Kutukan Anchor Lux I

19 5 3
                                    

Dinasti yang dibangun dengan darah, maka harus berakhir pula dengan darah....

[Dellona Point Of View]

Malam itu tidak seramai biasanya. Aku duduk tenang di depan meja rias bertatahkan permata dan berlian, hadiah ulang tahunku yang ke-16 tahun lalu. Sendirian, sambil terus menyisir rambut perakku yang panjang.

Aku bisa mendengar jelas teriakan orang-orang. Mereka meraung kesakitan, meminta pertolongan, dan terus memohon atas jiwa mereka yang tidak berharga.....

Bagi ayahku.

Terlahir sebagai putri Anchor Lux bukan suatu kehormatan bagiku, tetapi kutukan. Seharusnya aku ikut mati bersama saudara-saudaraku yang lain waktu aku baru dilahirkan. Ajaibnya, aku masih hidup dan sebentar lagi adalah hari ulang tahunku yang ke-17.

Saat menatap cermin dalam-dalam, aku mulai menerka apa yang membuat kaisar tidak membunuhku. Aku mencoba asal menjawab. Pantulan wajah pria bengis itu terlihat jelas dalam sosok gadis berambut panjang. Ya, jelas sekali kalau itu aku. Rambutnya, matanya yang sedalam lautan darah, dan kulit putih pucatnya, semua yang ia miliki turun hampir 100% padaku. 

Pria itu...

Kaisar Grand Salvian de Gulness Anchor Lux, ayahku. Bukanlah pria baik hati. Tapi tetap menjadi sanjungan rakyatnya. Dia adalah tirani paling kejam, tidak ada yang luput dari pandangannya. Banyak wanita mengelilingi ayahku dan memiliki anak dengannya. Tapi wanita-wanita malang itu dan bayi mereka, berakhir di bawah mesin guillotine kesayangan kaisar.

Ibuku bernasib sama, lalu kenapa aku tidak ikut bersama ibu?

Aku ingin membenci ayah, tapi tidak bisa. Banyak yang membenci dirinya, lalu siapa yang mencintainya?

Ayah memang sosok mengerikan yang selalu pulang ke istana bermandikan darah musuh-musuhnya, tapi ia tidak akan menunjukkan sosok itu padaku. Dia datang dengan kehangatan dan pelukan manis. Sisi lain ayah yang tidak akan pernah terlihat oleh siapapun di dunia ini kecuali aku.

Dia sangat menyayangiku, tidak akan membiarkanku melihat darah setetespun, bahkan tidak membiarkan diriku dipandang oleh orang lain selain dirinya. Aku benar-benar terjaga di bawah lindungannya.

Tapi malam ini....

Krekkk.... 

Ayah membuka pintu kamarku perlahan. Tatapan matanya kosong. Lelaki itu dipenuhi oleh darah disekujur tubuhnya. Aku bangkit dari tempat dudukku sambil berusaha menjauhkan diri dari ayah yang seperti orang gila.

"A....ayah?!"

Prang!!!!!

Pedang ayah jatuh. Pria itu terduduk sambil menangis tersedu-sedu.

"Dellona, ayah tidak kuat lagi!!!"

Aku berlari menghampiri ayah, kini rasa takutku padanya sedikit berkurang. Kenapa ayah sekacau ini? Apa yang sebenarnya terjadi?!!!

"Dellona, aku lahir dari amarah dan dendam leluhurku. Dalam darahku mengalir konrtak dengan iblis untuk meraih kekuasaan." Ayah menyandarkan wajah tampannya di bahuku.

"Dan malam ini juga semuanya, apa yang telah leluhurku bangun aku akan menghancurkannya!!!"

DARRR!!!!!!

Pedang ayah seketika berubah menjadi pria mengerikan dengan sepasang tanduk mirip domba berwarna merah menyala. Sosok itu hanya menggunakan sehelai kain penutup di pinggangnya, ia tertawa kecil mendekati ayahku.

"Jadi kau akan menebus masa kejayaan keluargamu selama 5 generasi dengan jiwamu? Salvian!!!" 

Teriakan pria itu mengundang petir dan merubuhkan kaca jendela kamarku yang besar. Aku memeluk ayah dengan sangat erat, tak terasa air mata menetes bercampur dengan darah yang ada di tubuh ayah.

Second TiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang