Chapter One

4.2K 302 19
                                    

Seorang yeoja cantik baru saja keluar dari pintu kedatangan bandara pagi itu. Memberikan koper besarnya pada supir yang menjemputnya. Menarik napas seolah ingin melepas rindu pada tanah kelahirannya yang sudah 15 tahun ia tinggalkan.

"Hah, sudah 15 tahun. Bagaimana kabarmu. Mungkinkah kau masih mengingatku, setelah apa yang terjadi padaku selama ini," gumamnya pada diri sendiri.

"Mari nona," ucap sang supir dan diikuti yeoja itu.

Yeoja itu menatap kagum pemandangan Seoul yang berubah drastis sejak perginya dia. 15 tahun bukan waktu yang sebentar untuk merubah tata kota yang dulunya hanyalah bangunan bangunan rendah menjadi bangunan bertingkat yang sangat tinggi.

Yeoja itu menatap sebuah café dipinggir jalan. "Ahjussi, bisa kita berhenti sebentar di café itu?"

"Baik nona," jawab sang supir langsung menepikan mobilnya diparkiran café itu. Saat sang supir hendak keluar untuk memesankan, yeoja itu menahannya.

"Tunggu ahjussi, biar aku saja yang masuk," ucap yeoja itu.

"Tapi nona--"

"Aku bisa sendiri ahjussi," jawabnya dengan senyuman cantiknya.

"Baiklah nona," balas sang supir sembari tersenyum pula.

Yeoja itu memasuki café itu dengan senyuman mengembang. Ia pecinta kopi, jadi sejak ia memasuki café ini aroma kopi memanjakan penciumannya. Baunya sangat harum dan jelas seperti kopi racikan sendiri. Yah meskipun café ini menyediakan minuman lain, tapi kopi masih jadi menu utama.

"Ada yang bisa saya bantu nona?" tanya seorang pelayan saat yeoja itu berdiri didepan bar.

"Americano please," ucap yeoja itu mengatakan pesanannya.

"Tentu, semuanya 6 ribu," ucapnya.
Setelah menunggu sedikit lebih lama akhirnya ia mendapatkan pesanannya. Ia menyeruput sedikit dan menggumam tanda puas.

"Permisi, kopi ini sangat enak. Siapa yang membuatnya?" tanya yeoja itu.

"Ah americano? Anda lihat namja disudut sana, dia yang meraciknya sendiri. Dia adalah barista andalan café ini jadi rasanya bisa diadu dengan kopi dari restoran manapun," ucapnya percaya diri.

"Pemilik?" tanyanya lagi.

"Ya, dia jugalah yang membangun café ini," jawab karyawan itu lagi.

"Lee Jinki! Kau mengobrol lagi dengan pelanggan," ucap seseorang membuat karyawan bernama Lee Jinki itu tersentak kaget.

"Ah baiklah baiklah, hyung ini cerewet sekali," gerutunya lalu berpamitan pada yeoja itu dan pergi digantikan dengan sosok yang sempat yeoja tadi lihat.

Sang barista, "silahkan menikmati kopinya."

"Tuan barista?" tanya yeoja itu memastikan.

"Ne," jawabnya sambil tersenyum, dan itu sangat tampan.

"Kopi buatanmu sangat enak, aku penggemar kopimu," ucap yeoja itu.

Namja itu tersenyum ramah dan memperkenalkan diri, "terima kasih, Jung Yunho imnida."

Yeoja itu sedikit membeku dengan jantung berpacu namun ia masih bisa menetralisir detak jantungnya. "Kim Jaejin imnida," jawab yeoja itu yang bernama Jaejin.

"Kim- Jaejin?" ulang namja itu.

"N-ne, apakah namaku aneh?" tanya Jaejin gugup.

"Tidak, itu nama yang manis," jawab Yunho.

Mereka banyak berbincang hingga Jaejin menyadari kalau waktu berlalu sangat cepat. "Omo ini sudah sangat lama. Maaf bisakah aku memesan satu americano lagi?"

Please, Give Me A ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang