[Dellona Point of View]
Tuhan sekali lagi menyelamatkanku dari kematian.
Aku bingung antara harus bersyukur atau malah merutuk perbuatan yang tuhan lakukan padaku.
Saat ini, entah sudah berapa hari berlalu. Bahkan aku tidak tahu apakah ini siang atau malam. Yang kutahu, sekarang aku duduk dengan tubuh terikat di sebuah ruangan gelap yang lembab.
Didepanku, telah duduk seorang wanita tua yang kedua matanya tertutup dengan bekas lebam hitam pekat. Ia membawa cambuk di tangan kanannya.
Saat aku membuat sedikit gerakan, dengan tanggap wanita tua yang sebelumnya nampak tertidur itu membetulkan posisi duduknya.
"Sudah lama aku tidak kedatangan tamu. Terakhir, wanita itu mati beberapa tahun lalu. Hahhahaha" Wanita yang bahkan tak dapat membuka matanya itu membuka suara sambil tertawa terbahak-bahak.
Tubuhku sedikit terguncang mendengar tawa menggelegarnya itu. Apalagi saat ini aku hanya berdua dengannya, di ruangan yang gelap dan lembab.
"Tapi suamiku berpesan, kalau aku tidak boleh membunuhmu!" Wanita tua itu mencengkram wajahku dengan jari jemari kisutnya. Dia seperti nenek sihir.
"Kenapa tidak bunuh saja? Kenapa harus mematuhi suamimu, kalau kau mau kau bisa melakukannya." Terangku sembari berusaha melepaskan cengkraman tangannya.
"HAHAHAHAHA, Apa kau gila. Kalau aku membunuhmu, hidupku juga tidak akan lama." Wanita tua itu mendekakan wajahnya dihadapanku.
Aku bingung harus merasa takut atau kasihan padanya. Untuk melihat saja dia mendapat kesulitan, tapi berani-beraninya ia sesumbar telah menghabisi nyawa orang lain.
"Jangan bilang lelaki tua berbadan tambun bau bangkai itu suamimu? Hahahaha. Kau takut dengan babi alot itu!" Aku tertawa sambil menatap tajam ke matanya yang tak dapat melihat itu.
"Beraninya!"
ZRAP!
Wanita tua buta itu menghujam tubuhku dengan cambuknya berberapa kali.
" Kenapa kau takut padanya? Katanya sudah pernah membunuh orang lain. Bukan perkara sulit kan untuk membunuh suami sendiri!" Aku semaki memprovokasi wanita itu untuk terus mencambukku sampai mati.
ZRAP
ZRAP
ZRAP
ZRAP
"Wanita sialan! Berani-beraninya menghina suamiku.'' Wanita tua itu terus menghujamku hingga beberapa bagian tubuhku mengeluarkan darah yang banyak.
"Suamimu yang telah menghina dirimu. Lihatlah, kau harus menghadapiku di sini. Di ruangan bau apek, sementara dia bersenang-senang dengan wanita muda dan cantik di luar sana. Aku kasihan padamu nyonya besar!"
Seketika rajaman yang ia berikan mendadak berhenti. Perlahan wanita tua buta itu mencengkram cambuknya dan siap menjerat leherku untuk yang kedua kalinya.
"Apa yang kau tunggu. Bunuh aku, lalu lawan suamimu!"
Tanpa berbicara panjang lebar, wanita tua itu segera menjerat leherku dengan cambuknya. Kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Dia benar-benar berniat menghabisiku. Syukurlah, akhirnya hidupku akan segera berakhir.
Daripada harus bermalam bersama pria tambun bau itu, lebih baik aku mati di tangan istrinya yang malang. Setelah itu, wanita ini akan pergi ke alam baka meninggalkan semua dosa dan derita yang ia tanggung selama di dunia, persis sepertiku.
Apa pengorbanan yang kulakukan telah benar?
Dar!
Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Tak berapa lama wanita buta yang menjeratku perlahan-lahan tumbang. Dan setelah kusadari darah dari kepalanya terciprat di wajahku.
"Dasar pembangkang! Sudah kubilang berikan wanitaku pendidikan tata krama dan jangan sampai melukainya. Tapi kau melewati batas, dasar wanita jalang!"
Pria tambun yang kami bicarakan tadi muncul masih dengan cerutu tembakau baunya. Dia datang menghampiriku dengan menginjak mayat istrinya tanpa rasa iba sama sekali. Pria iblis.
"Lihat kulitmu yang mulus ini hampir hancur dibuat istriku yang tak tahu malu itu!"
GREK!
Pria tambun itu menekan pijakan kakinya pada mayat wanita buta itu.
"Kenapa nasibku sial sekali. Padahal aku baru saja mau menjemputmu supaya kita bisa menikmati malam bersama. Dengan luka itu, aku tidak bisa menyentuhmu cantik!" Pria tambun itu mengelus wajahku perlahan dengan tatapan mesum yang menjijikan.
" Bawa dia ke atas! Rawat sampai lukanya sembuh!" Perintah pria tambun itu kepada beberapa pelayan tua yang mengikutinya dari belakang sewaktu menuju ruangan tempatku berada.
"Tuhan, rencana apa yang ingin kau tunjukkan padaku? Padahal sedikit lagi kematianku berada di depan mata!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Tiran
FantasiSesuai dengan pesan mendiang kaisar Anchor Lux sebelum jiwanya diambil oleh iblis, Dellona sang putri melepas jubah kebesarannya dan hidup menjadi wanita biasa dengan identitas baru sebagai Sianne. Ditengah perjalanan menempuh hidup baru, Sianne ter...