Kejadian Di Siang Hari

117 4 0
                                    

"Kau sudah menunggu lama?'' Tanyanya langsung pada wanita yang telah menunggu di ruang kerja beberapa menit yang lalu.

''Oh tidak,aku baru sampai lima belas menit yang lalu". Jawabnya langsung sambil beranjak berdiri.

Lelaki itu mengangguk,lantas segera menuju lemari kecil dekat meja kerjanya. Lalu meraih jas putih,memakainya.

''Apa kau sudah melihat Hanna? Tolong beritahukan padanya bahwa aku akan menjenguknya nanti siang. Jadwalku pagi ini cukup padat. Kau bisa?'' Tanyanya lagi sambil bergegas membuka pintu, di ikuti oleh wanita berambut pendek yang bernama Teresha.

''Tentu,aku akan melakukannya." Jawabnya singkat sembari memberikan senyuman.

''Baiklah,kalau begitu aku akan segera menuju ruang pasien. Terima kasih telah membantuku." Ujarnya sambil beranjak pergi meninggalkan Teresha.

''Tunggu,apa kau membawa bunga?'' Pertanyaan Teresha berhasil mengingatkannya tentang bunga mawar merah yang tidak sempat ia bawa.

''Astaga,bagaimana aku bisa lupa?" Ucapnya terlihat kebingungan. "Kau bisa membelinya terlebih dahulu? Aku tidak punya waktu untuk ke toko bunga. Hari ini ada banyak pasien yang harus segera aku tangani."
"Tentu saja. Aku bisa melakukan apapun yang kau mau." Jawab Teresha sambil tersenyum simpul.
Lelaki itu tersenyum.
"Yah,kau memang ahli dalam segala hal." Kata lelaki itu sedikit memuji sembari mengenakan kacamata berbentuk bulat.
''Baiklah,aku akan segera pergi. Selamat bekerja." Ucap Teresha sambil pergi menuju pintu.
"Tunggu."
"Ada apa. Apa kau—?"
"Terima kasih. Dan...maaf. Aku selalu melibatkanmu dalam hal apapun." Ucap lelaki itu dengan pasrah. Ada rasa bersalah ketika dia harus meminta bantuan pada Teresha. Ini bukan untuk yang pertama kalinya. Teresha selalu menjadi bagian dalam cerita hidupnya. Bahkan di saat dia kesulitan ataupun merasa kesepian, Teresha lah yang selalu hadir untuk mengembalikan jati dirinya kembali. Teresha sudah lebih dari sekadar teman.

Teresha hanya terdiam. Menatap lelaki itu sambil memicingkan kedua matanya.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanyanya sambil menyilangkan kedua tangan.
"Tidak apa-apa. Itu hanya....aku merasa jika selama ini,aku selalu merepotkanmu." Jawab lelaki itu terlihat gusar.

Teresha tertawa pelan mendengar jawabannya.

"Aku sudah bilang. Aku tidak suka jika kau mengatakan hal itu. Kau membuatku merasa bersalah lagi karena harus bertemu dengan lelaki baik sepertimu." Ucap Teresha sambil mendengus kesal.
"Baiklah,aku akan memaafkanmu. Tapi dengan satu syarat. Temui aku di lusa malam. Kau masih ingat bukan? Lihat saja jika kau melupakannya, aku tidak mau lagi bekerja denganmu." Katanya sambil membuka pintu lalu segera pergi.

Lelaki itu terdiam. Mengingat kejadian 3 tahun yang lalu saat pertama kali bertemu dengan Teresha.

§

Pukul 11:25,

Suara sorak sorai kini sedang bergema mengisi kegaduhan di ruang olahrga. Sekerumunan orang meneriaki pertandingan basket yang kini sedang di laksanakan di lapangan tertutup. Banyak sekali kaum wanita yang kini terlihat riang melihat salah satu sang idolanya bertanding di pertandingan basket kali ini. Meyling,wanita asli dari keturunan etnis China yang menjadi satu-satunya temanku bermata sempit. Sikapnya yang terlalu banyak mengkhayal kini bangkit lagi ketika kedua matanya sigap memerhatikan pertandingan bola basket.

Kini,aku,Meyling dan dua lagi temanku sedang berjalan,melewati lapangan basket. Meyling sedari tadi dirinya ikut-ikutan untuk memberikan semangat pada sang idola.  Berteriak kesana-kemari memberikan semangat. Dengan beberapa atribut untuk yang sedang di kenakannya. Aku sama sekali tidak tertarik dengan pertandingan bola basket ini. Apalagi berteriak-teriak memanggil nama sang idola.

Lelaki Pengantar Rindu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang