[Dellona point of view]
Byurr!!!
Seluruh isi kepalaku sedikit berkurang saat air yang disiramkan pelayan menyentuh tubuhku. Mereka memang tidak sebaik pelayanku sewaktu masih berada di istana, meski begitu setidaknya untuk hari ini aku bisa merasakan sedikit kebersihan.
"Cepat ganti bajumu. Kami tidak punya waktu untuk terus melayanimu!" Bentak salah seorang pelayan padaku. Kemudian aku segera bangkit dan membenahi diriku sendiri.
Setelah siap membenahi diri, kemudian para pelayan itu membawaku ke suatu tempat yang melewati banyak tangga berputar. Sepertinya aku berada di sebuah menara yang tinggi, sebab sejak tadi tangga yang kunaiki seolah tak ada habisnya.
Saat kami tiba, di depanku terpampang jelas sebuah pintu besar dengan pilar di kedua sisinya. Pintu yang terbuat dari besi yang kokoh.
"Masuklah!"
Tiba-tiba pelayan wanita yang mengantarku tadi mendorong tubuhku dan segera menutup pintunya dengan rapat.
Kini seluruh pandangan tertuju padaku. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, wajahku yang pucat sedikit menyemburkan rona merah karena malu.
"Wah, aku belum pernah melihatmu? Apa kau salah masuk ruangan anak baru!"
Seseorang tampak sedang memberikan sambutan yang kurang bersahabat padaku.
"Allisa jaga nada bicaramu!" Wanita lainnya yang ada di sana memberikan peringatan pada Allisa, kemudian ia mendatangiku dengan tatapan dingin.
"Siapa namamu?"
Aku sama sekali tidak menggubris wanita itu. Bukannya tidak mau, aku hanya bingung harus menjawab apa sebab aku adalah...
"Jangan sampai aku mengulang pertanyaan yang sama nona!" Kini gadis berambut hitam pekat dengan sedikit gelombang di ujungnya mulai meninggikan suara.
"Anna... ya, aku Anna." Jawabku asal.
"Aku Janne, selamat datang di bilik cinta. Tetaplah berprilaku baik agar kau terus dilayani dengan penuh perhatian selama berada di sini." Gadis berambut hitam tersebut memperkenalkan namanya dengan singkat, kemudian berlalu kembali ke tempat dimana ia berada.
Aku memperhatikan sekelilingku dengan seksama. Sebaiknya dimana aku harus beristirahat? Seluruh wanita yang ada di dalam sana seolah memberi sinyal jangan mendekati wilayah mereka.
Di tengah-tengah kebingungan, seorang gadis yang lebih muda dariku melambaikan tangannya.
"Ayo kemari!" Ungkapnya dengan nada yang manis. Hanya gadis itu yang menyambutku baik di tempat yang bernama bilik cinta ini.
"Hai Anna, aku Sianne! Salam kenal." Gadis yang memanggilku itu mulai memperkenalkan diri dengan senyuman.
"Hai Sianne." Balasku.
Mataku menangkap sesuatu yang tak biasa. Tak sengaja aku memandangi perut gadis manis bernama Sianne itu yang telah menggembung. Sepertinya dia menangkap ekspresi bingungku dan segera memegang bahuku untuk duduk di sampingnya.
"Aku malu kalau kau terus memandangiku seperti itu Anna." Ungkapnya sembari mengelus perlahan perut buncitnya.
"Maaf, aku tidak bermaksud..."
"Tidak masalah."
Sejenak kami berdua terpaku dalam diam. Tapi itu tidak berlangsung lama ketika Sianne kembali memulai percakapan denganku.
"Maafkan perkataan Allisa dan kak Janne yang kurang menyenangkan tadi ya. Sebenarnya mereka tidak bermaksud begitu." Ungkap Sianne.
"Tidak masalah. Tapi, aku masih bingung tempat seperti apa ini?" Tanyaku padanya. Meski mata ini masih nakal menyoroti perut Sianne.
"Seperti yang kak Janne bilang. Tempat ini bernama bilik cinta. Tempat berkumpulnya gadis-gadis pilihan tuan Markus, mafia yang paling berkuasa di kota ini. Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam tempat ini. Biasanya gadis-gadis yang berada di lantai bawah berusaha melakukan beragam cara untuk bisa sampai ke tingkat ini." Terang Sianne.
Gadis itu terus berbicara tanpa memberi jeda sedikitpun. Dari apa yang kutangkap, tempat yang bernama bilik cinta ini adalah level tertingginya para wanita si buncit Markus itu. Aku cukup bersyukur bisa mencapai tempat ini dengan singkat. Sebab para wanita yang berada di ruangan ini yang paling mendapatkan perlakuan manusiawi.
"Kemudian, kau juga harus tau siapa itu kak Janne." Tiba-tiba Sinne membisikan nama wanita menawan berambut hitam tadi sambil menunjuknya.
Aku bisa melihat jelas wanita bernama Janne itu tengah duduk di kursi mahal yang berlapis beludru sambil menikmati secangkir minuman.
"Dia adalah alfa di ruangan ini. Dia bertanggung jawab atas seluruh wanita yang ada di dalam bilik cinta ini. Lihatlah betaba berbedanya dia dengan wanita lainnya." Lanjut Sianne.
Aku memang bisa melihat perbedaan Janne dengan yang lainnya. Sudut ruangan yang ditempati wanita itu lebih mencolok dengan segala kemewahanya. Bahkan gaun yang ia kenakan berkilauan layaknya wanita bangsawan. Perbedaan tersebut semakin memperjelas posisinya sebagai alfa.
'' Hoam! Anna, istirahatlah. Hari ini kau bisa tidur di tempat tidurku." Sianne membaringkan tubuhnya sembari memberi sedikit ruang untukku.
Aku memandangi punggung Sianne kemudian meneteskan air mata.
"Apakah kehidupan sebagai wanita bermartabatku akan berakhir bersama seluruh harga diri yang telah dibangun ayahku di tempat hina seperti ini?" Batinku.
![](https://img.wattpad.com/cover/169037736-288-k564056.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Tiran
FantasySesuai dengan pesan mendiang kaisar Anchor Lux sebelum jiwanya diambil oleh iblis, Dellona sang putri melepas jubah kebesarannya dan hidup menjadi wanita biasa dengan identitas baru sebagai Sianne. Ditengah perjalanan menempuh hidup baru, Sianne ter...