.
.
Bocah berusia sekitar lima tahun itu memandang kesal dua orang di depannya yang terlihat asyik bercanda satu sama lain.
"Hyukkie, kenapa kau bermain dengannya?" Donghae berkata sambil menarik lengan Hyukjae.
"Memang kenapa Hae-ah? Dia kan temanku." Hyukjae menatap Donghae dan temannya bergantian dengan tatapan heran. Donghae semakin menekuk wajahnya.
"Tidak. Hyukkie hanya boleh bermain denganku. Hyukkie tidak boleh dengan orang lain."
"Tapi Hae_"
"Ayo pergi!" Tanpa peduli dengan seruan protes Hyukjae, Donghae menariknya menjauh.
::::
"Siapa Dia?" Donghae berdiri bersandar di depan gerbang Miracle Junior Highschool –sekolahnya- dengan tatapan tajam menyorot pada Hyukjae.
"Dia temanku, memang kenapa?" Hyukjae bertanya, heran dengan tingkah Donghae.
"Aku tak pernah tahu kau bisa seakrab itu dengan temanmu." Donghae mengangkat alisnya, memandang Hyukjae dengan tatapan sanksi. Hyukjae hanya menatap jengah pada Donghae. Selalu seperti itu.
"Sudahlah Donghae, sepertinya itu bukan masalah yang perlu diributkan." Donghae hendak menjawab, namun satu suara cukup keras yang menyerukan namanya membuatnya menoleh. Beberapa meter darinya tampak seorang gadis cantik yang melambai sambil tersenyum padanya.
Ekspresi Donghae berubah, senyum lebar itu muncul di wajahnya. Dibalasnya lambaian tangan gadis itu sebelum kembali menoleh pada Hyukjae.
"Hyuk, aku pergi dulu, aku ada kencan dengan Yoona. Bilang pada Umma aku pulang terlambat ya." Dan setelahnya, Donghae pergi begitu saja. Meninggalkan Hyukjae yang terdiam menatapnya dengan pandangan sendu.
::::
"Aku akan merindukanmu." Donghae berkata sambil memeluk Hyukjae.
"Jangan konyol, kita masih satu sekolah Hae. Kita bahkan bisa bertemu setiap hari." Donghae melepaskan pelukannya, kemudian menatap 'sahabatnya' itu.
"Tapi tetap saja, rumah kita jauh sekarang. Aku tak bisa melihatmu setiap saat, kita juga tak sekelas kan."
"Sudah ku bilang jangan konyol. Sudah sana, mereka sudah menunggu." Hyukjae menunjuk pada anggota keluarga Lee yang lain, yang kini sudah berdiri di samping mobil.
Hari ini Donghae beserta seluruh keluarganya pindah rumah. Yang semula berada tepat di depan kediaman Hyukjae, karena alasan lebih dekat dengan kantor akhirnya sang kepala keluarga memutuskan untuk pindah. Setelah kedua keluarga yang begitu akrab itu saling berpamitan, akhirnya mereka benar-benar berjauhan. Hyukjae memandang mobil yang membawa sahabatnya itu pergi, dan entah kenapa rasa sesak itu sedikit terasa di dadanya.
:::::
Seiring dengan pindahnya Donghae, sepertinya hubungan kedua sahabat itu semakin menjauh. Awalnya memang mereka sering sekali bertemu, tapi lama-kelamaan entah kenapa Hyukjae merasa Dongahe semakin menjauh. Lelaki itu bagai pangeran sekolah sekarang, begitu banyak gadis maupun pemuda yang menyukai Donghae. Dan sepertinya Donghae menyukai keadaannya saat itu.
Dan akhirnya, rasa itu tak tertahankan. Dengan mengumpulkan keberaniannya, Hyukjae mengutarakan perasaannya. Perasaan?? Ya! Perasaan yang ia pendam sejak lama pada sang sahabat. Saat itu, Donghae tengah berada di lapangan basket dengan teman-temannya dan beberapa orang yang juga ada di sana. Dengan sedikit rasa gugup, Hyukjae mendekat pada Donghae
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sick
FanfictionKeegoisan itu mengalahkan segalanya. Jika keegoisan itu membuatmu tetap ada untukku, maka selamanya aku akan bersikap egois. Kau milikku, hanya milikku.