Chapter Eight

1.2K 195 14
                                    

"Aku menyukaimu Jaejin ah," ucap Yunho akhirnya dan itu sukses membuat Jaejin membisu dengan nafas tercekat karena terkejut.

"Aku tidak tau kapan aku memulai perasaan ini, tapi aku hanya ingin mengatakan padamu kalau aku menyukaimu. Maukah kau.."

Jaejin hendak menjawab namun Yunho membuka mulutnya lebih dulu, "kau tidak harus menjawabnya sekarang--"

"Tidak, aku..."

"Aku tidak mau," jawab Jaejin dengan nada yang tergagap dan pergi berlalu dari hadapan Yunho dengan tubuh sedikit bergetar.

Yunho dibelakangnya sudah memantabkan hatinya jika menerima penolakan ini, namun ia sama sekali tidak goyah. "Aku akan menunggu. Menunggu sampai kau mengatakan iya," ucapnya sebelum Jaejin benar benar pergi dan Yunho yakin kalau Jaejin mendengarnya.

Setelah punggung Jaejin menghilang dibalik tikungan, Yunho mendesah lega. Merasa beban yang hinggap di hatinya kini sudah terangkat karena ia sudah menyatakan perasaannya pada seseorang yang sudah mencuri hatinya. Namun setelah teringat pada penolakan yang dilakukan yeoja itu membuat Yunho harus ekstra menguatkan hatinya. Ia tidak ingin goyah dan memperjuangkan Jaejin. Mungkin Jaejin lah yang hatinya inginkan dan ia merasa ingin memperjuangkan yeoja itu.

"Ayolah Jung Yunho, mengatakan tidak bukan berarti dia benar benar menolak," semangatnya pada dirinya sendiri.

Menatap riak sungai dari atas jembatan sembari tersenyum layaknya orang gila. Ia mendapat penolakan saat pertama kali menyatakan perasaannya namun gurat kecewa ataupun sedih tidak tersirat diwajah seorang Jung Yunho yang malah tersenyum lebar seiring ia memikirkannya.

"Ah dingin," Yunho bahkan baru menyadari kalau Jaejin membawa jaketnya dan sekarang ia hanya menggunakan kaos V necknya saja. Jelas saja udara dingin langsung menyerang masuk kedalam tubuhnya.

.
.
.

Jaejin langsung masuk kedalam mobilnya dan melaju menembus malam dengan kecepatan tinggi. Jantungnya berdetak kencang karena kejadian barusan. Ia tidak bisa berpikir jernih hingga sampai dihalaman mansionnya.

Ia berjalan cepat menuju kamarnya tanpa menyadari kalau Eommanya menunggunya disofa ruang tengah dengan Jaejin berjalan melewati Mrs Kim. Mrs Kim hendak menyapa Jaejin namun putrinya tampak tidak menyadari keberadaannya dan malah berjalan semakin cepat menuju kamarnya.

Jaejin melemparkan tubuhnya keatas ranjang dengan frustasi bahkan tanpa sengaja menggeser Momo yang sebelumnya tidur nyenyak disana dan kini menjauh pindah ke sofa sudut ruangan. Jaejin membenamkan wajahnya diantara bantal bantal besar disana lalu berteriak kencang dengan bantal itu meredam teriakannya.

Sentuhan lembut pada kepalanya membuat yeoja itu mendongak dan mendapati Eommanya tengah mengelus kepalanya dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya. Jaejin bangun perlahan dengan wajah bingung dan bibir bergetar menatap Eommanya yang menatapnya cemas pula.

"E-eomma," ucapnya dengan bibir bergetar.

"Wae? Sesuatu yang buruk terjadi? Katakan pada Eomma," jawab Mrs Kim lalu memeluk putrinya dan mengusap punggung Jaejin.

"Eomma," panggilnya lagi.

Mrs Kim melepaskan pelukannya dan menatap wajah sendu putrinya.

"Bicaralah," pinta Mrs Kim.

"Seseorang menyatakan perasaannya padaku," jawabnya akhirnya.

Mrs Kim terdiam lalu menatap lembut kearah putrinya lagi, "lalu bagaimana denganmu? Eomma tidak akan membebanimu dengan banyak aturan. Kau bebas menentukan hidupmu, tapi Eomma mohon pikirkan jika kau ingin memiliki hubungan dengan orang lain sayang. Eomma tidak ingin kau terluka lagi. Dan siapa orang itu?"

Please, Give Me A ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang