Prolog

39 4 3
                                    

Tiga orang gadis yang mengenakan salah satu seragam sekolah menengah itu tengah bersenda gurau. Mereka menyusuri jalanan Kota Seoul di siang hari setelah menyelesaikan ujian kenaikan kelas terakhir. Hanya satu mata pelajaran, maka dari itu mereka bisa pulang lebih awal dari biasanya. Mereka setuju untuk tidak mengeluh setelah mengerjakan soal Bahasa Korea yang membunuh itu dan memutuskan menghibur diri bersama, dengan pergi ke taman bermain yang tidak jauh dari sekolah.

Taman bermain itu mungkin tidak sebesar seperti Seoul Land, Everland atau Lotte World. Wahananya juga tidak terlalu banyak hanya ada bianglala, komidi putar, kora-kora, roller coaster, dan beberapa wahana biasa lainnya. Tapi itu benar-benar cukup bagi para gadis itu untuk menghilangkan stress dan penat selama ujian. Dan satu lagi, tiketnya terbilang murah bagi pelajar seperti mereka, apa lagi kalau bisa merayu penjual tiket yang tampan itu, mereka bisa dibiarkan masuk secara gratis.

Gadis dengan rambut bob tanpa poni itu bernama Sohye, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menatap Mijin dan Soojin yang mengapitnya. "Apa yang akan kita naiki pertama kali?"

"Kumohon jangan naik komidi putar."

"Kenapa?" Mijin penasaran, biasanya Soojin akan memilih komidi putar apapun alasan dan keadaannya.

"Tidak biasanya kau seperti ini."

Soojin menjatuhkan kedua bahunya dan melempar napas kesal. "Aku tidak mau bertambah pusing karena menaiki kuda. Cukup ujian tadi yang membuatku pusing hingga ingin muntah."

Mijin dan Sohye tergelak, tidak menyangka temannya yang sangat mencintai kuda-kudaan berputar itu untuk pertama kalinya menolak.

"Kalian berdua jangan tertawa, aku benar-benar serius."

Ketiganya berjalan dengan santai menuju taman bermain. Ditemani sengat sinar matahari di atas puncak kepala, tetapi berhasil dihalangi oleh dedaunan dari pohon-pohon besar yang sudah lama tertanam disana.

"Baiklah, aku juga setuju. Untuk hari ini mari kita lewatkan komidi putar." Sohye berseru setelah berdamai dengan tawanya, sedangkan Mijin hanya menarik kedua sudut bibirnya. "Mijin-ah bagaimana dengan mu?"

"Tentu saja aku juga setuju." Mijin memberi gerakan kepala ke bawah beberapa kali disertai senyuman di bibirnya. "Kalau begitu mari kita naik yang menegangkan. Aku ingin berteriak sepuas mungkin."

"Oh Mijin-ah apa ini? idemu sangat bagus."

"Park Mijin memang terbaik."

"Benar, tidak ada yang bisa menandingi Park Mijin." Mijin tertawa senang karena bisa membuat temannya bahagia. Begini saja aku juga bisa ikut senang.

Mereka bertiga berlari kecil, kadang saling mendahului dan menjegal satu sama lain tapi tidak sampai ada yang terjatuh ataupun terluka. Bergandengan tangan lalu mendorong bahu. Hanya kelakuan iseng gadis remaja, tidak lebih.

Melihat sebuah kafe mini di dekat persimpangan jalan, mereka berhenti sejenak dan memutuskan masuk ke dalam untuk menghilangkan dahaga. Meskipun musim panas ini tidak sepanas biasanya tapi tetap saja berjalan di bawah terik matahari dan jarak sekolah ke taman bermain sangat menguras tenaga. Apalagi mereka tadi melakukan banyak hal saat berjalan.

Saat ketiganya selesai memesan minuman masing-masing, mereka memutuskan untuk segera pergi lagi meneruskan perjalanan. Sohye dan Soojin sudah keluar dari kafe, keduanya menunggu Mijin yang masih menunggu uang kembalian.

"Terima kasih," ucap Mijin.

"Semoga harimu indah." Balas seorang kasir dengan ramah.

Mijin membalikkan badannya, melangkahkan kakinya yang terbalut sepatu converse hitam keluar dari kafe. Baru sampai mencekal gagang pintu kaca itu, sesuatu yang aneh membuatnya berhenti dan berbalik. Apa ini? Mijin mengedarkan seluruh pandangannya ke dalam ruangan. Ia menelisik satu persatu yang ada di dalam. Tidak ada yang aneh semua terlihat sangat normal.

Meja kursi yang ada di kafe terbuat dari kayu yang entah Mijin tidak tahu apa, tapi dicat dengan warna putih tulang yang indah. Dibeberapa bagian kafe ada tanaman hijau sebagai batas antara meja satu dengan lainnya. Dindingnya hanya dibiarkan dilapisi semen tanpa dicat. Pelanggan disini juga tidak terlalu banyak, dia bisa melihat 2 pelajar dari sekolah tetangga yang tengah memakan pancake, beberapa lelaki yang tengah berkumpul di pojok, sepasang kekasih (mungkin) yang memilih tempat duduk di tengah ruangan.

Kemudian matanya berhenti pada sebuah meja panjang yang menghadap dinding kaca. Matanya kian fokus, disana ia menemukan dua orang laki-laki yang tengah berbincang.

Sebenarnya secara pribadi tidak ada yang terlalu bisa dilebihkan dari keduanya. Pakaian yang mereka pakai hanyalah pakaian yang casual. Satunya memakai hoodie abu-abu dengan jaket hitam lalu baseball cap warna putih. Sedangkan, yang satunya hanya memakai hoodie hitam biasa. Mereka terlihat seperti umur 20-an awal. Tapi, entah mengapa ada yang berbeda dari keduanya dibanding pelanggan laki-laki lainnya yang ada disini. Khusunya dengan pria yang memakai baseball cap itu. Keduanya terlihat berbincang akrab satu sama lain.

Saat Mijin fokus mengamati keduanya, secara tidak sengaja ia melihat laki-laki dengan topi itu tertawa memperlihatkan gummy smile yang seumur-umur baru dilihatnya langsung. Aigoo manis sekali, rasanya aku hampir mati. Padahal Mijin bukan pecinta makanan manis tapi dia tidak membencinya juga, tapi kalau manisnya bisa dipandang tanpa dicicipi dengan senang hati ia akan menyerahkan dirinya.

"Ya, Park Mijin!" Tiba-tiba Soojin berada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, Park Mijin!" Tiba-tiba Soojin berada di depannya.

Mijin mengedipkan matanya antara bingung dan kaget mengetahui keberadaan gadis itu. "Kenapa kau disini?"

"Bodoh, kami menunggumu. Apa kau sudah selesai?"

"Oh.. ya aku sudah selesai."

"Lalu apa yang membuatmu lama?"

Mijin terdiam bingung dia harus mengatakan apa yang telah dilakukannya atau tutup mulut. Setelah berpikir sepersekian detik dan merasa tidak ada hal yang perlu dikatakan, dia hanya menggeleng.

"Geunyang..."

"Kalau begitu ayo cepat pergi."

Keduanya melangkah keluar menghampiri Sohye yang berteduh di teras kafe.

Saat akan meninggalkan kafe itu Mijin kembali menoleh ke arah laki-laki yang masih ia lihat dari balik kaca. Diam-diam dia memejamkan matanya dan berdoa semoga bisa berjumpa lagi dengan laki-laki itu dan diberi kesempatan yang bagus. Tanpa sengaja keduanya bertatapan meski tidak lama. Mijin tersenyum dan melambaikan tangan ke arah laki-laki itu, semakin yakin bahwa akan ada waktu untuk mereka berdua nanti. Firasat bagus.

***

091218


Find My Way [MYG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang