Chapter Three

1.4K 213 10
                                    

Jaejin terdiam namun pikirannya melayang kemana mana bahkan saat masa kecilnya. Hati dan pikirannya bertengkar antara tetap diam atau bicara. "S-siapa namanya?" akhirnya dengan bibir bergetar kalimat itu terucap.

Yunho tersenyum dan menatap Jaejin, "namanya--"

"Jung Yunho!" ucapan Yunho terpotong oleh sebuah suara nyaring yang baru saja memasuki kedai kopi Yunho.

"BoA?" ulang Yunho sambil menatap seorang yeoja perawakan pendek yang baru saja masuk itu.

"Ya, ini aku. Kemana saja kau? Kau tidak menjemputku dibandara," ucapnya sambil memeluk Yunho erat.

"Kau bilang kau akan pulang besok," ujar Yunho memberikan argument.

"Kejutan," ucap BoA riang.

"Yasudah jangan marah kalau aku tidak menjemputmu," dengus Yunho lalu kembali ke kursinya.

Jaejin hanya menatap bingung dengan pemandangan didepannya dan berpikir kalau ia harus segera pergi.

"Maaf aku harus pergi," ucap Jaejin sambil beranjak dari duduknya.

"Kenapa buru buru?" tanya Yunho kecewa melihat yeoja itu beranjak setelah ia mendudukkan dirinya kembali.

"Ada sesuatu yang harus kulakukan. Selamat tinggal," ucapnya pada Yunho dan sedikit membungkuk pada BoA dan keluar dari kedai itu.

"Siapa dia?" tanya BoA setelah punggung Jaejin menghilang dibalik pintu.

"Seorang teman," jawab Yunho singkat sambil menghela napas dan kembali ke meja bar.

.
.
.

Jaejin memasuki rumahnya dengan pikiran runyam. Ketakutan kembali melanda dirinya setelah apa yang ia dengar di café Yunho tadi.

Jaejin .pov.

Melemparkan diriku ke ranjang dengan keras berharap pemikiran itu segera lenyap. Namun bukannya menghilang malah kini aku mulai berprasangka lain. "Tidak mungkin, itu hanyalah kebetulan. Ya benar, ada banyak orang bernama sama di Korea. Dan seseorang yang kehilangan teman kecilnya pasti banyak yang mengalaminya, tidak hanya aku. Tapi cerita itu, cerita itu sangat mirip."

Flashback

"Hei,"

"Hei," panggilnya lagi pada seorang anak kecil yang tengah bermain sendirian disudut taman kanak kanak.

Anak kecil itu mendongak sedikit dan sang pemanggil tersenyum lalu menghampirinya. Anak tadi nyaris pergi namun lengannya sudah ditahan jadi ia tidak bisa bergerak lagi dan hanya diam dan menunduk.

"Kau kenapa menunduk? Apa lehermu sakit?" tanyanya polos.

Gelengan kecil menjawab pertanyaannya. "Kenapa kau bermain sendiri? Ayo bermain bersamaku, apa kau mau berteman denganku?"

Tidak ada jawaban, anak pemalu tadi hanya diam tanpa mengiyakan atau menolak. Anak periang itu mengambil tangannya dan mengajaknya bersalaman. "Jung Yunho," ucapnya akhirnya dapat memperkenalkan dirinya setelah diam memperhatikan namja cantik itu sedari tadi.

Flashback off

Jaejin .pov. end

"Benarkah itu kau?" gumamnya pada dirinya sendiri hingga ia mendengar geraman dari kakinya, dan Momo disana. Kucing kecil itu sekarang sudah tumbuh menjadi kucing yang sangat cantik.

"Momo yah, benarkah dia adalah Yunho yang selama ini ada dipikiranku? Yunho teman kecilku yang sangat baik dan ramah? Mungkinkah kalau dia benar Yunho temanku, akankah dia menyadari siapa aku yang sekarang?"

Please, Give Me A ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang