Chapter Sixteen

1.5K 149 12
                                    

Jaejin masih tidak mengerti apa yang barusan terjadi. Siapa Max? Dan siapa Changmin? Apa hubungannya dengan Yunho?

Yunho melihat Jaejin yang masih bingung dengan situasinya lantas mengajaknya duduk. Jaejin memahami mungkin ini situasi sensitif jadi ia mengajak Yunho langsung ke gazebo rumahnya yang tidak jauh dari taman.

"Kau pasti bingung. Maafkan dia. Memang begitulah kepribadiannya tapi dia adalah anak yang baik," ujar Yunho.

"Dia terlihat sangat marah. Apa dia tidak menyukaiku?" tanya Jaejin dan Yunho menggeleng.

"Dia kemari untuk menjemputku kembali padanya," ujar Yunho namun Jaejin tidak mengerti.

Yunho memahami, Jaejin belum mengetahui tentang ini. "15 tahun. Banyak hal yang terjadi padaku. Saat awal SMP Ayahku meninggal dan setahun setelahnya Ibuku mengatakan akan menikah lagi. Awalnya aku marah tentu saja namun melihat Ibuku yang begitu rapuh bekerja menghidupiku sendirian jadi aku menyetujuinya,"

"Eomma menikah dengan Ayah Changmin. Aku dan Changmin menjadi saudara tiri. Aku menyayangi Changmin seperti adikku sendiri dan begitupun Changmin yang saat itu masih kecil dan menggemaskan. Dia 2 tahun lebih muda dariku. Changmin anak yang periang namun dia berubah ketika aku memutuskan tinggal di Korea saat mereka pindah ke Kanada,"

"Setelah itu hubungan kami jadi agak dingin. Aku hanya menyusul saat Eomma meninggal itupun aku langsung kembali ke Korea dan tidak pernah datang lagi setelah itu. Kau tau bagaimana kecewanya Ayahku dan Changmin? Aku bahkan merasa buruk sampai aku malu menatap mereka,"

"Dan sekarang Changmin datang untuk membawaku pulang lalu aku menolak. Aku brengsek bukan?" tanya Yunho dengan putus asa.

Jaejin sendiri tidak berani memberikan saran atau apapun untuk Yunho. Ia hanya mengelus bahu Yunho berharap memberikan kekuatan.

Tiba tiba suara guntur menggema membuat keduanya terkejut. Memang langit sudah mendung sejak tadi sore. Setelahnya hujan turun membuat keduanya langsung berlari masuk karena hujan turun sangat deras.

"Wah, hujannya deras sekali," gumam Jaejin melihat hujan yang semakin deras.

Jaejin menatap Yunho yang juga sedang melihat hujan, "lalu bagaimana kau pulang?"

"Aku akan menunggu sampai hujan reda. Atau kau tega membiarkanku hujan hujanan sampai rumah?"

"Kami punya payung," balas Jaejin enteng.

"Sederas ini menggunakan payung? Lebih baik aku hujan hujanan kalau kau mengusirku sekarang," jawab Yunho sambil mempersiapkan jaketnya untuk menerobos hujan.

"Yah, tidak begini juga. Masuklah dulu," akhirnya Jaejin menyerah dan mengajak Yunho masuk.

"Astaga, anda kehujanan nona?" tanya salah seorang maid dengan wajah khawatir.

"Tidak, aku sudah sampai saat hujan turun," jawab Jaejin.

"Eomma belum sampai?" tanya Jaejin pada maid tersebut. Ia ingat Eommanya sedang pergi ke Busan kemarin dan seharusnya sudah pulang sekarang.

"Belum nona," jawab sang maid. Setelahnya Jaejin membiarkan maid itu kembali ke tempatnya. Jaejin bahkan melupakan Yunho.

"Ah aku lupa kau disini," ujarnya saat melihat Yunho dibelakangnya.

Jaejin mengajak Yunho masuk ke kamarnya karena disana juga ada sofa dan ia juga bisa memberikan handuk kering padanya.

"Ini," Jaejin memberikan handuk untuk Yunho.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Give Me A ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang