Satu Pagi Itu

3K 285 55
                                    

Hal paling pertama yang terlihat ketika membuka mata di pagi hari adalah; langit-langit ruangan. Selalu. Terulang lantas menjadi pola.

Mungkin dengan sedikit meruntuk karena pagi mengharuskan seseorang kembali pada rutinitas.

Semua kegiatan itu menjadi hal yang terlalu umum untuk dilakukan sehingga ketika menemukan kepala burung hantu diujung ruangan dengan semangat membara di pagi hari, maka percayalah, itu kejadian langka.

"Ohayo, Na-chan!" pemuda dengan noda belpotan di seluruh badan itu tersenyum lebar sekali.  Menyambutku dengan senyuman yang lebih benderang dari sinar matahari pagi. Ahh~ menyegarkan sekali.

Eh?

Tunggu.

Tunggu...tunggu!

Sebentar...

Kenapa ada laki-laki di sini?

ADA LAKI-LAKI DI SINI KENAPA??

ADA LAKI-LAKI TERSENYUM LEBAR GANTENG BEGITU DI KAMAR YANG HARUSNYA AKU DOANG ITU KENAPAAA???

INI KALAU KETAHUAN BAPAK ATAU ABANG KU BANGUN TIDUR SAMA COWOK BISA-BISA DI HAPUS DARI KARTU KELUARGA INI!

Otakku ayo berpikir jernih!

Pemuda itu mendekat, lalu mengacak pucuk kepalaku dengan semangat, "Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"

Sebentar, deh sebentar.

Kok mukanya nggak asing ya?

Eh?

Ehhhh!!!!!

"Bokutooo????" tanpa pikir panjang refleks kuteriakan nama yang begitu saja terlintas di kepala.

"Eh?" setelah kaget sedikit, cowok itu tersenyum lebih lembut lalu mengacak ujung kepalaku lagi, "Sudah lama nggak dengar Na-chan memanggilku dengan nama itu."

JADI INI BENERAN BOKUTO HEYHALOO APAKAH DIRIKU BERHALUSINIASI? APAKAH AKU SEBENARNYA BELUM BANGUN DARI TIDURKU? APAKAH TUHAN SEDANG BERCANDA?

HEI, GUA SEKARANG JADI MAKLUK 2D DONG? HEY HALOO TOLONG BANTU JAWAB DONG INI ADUH!

Sekarang dia mencubit kedua pipiku dengan gemas, "Kok kamu bingung gitu sih? Kenapa? Kenapa?"

"Sebentar Bokuto-san, ah maksudku, aduh aku agak bingung, kenapa di pagi hari kenapa kau eh kita ada disini kok di satu kamar ya?" Oke, memang kalimat ini berantakan. Sesuatu yang secara spontan kuucap. Namanya juga shock dan konslet, jadi udah deh nggak usah banyak protes!

"Ah," ia mengangguk-angguk, "Na-chan masih belum terbiasa juga ya sampai sekarang."

Te-terbiasa? Terbiasa gimana ya maksudnya ini? Maksudnya gimana? 'terbiasa sampai sekarang'? Memang sudah berapa lama terjadi? Woi gua pusing!

"Bokuto-san, terbiasa apa? Maksudnya?" Tentu saja semua orang butuh penjelasan disini. Aku terutama.

Dan ya, sekarang wajah Bokuto menjadi datar, dan bete. Aduh pasti tadi ada salah ngomong.

"Bokuto-san?"

Oh, oke. Sepertinya ada kalimat yang membuat mood-nya tidak bagus karena sekarang dia tidak seceria tadi. Apa ada perkataanku barusan yang keterlaluan?

"Hei, Na-chan. Kamu marah padaku ya?" Bagaimana mengatakannya ya? Bokuto sungguh lucu, ia memanyunkan bibirnya. Ngambek tapi lucu. Bisa gitu ya?

Sejujurnya kebingungan ini sudah melanda sejak awal membuka mata, tentu saja aku panik kalau dikira marah. Bukan marah woi, cuma bingung ini! "Nggak, aku nggak marah. Bokuto-san!"

"Nah! Itu!" Ia menunjukku dengan jarinya. "Itu."

Sumpah, makin konslet aja nih ntar otak gua lama-lama.

"Na-chan memanggilku dengan 'Bokuto-san'!"

Gedubrak, emang nama lo itu kan Samin, gua manggil lo apaan kalo gitu???!

Sabar. Diriku, sabarlah. Sabar.

"Memang aku harusnya memanggilmu apa?"

"Bobo-chan!" Ujarnya cemerlang.

Anjir. Gua pengen ketawa dulu boleh nggak?

Ia melanjutkan, "Na-chan nggak pernah manggil selain Bobo-chan selama ini. Lagi pula nama itu kan Na-chan sendiri yang pilih dari awal ketemu."

Sumpah? Gua yang milihin nama itu? Anjir gua alay tolong gua alay!

Kocak banget situasi sialan macam ini. Jadi bingung di campur lawak sedikit. Hm.

"Nggak, aku nggak marah, cuma Bobo-chan, aku agak nggak mengerti sesuatu yang terjadi.." aku memijit kepalaku, agak aneh juga memanggil Bokuto dengan Bobo-chan. Lidahku tiba-tiba kayak keselipet. Keseleo seketika gitu.

Lagi, ia mengacak pucuk kepalaku, tapi kali ini lebih lembut. "Na-chan pasti lupa dan belum terbiasa aja kok."

Ya mana terbiasa sih gua bangun-bangun ada Bokuto depan mata terus senyum gede banget. Siapa yang terbiasa coba? Siapa??

Aku menatapnya yang tersenyum kecil, lembut sekali senyuman itu, seperti permen kapas yang dijual di depan sekolah SD.

"Kita kan sudah menikah empat bulan yang lalu." Bokuto mengatakan itu enteng sekali.

EH INI GUA NYA AJA KAN YANG BELUM BANGUN KAN?!

GUA PASTI INI MASIH TIDUR KAN?????

***



NOTE :

MAAP AKU MEMBAWA HUTANG LAGI KARENA INI TERPIKIRKAN SEKALI UNTUK DITULIS KARENA MEMANG MIMPI SEPERTI INI HAHAHA. Tapi tetep prioritasku Your Side Face. Cuma premis nikah sama Bokuto itu nggak bisa hilang HAHAHAH. Jadi pas kapan gitu aku mimpi gini juga tapi sama Ryotaro Kosaka. IYA GUA MIMPI BANGUN TIDUR TIBA-TIBA ADA RYOTARO APA NGGAK MATI DITEMPAT TUH GUA??! Tapi ryotaro nya ngegambar gitu, kayak jadi mangaka, mungkin efek karena sebelum tidur nonton Bakuman dulu wkwk. Akhir kata terimakasih mau membaca sampah dariku.

Boleh minta saran judul buat lapak ini apa ya? Apa Dream aja udah cukup? Hehe. Dimohon banget nih masukan buat judulnya huhu.

[Publish 03 Desember 2018, direvisi 03 Mei 2019]

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang