Lima : Mampus

11 5 0
                                    

Punggung Ringgo sudah tak nampak, tenggelam oleh punggung-punggung lainnya. Kini Rissa hanya sendiri di keramaian festival taman ria. Sejujurnya Rissa rada takut ditinggal sendiri oleh Ringgo sebab ia tak biasa keluar malam, namun mau bagaimana lagi, Rebecca membutuhkan sang kakak untuk menjemputnya.

Rissa berjalan menuju kedai kopi yang dimaksud Ringgo. Rupanya tidak jauh dari festival ini. Aneh, rumah makan padang yang tulisannya terpampang jelas tidak terbaca, sedangkan kedai kopi yang tulisannya mini jelas terbaca, dasar Ringgo. Rissa terkekeh dalam hati. Ia geleng-geleng kepala mengingat betapa konyol teman kecilnya itu.

Tidak enak hati jika hanya duduk di kedai tanpa membeli, Rissa memutuskan untuk menunggu Ringgo sambil menyeruput coffee latte.

Tak berapa lama, pria jangkung itu mendekati Rissa. Menyunggingkan senyum hangat dan menyapanya.

"Larissa, kan?"

Mampus. Rissa kalap. Matanya membulat dengan sempurna. Bagaimana bisa dia menemukannya di sini, terlebih lagi Rissa hanya sendiri.

"Primadona SMA Pelita Bangsa" cakapnya lagi sembari menunjukkan deretan giginya yang putih. Raut senyumnya seketika berubah menjadi sinis.

Ruby Larissa Aurora hanya melengos, tak menghiraukan lelaki dihadapannya. Hatinya mulai merasa janggal. Firasatnya mengatakan tidak enak.

"Kebetulan banget kita ketemu di sini, lo sendiri?" Katanya sambil duduk di depan Rissa tanpa izin.

Rissa hendak segera pergi dari tempat tersebut sebelum ada yang mengetahui. Bukannya tak nyaman dengan kedai ini, Rissa hanya malas untuk berurusan dengan orang di depannya, terlebih lagi jika berurusan dengan Kenza sang kekasih pria ini.

Gosip bahwa Rissa sebagai perusak hubungan orang, bisa-bisa tersulap menjadi fakta, dan orang-orang akan menilainya lebih buruk.

"Mau ke mana? Gue baru aja duduk" kata Devano Reihan Anantha senior tersohor di SMA Pelita bangsa. Yang kini tengah berbincang dengan wanita pujaannya.

"Pulang" jawab Rissa singkat.

"Mau gue antar?" Tawar Devano.

"Enggak usah" ketus Rissa tak ingin lawan bicaranya menyahut lagi.

"Enggak pa-pa gue antar lo aja ya,"

"Atau lo mau jalan-jalan dulu, gue temenin" Devano terus berbicara.

"Enggak usah!" Suara Rissa agak melengking kali ini. Sudah beberapa kali ia menolak dengan tegas, tetapi sepertinya pria itu belum mengerti.

"Yaudah gue antar lo pulang" katanya sambil menarik pergelangan Rissa.

"Gue bisa pulang sendiri, lepas!" Singkir tangan Rissa dari genggamannya. Tak sudi bila kulitnya bersentuhan dengan kulit pria itu.

"Nggak pa-pa gue antar lo aja Larissa" paksanya menarik lengan Rissa.

"Gue nggak mau lo antar" Rissa berhasil melepas cengkeraman Devano.

"Lo takut Kenza tahu?"

"Ayolah, sesekali lo jalan bareng gue, enggak akan nyesal kok, malah bikin nagih" ucap Devano enteng.

Cih.

Rissa ingin sekali menampar keras mukanya, saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut sang Devano. Tapi niatannya terkunci saat Devano tiba-tiba menarik paksa lengannya. Cengkramannya lebih erat.

"Lepasin gue!"

"Lepasin!"

"Ayolah Larissa, gue sudah terlalu bersabar menunggu lo. Gue nggak bisa nahan perasaan gue lagi!" Ujarnya yang masih mencekam tangan Rissa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TRAPESIUMWhere stories live. Discover now