"D-Donghae, Aku menyukaimu. Ah tidak... Aku.. Aku mencintaimu."
"Persetan dengan cinta gilamu!"
Dengan langkah gusar, Donghae melangkah. Meninggalkan sosok yang kini masih terpaku di tengah lapangan basket dengan tubuhnya yang mulai bergetar.
.
..::::..
.
Donghae menatap jengah sosok yang kini berdiri di depannya. Kepala dengan surai kelam itu menunduk dalam, dengan sebuah kotak bekal di tangannya. Bisa dilihat jika jemari pucat itu sedikit bergetar.
"Apa lagi maumu Kim Hyukjae?"
Donghae bertanya jengah, kentara sekali jika nada itu terlontar begitu sinis.
Sosok yang tadi dipanggil namanya dengan perlahan mengangkat kepala, memberanikan diri menatap mata sendu Donghae yang kini berkilat tajam memandangnya. Hyukjae menggigit bibir bawahnya, pertanda jika ia begitu gugup saat ini.
"A-aku.. Aku ingin memberikan ini padamu."
Hyukjae berbisik pelan, sambil dengan perlahan mengulurkan tangannya, memberikan kotak bekal yang dibawanya pada Donghae.
"Cih!" Hyukjae semakin mengeratkan genggamannya saat didengarnya Donghae berdecih kesal.
"Kau belum mengerti juga rupanya? Kejadian kemarin belum cukupkah untukmu hah?"
Hyukjae hanya diam, kepalanya kembali menunduk. Donghae mendekat, mengambil kotak bekal di tangan Hyukjae, kemudian melemparkannya sembarangan. Tak peduli dengan isinya yang berceceran. Tubuh Hyukjae sedikit bergetar saat ia merasakan Donghae semakin bergerak mendekat padanya, tapi seolah kakinya terpaku di tempat membuatnya tak bergerak sedikitpun.
Donghae mencengkram dagu Hyukjae, memaksa wajah itu menghadap tepat padanya. Hyukjae menyelami mata sendu yang kini menatapnya tajam, begitu tajam seolah menusuk Hyukjae dalam-dalam. Tak tahan, akhirnya satu tetes cairan itu mengalir di sudut mata Hyukjae. Donghae semakin mendekat pada Hyukjae sampai jarak wajah keduanya tak lebih dari lima senti. Nafas hangat Donghae yang Hyukjae rasakan semakin membuatnya tercekat.
"Penolakanku di depan mereka semua tak cukup untukmu ternyata. Kau tak punya malu hah." Bukan bentakan yang diucapkan Donghae, tapi bisikan itu cukup membuat hati Hyukjae diremas kuat.
"Jika kau memang tak punya malu, jangan mempermalukan orang lain. Kau benar-benar murahan!"
Hyukjae memejamkan matanya erat, membiarkan air matanya benar-benar mengalir. Ucapan lirih yang Donghae lontarkan tepat di depan wajahnya benar-benar membuat dadanya sesak. Setelah kalimat kejam yang diucapkannya, Donghae masih belum melepaskan cengkramannya di dagu Hyukjae. Keduanya terdiam dengan perasaannya masing-masing. Hyukjae dengan kesakitannya, sedang Donghae? Entahlah.
Pemuda itu masih menatap Hyukjae dengan tajam. Menatap Hyukjae yang memejamkan matanya erat dengan air mata yang menerobos dari sela-sela kelopak matanya yang terpejam. Tatapan Donghae melembut, namun sayang tak dilihat oleh Hyukjae karena ia masih setia memejamkan matanya. Sampai satu seruan itu menyadarkan keduanya.
"Donghae Oppa!!"
Donghae menoleh, melihat seorang wanita cantik dengan rambut panjangnya kini berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangan. Pandangan Donghae kembali teralih pada sosok yang masih ada di depannya. Dengan kasar dilepaskan cengkeramannya pada Hyukjae, membuat Hyukjae sedikitnya menghela nafas lega. Donghae mundur, sedikit menjauh dari Hyukjae namun pandangannya tetap tak teralihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sick
FanfictionKeegoisan itu mengalahkan segalanya. Jika keegoisan itu membuatmu tetap ada untukku, maka selamanya aku akan bersikap egois. Kau milikku, hanya milikku.