(5)~Sandiwara Singkat~

52 14 4
                                    

Typo bertebaran dari part-part sebelumnya. I'm so sorry🤥

🌿Happy reading🌿
~~~

"Nika, lo kok ngelamun terus sih! Noh bakso lo!"

Mendengar perkataan Luna itu, barulah Nika sadar Mbak Mirna menyodorkan semangkuk bakso beserta uang kembalian Nika.

"Waduh, mbak Nika ngelamunin apa nih, kok sampek susah buyarnya. Perasaan barusan mbak Nika kayaknya seneng gitu. Habis di tembak si Bobbi ya?" goda Mbak Mirna membuat Nika sontak mengernyit jijik.

"Apaan sih, mbak! Gak selera makan nih!" seloroh Nika. Cewek itu makin muak setelah melihat cowok berbadan gempal bernama Bobbi yang melempar smirk menggoda entah ditujukan pada siapa. Di samping meja cowok itu, ada Deric bersama teman-temannya yang asyik mengobrol. Tampak sangat berbanding jauh dengan Bobbi-si gempal cupu- yang hanya duduk seorang diri tanpa teman.

Nika tersenyum miris melihatnya. Untung Nika segera sadar, kalau apa yang ia hina bisa jadi kembali pada dirinya sendiri. Dan Nika juga tak bisa memastikan kalau dirinya tak pernah berada dalam posisi Bobbi saat ini.

"Jangan digodain, mbak. Perubahan sifatnya emang drastis ni anak," sanggah Luna, seraya mengangkat mangkuk baksonya.

Pandangan Nika tak bisa lepas dari Deric, bahkan saat ia mengangkat semangkuk baksonya, lalu mengekor Luna mencari tempat duduk. Leher gadis itu menoleh mengikuti arah matanya memandang Deric.

Dalam hati, Nika iri dengan anak-anak hitz kala mereka berkumpul dan tertawa bersama. Orang-orang dengan humor tinggi, mudah bergaul, dan digemari banyak orang seperti Deric dan teman-temannya.

Selama ini, Nika tak pernah merasakan tertawa dan bercanda dengan banyak teman. Nika hanya memiliki satu teman akrab-teman sebangkunya atau sahabatnya seperti Luna. Selalu saja begitu sejak dulu di SMP. Karena menurut Nika, susah menemukan orang yang bisa menerimanya sepenuhnya dan menjadi tempat aman mencurahkan perasaan. Sekalipun Nika menemukan banyak teman seperti itu, belum tentu juga ia bisa berbaur dengan canda tawa, saling menyahuti perkataan dengan ceplas-ceplos tanpa rasa jaim. Nika merasa perlu berlatih untuk menjadi pribadi yang humoris dan membuat orang lain nyaman bersamanya.

"Mojok aja sini," Luna baru menyadari Nika tak mengikutinya, malah menuju bangku lain yang tak jauh dari Deric dengan pandangan searah.

"Lah, Nika ishh, Deric mulu maunya," gerutu cewek itu.

Luna terdiam, saat sadar bahwa Nika menghampiri meja yang ditempati Aruna dan kedua temannya.

"Eh, Nika!" Baru saja ingin mencegah, kejadian yang tak ingin Luna lihat malah terjadi dan lebih buruk dari dugaannya.

Nika tersandung kaki salah satu teman Aruna yang-entah disengaja atau tidak- diselonjorkan ketika Nika lewat. Otomatis, Nika limbung dan...

Pyarrr!!

"Aw!!"

Nika sendiri terkejut saat ia tersandung kaki seseorang hingga mangkuknya jatuh dan pecah. Kuah baksonya yang panas tumpah pada betis mulus seseorang di depannya. Nika kaget saat matanya bertemu dengan mata sang pemilik betis yang tak lain adalah Aruna.

"Awww!! Panas!" gadis itu merintih membuat seluruh pasang mata yang ada disekitar mereka berpusat pada mereka. Kedua sahabat gadis itu sontak mengungkapkan simpati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ElganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang