SEBUAH RASA

35 1 0
                                    

Hari sudah pagi. Jam menunjukan pukul 07:12.

Kedua mataku terasa lengket untuk di buka. Berat. Aku mendengus kesal. Perlahan sekali aku membukanya. Terpaksa aku terbangun dari tempat tidur.

Menangis semalaman ternyata tidak bisa membuatku kembali pada Hans..  

Kedua kakiku terpaksa menyeret tubuh beranjak dari kasur. Aku sudah bangun terlalu siang. Kuraih ponsel dari atas meja. Lalu membuka pesan dari grup. Rupanya, Kalisha,Meyling, dan Gelsey mengirimkan beberapa foto sekaligus video ketika mereka sedang berlibur. 

Mereka benar-benar menikmati hidup....batinku iri sambil membanting ponsel ke atas kasur. 

Aku segera ke kamar mandi. Menghampiri cermin. Lalu berdiri menatap sendu wajahku sendiri.

Kau mengerikan sekali.....kataku dengan suara parau. 

Aku segera mencuci muka. Di lanjut dengan menggosok gigi. Namun,baru saja sikat gigiku masuk ke dalam mulut. Mendadak suara pintu terdengar. 

Kenapa ibu selalu datang pagi-pagi?  Gumamku sambil terus menggosok gigi.

"Ayo masuklah..." Suara ibu terdengar samar dari balik pintu kamar mandi. 

Mendadak aku tertegun. Ketika baru saja kudengar ibu menyuruh seseorang untuk masuk. 

Dengan siapa ibu datang? Apa itu Hans? 

Aku bergegas membuka pintu. Hingga akhirnya,kedua mataku tertuju pada sosok ibu yang tengah gusar menyiapkan secangkir minuman hangat. 

"Dimana kau menyimpan teh?" Tanya ibu gelisah sambil terus membuka pintu lemari makanan satu persatu. 

Aku menunjuk ke atas lemari es. 

Ibu segera meraihnya. 

Aku menoleh ke sekitar. Tidak ada siapa-siapa. Kataku ketika berhasil tidak menemukan Hans ataupun orang lain yang masuk ke rumah.

Mungkin aku salah mendengar.

Aku segera kembali masuk ke kamar mandi. Lalu hendak mencuci rambut. 

Aish,sampo nya habis!! Kataku kesal baru menyadari. 

Aku segera keluar. Bergegas menuju kamar. Hendak membawa sampo. Kedua kakiku setengah berlari. Menaiki anak tangga. Ketika kakiku sampai di penghujung tangga,aku melihat sebuah kejanggalan. 

Kenapa pintu kamarku terbuka? Aku menatap heran. Mungkin ibu sempat masuk ke kamar dan lupa untuk menutup pintunya . Gumamku sembari menghampiri pintu kamar.

Namun,aku begitu terkejut ketika menemukan seorang lelaki. Dia mengenakan kemeja putih bergaris biru tengah berdiri di kamarku. Ia terus mendongak menatap langit-langit kamar. Membelakangiku.

Aku memicingkan kedua mata. Mencoba menebak siapa dia sesungguhnya. Hingga akhirnya dia perlahan menoleh. 

Aku menelan ludah. Kedua mataku terbelalak karena terkejut. 

"Dokter?" Kataku setengah tak percaya. "Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku heran sekaligus takut. 

Mendadak ia terkejut. Setelah menyadari keberadaanku. Ia lalu segera berbalik. 

"Pakai ini!" Katanya sambil melemparkan selimut yang ada di atas kasurku. Ia terlihat gugup sekaligus ketakutan. 

Aku menerima selimut itu dengan cepat. Namun tidak kumengerti apa maksudnya. 

Lelaki Pengantar Rindu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang