Satu : Murid Baru

79 15 7
                                    


Rissa. Sebuah nama yang tak asing lagi didengar, parasnya yang cantik mampu membuat pria mana saja tunduk. Rambutnya yang pirang dan matanya yang dihiasi iris cokelat, membuat siapapun tak dapat mengelak bahwa ia gadis tercantik di sekolah. Sayang saja, perlakuan dinginnya yang bukan main membuat ia dinobatkan sebagai ratu cuek, dan seantero sekolah pun mengetahuinya. Tentunya hal itu bukanlah masalah yang berat bagi Rissa. Tidak penting. Bahkan itu yang terlintas didalam otaknya saat mendengar cemoohan. Sifatnya yang kelewatan dingin pun menjadikan ia tampak arogan. Jangan salahkan Rissa, ia memiliki sifat demikian karena beberapa, tidak, lebih tepatnya banyak dari mereka yang tidak menyukainya lantaran ia wanita perfect yang diidamkan banyak lelaki. Bisa dikatakan, jika hampir seluruh siswi di sekolahnya memiliki rasa iri kepada paras yang dimiliki Rissa. Dan tidak jarang juga, siswa disekolahnya melirik Rissa, bahkan dengar-dengar ia telah menjadi taruhan banyak siswa, terutama senior di sekolahnya.

"Oh, jadi ini cewek yang arogan yang suka ngerusak hubungan orang. Hebat hebat" kata salah satu gadis di depannya yang sedang berkacak pinggang. Sialan. Celetuk Rissa dalam hati. Beberapa orang sudah mencekam tubuh Rissa ketika baru saja keluar dari toilet. Sepertinya dia bukan teman seangkatan Rissa.

"Ruby Larissa Aurora, namanya cukup terkenal juga sih. Terkenal sebagai cewek gatel ditelinga gue!" bentaknya. Terlihat name tag-nya bertuliskan 'Kenza Alexa Berliana'. Rissa langsung ingat bahwa ia adalah siswi kelas 12 yang familiar di sekolah. Bagaimana tidak, ia adalah pasangan dari Devano Reihan Anantha cowok tajir-melintir dan kece parah di sekolah yang biasanya tebar pesona saat berangkat menggunakan mobil BMW-nya. Dan kabar yang ngga kalah hebohnya yaitu Kenza dan Devano dijuluki best couple bahkan couple goals.

"Sorry, gue nggak punya waktu berurusan sama lo" Rissa menghempaskan tangan kedua gadis yang tengah mencekam tubuhnya, ia pun tak segan-segan mendorong bahu Kenza dengan cukup keras.

"Heh, adek kelas! Lo punya nyali juga ya rupanya." ucap Kenza sambil menarik bahu Rissa.

"Jangan berpikir kalo gue adek kelas lo, gue bakal tunduk sama lo. Nggak sama sekali." Rissa kembali mendorong bahu Kenza tetapi kini dengan kedua tangannya. Ia langsung pergi dari ruang toilet. Lebih tepatnya pergi dari usikan Kenza-gang. Sarkas. Mungkin itu salah satu sifat yang Rissa miliki, ia memiliki pertahanan yang kuat untuk membela diri.

BRUKKK. Seseorang berbadan tegap bertabrakan dengan bahu Rissa. Terlihat asing. Siapapun itu Rissa tidak mengenalnya kecuali Sharin dan teman sekelasnya, selebihnya Rissa tak peduli dengan orang-orang yang ada di sekolah ini.

"Apa mata lo bermasalah" Seorang pria yang tidak sengaja Rissa tabrak berkata. Ia tak pernah punya maksud untuk menabrak pria tersebut. Kejadian itu tidak sengaja karena Rissa geram ingin cepat-cepat pergi meninggalkan Kenza-gang.

Rissa hanya menoleh tepat di sampingnya. Rissa menghela nafas dan mengabaikan apa yang dia katakan. Dan pergi tanpa ba-bi-bu.

"Sulit banget ya mengucapkan kata maaf, dan gampang banget buat lo bisa pergi tanpa beban seenaknya menghindari masalah kayak gini. Setidaknya lo merasa bersalah" katanya sambil menatap Rissa.

"Maksud lo apa berani-beraninya ngomong gitu ke gue. Semua orang udah banyak menyalahkan dan menghina gue, oh... apa lo juga ikutan mereka, yang menyalahkan dan menghina gue. Emang, di dunia ini pekerjaan yang paling mudah adalah menyalahkan" dengan tegas Rissa kembali menatap pria berdada bidang itu.

"Emang kapan gue menghina lo?" kata pria jangkung tersebut heran.

"Lo kan tadi yang nabrak gue, harusnya lo merasa bersalah dan minta maaf, bukannya pergi seenak jidat." Lanjutnya.

TRAPESIUMWhere stories live. Discover now