasa gatal "tapi menurutku itu tidak penting sama sekali. Jadi jangan harap kamu bisa menyingkirkan ku dengan alasan yang tak masuk akal" ujar Azzam dengan santai, membuat Rama mengepalkan kedua telapak tangannya menahan agar tidak memukuli pria dihadapannya itu.

"jadi menurut mu itu tidak penting? huh? tapi untuk Meesa itu penting karena dia susah sekali untuk berdekatan dengan seorang laki-laki"

"ah... bukannya terlalu ikut campur urusan orang lain itu tidak baik? meskipun itu teman sendiri? jangan-jangan yang membuat Meesa tidak berdekatan dengan pria lain adalah kau sendiri alasannya?" Rama menggeram kesal karena asumsi Azzam terhadap dirinya.

"eh nak Rama, nak Azzam disini juga, toh?" sapa bapak Meesa ketika kembali dari mengantarkan kakak dari Meesa dan melihat dua laki2 di depan rumahnya "kok masih disini? memang Meesa masih ada?" tanya bapak Meesa dengan ramah dan to the poin "assalamualaikum, pa" salam Azzam menyalami begitu juga Rama menyalami Bapak Meesa "masuk dulu yuk, kita nge teh didalem" ucap bapak Meesa mempersilahkan masuk kepada 2 laki2 dihadapannya itu "mm maaf pak aku pulang duluan aja, soalnya aku ada jadwal kuliah" ucap Rama yang merasa tak enak dengan menolak ajakan bapak Meesa "ga apa2 kali nak Rama, nanti sering2 ke sini yah kalo lagi ga sibuk" ucap bapak Meesa sambil memukul pelan bahu Rama mengurangi rasa tak enak pada Rama "iya pa, aku pamit dulu ya pa. Assalamualaikum" ucap Rama sambil menyalami bapak Meesa.

Sebelum pergi Rama melirik Azzam yang begitu santai dan tenang, dan Azzam yang menyadari itu pun menatap kembali Rama. Rama pergi begitu saja dari hadapan Azzam.

Tbc

CONFESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang