Part 1 : Home

16 3 1
                                    

Part 1

Home



"Aku pulang."

Mijin menutup pintu apartemen dan melepas kedua sepatu hitamnya. Lampu bagian depan terlihat menyala otomatis kemudian saat ia masuk lebih dalam lampu tersebut mati begitu saja.

Menaruh kue beras di meja dapur yang telah ia beli di jalan sepulang sekolah, Mijin menuju kamar seseorang yang berhadapan langsung dengan ruang tamu. Tanpa mengetuk pintu, Mijin memanggilnya dari luar.

"Hei, kau masih tidur? Cepat bangun, aku membeli kue beras kesukaanmu. Aku tahu kau belum makan seharian." Tidak ada jawaban, tentu saja. Bicara dengannya seperti bicara pada batu. "Baiklah, setidaknya kau punya lima belas menit sampai aku selesai memasak ramen." Benar begini, Mijin akan bermonolog sampai pemilik kamar merespon atau akan meninggalkannya begitu saja.

Akhirnya ia memilih berjalan ke dapur dan mulai memasak ramen.

"1 bungkus ramen butuh 400ml air. 3 bungkus ramen butuh 1200ml air. Aku benar-benar seperti chef saat memasak ramen."

Sambil menunggu air mendidih, Mijin memindahkan kue beras pedas ke dalam mangkuk.

Sayup-sayup ia mendengar suara pintu kamar terbuka Mijin menoleh dan tersenyum.

"Apa tidurmu nyenyak Pangeran Salju?"

Yoongi mendudukkan badannya. Matanya masih menyipit, dahinya mengerut dan bibirnya mencebik.

Lucunya.. kucing manis siapa ini?

"Minumlah dulu, aku tahu kau baru benar-benar bangun kan?"

Mijin mengetahui betul kebiasaan Yoongi. Laki-laki itu tidur jam 4 pagi dan lumayan sulit untuk dibangunkan. Anehnya dia selalu tepat waktu dan tidak pernah membolos saat pergi kuliah. Mijin tidak tahu bagaimana Yoongi bisa melakukannya.

"Kau tidak pulang?"

Yoongi selalu bertanya hal yang sama padanya. Benar-benar tidak kreatif. Tapi, itu lebih baik daripada Yoongi yang diam, itu bisa membunuh Mijin karena mati kebosanan

"Aku bahkan baru sampai dan langsung menuju kesini membangunkanmu dan memberimu makan, dan kau malah bertanya seperti itu? Kau jahat sekali."

"Aku tidak memintamu datang. Kau sendiri ya-"

"Arraseo arraseo, tidak perlu diteruskan. Makanlah ini saja." Mijin meletakkan 2 mangkuk ramen di meja. Satu di hadapan Yoongi dan satu untuknya.

"Cepat habiskan dan pulanglah."

"Aku tahu. Aku akan pulang setelah mencuci semuannya." Mijin menelan ramennya yang panas. "Aku benar-benar akan cepat pulang jika kau juga menghabiskan ramenmu."

Yoongi belum menyentuh ramennya sama sekali. Laki-laki itu hanya memandang gadis di hadapannya tanpa emosi. Jika ditanya apa dia lapar? Tentu saja. Dari semalam perutnya belum terisi apapun. Yoongi baru mulai menyuap saat ramen Mijin tinggal setengah. Dan mereka berhasil menghabiskan ramen dan kue beras bersamaan.

Saat Mijin mulai membersihkan meja, Yoongi menghalanginya. Ia merebut mangkok yang ada di tangan Mijin dan berpindah ke wastafel.

"Aku yang akan mencucinya kau cepat pulang."

Mijin menatap Yoongi dan menghela napas. Dia hanya bisa mengedipkan matanya dan memandangi punggung Yoongi yang berbalut kaos hitam.

"Cuci yang bersih. Jangan tertinggal noda itu akan membuat pekerjaan bertambah. Pastikan kau tidak membuang makanan di wastafel buanglah di tempat samp-"

"Aku tahu. Aku bukan anak kecil sepertimu." Yoongi mengintip dari balik bahunya. "Cepat pulang!"

"Kau ini cerewet sekali. Aku akan pulang. Aku tidak akan menginap disini jadi tenang saja."

"Maaf tidak bisa mengantar."

"Aku bisa pulang sendiri. Rumahku tidak jauh dari rumahmu. Aku hanya perlu berbelok 2 kali. Ini masih siang hari dan banyak orang beraktivitas. Aku juga tidak akan mampir kemana-kemana, aku hanya akan langsung pulang dan belajar di kamarku. Apa kau puas?"

Tidak ada jawaban dari Yoongi, laki-laki itu sibuk membuang sisa makanan di sampah setelah menempatkan mangkok pada tempatnya.

"Baiklah, aku pulang. Min Yoongi-ssi jangan merindukanku!"

"Ya!!"

Mijin berlari dan segera keluar dari apartemen Yoongi. Gadis itu tertawa terbahak-bahak setelah menggodanya, padahal ini bukan pertama kali dia melakukannya tapi, balasan Yoongi selalu lucu menurutnya.

Setelah tawanya memudar Mijin menarik kedua sudut bibirnya ke atas, tersenyum. Dia memikirkan Yoongi yang terlalu mengkhawatirkan dirinya agar cepat pulang, Mijin tahu itu tanpa Yoongi bicara. Ini pasti gara-gara Ayah Mijin yang galak, seandainya saja laki-laki tua itu tahu bagaimana perasaan anak gadisnya ini, mungkin ia akan berlaku lebih ramah. Tapi itu tidak akan pernah terjadi.

Menghela napas, Mijin mulai melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen Yoongi.

***

"Apa kau mampir ke rumah anak itu lagi?"

Mijin tersentak di tempat duduknya. Satu jam yang lalu dia baru sampai di rumahnya dan membersihkan diri. 

"Eomma, bisakah mengetuk pintu? Kau selalu mengagetkanku."

"Berapa kali aku bilang jangan kesana lagi. Kau ini anak perempuan kenapa suka sekali bermain ke rumah anak laki-laki yang tinggal sendirian? Kenapa kau tidak pernah mendengarkanku?"

Mijin menghela napas. Pasti adiknya melaporkan hal ini lagi pada ibunya. Awas saja dia akan balas dendam nanti. "Eomma, aku kesana bukan untuk bermain. Aku hanya membantunya, lagipula dia sunbae-ku. Sunbae juga tidak tinggal sendiri, orang tuanya hanya sedang bekerja di luar kota."

"Aku tidak peduli tentang keluarganya. Kau taukan bagaimana ayahmu akan bertindak seperti apa jika tahu anak gadisnya melakukan ini?" Ibunya mendekat yang kemudian duduk di ranjang bersebelahan dengan Mijin. Tangannya mengelus rambut basah Mijin yang belum sempat ia keringkan. Ada kasih sayang yang telah lama Mijin rindukan.

"Aku tahu." Jawabnya lemah. Mijin menyenderkan kepalanya pada bahu wanita renta itu dan memeluknya. Hangat. Kapan ya terakhir kali ibunya memeluknya? "Si bodoh itu melaporkannya pada Ibu ya?" Bibirnya mencebik lucu mengeluarkan protes.

"Jangan mengejeknya. Dia itu adikmu dan sangat pintar. Meskipun kalian tidak akur, setidaknya dia tidak pernah melaporkan hal ini pada ayahmu."

Ya dia pintar berbohong dan memanipulasi semua orang untuk membuatnya menyukainya, ejeknya diam-diam. Tapi, untuk poin terakhir itu ada benarnya. Adiknya yang punya wajah peri itu tidak melaporkan hal ini pada ayah mereka. Jika dia benar-benar melakukannya maka, Mijin akan tamat. Benar, Mijin harus bersyukur atau setidaknya dia akan mulai berhenti memanggilnya pendek.

"Sekarang keringkan rambutmu dan belajarlah. Eomma akan siapkan makan malam, tidak ada alasan aku sudah makan di rumah teman."

"Baiklah."




080119

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Find My Way [MYG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang