Bertemu Kageyama Tobio #KageyamaProjectDay

838 111 27
                                    

#KageyamaProjectDay

-----

Aku hampir tegencet puluhan orang yang pulang kerja sore itu ketika keluar dari kereta listrik. Jepang memang selalu seperti ini, salahkan aku yang menggunakan transportasi umum di jam sibuk seperti sekarang. Mulai besok aku akan membiasakan diri untuk mengatur waktu berangkat dan pulang agar yang begini tidak terjadi lagi.

Apa aku oleng karena ucapan-ucapan Akaashi ya? Sialan memang dia itu. Pantas saja jadi sahabatku, sifat sialan kami mendekati sama. Kalimatnya mengusik pikiranku, ya, soal nama tunangannya. Mungkin kalau sempat aku harus berkunjung ke rumahnya. Minimal sekali.

"Na-chaaaaan!" Suara Bokuto terdengar di seberang jalan, eh aku sudah sampai sini! Ternyata dari tadi aku jalan sambil melamun ya?

Aku terseyum lalu melambaikan tangan besar-besar, mirip korban terdampar dipulau tak berpenghuni yang akhirnya bertemu relawan penolong. Kira-kira seperti itu. Tepat ketika lampu jalan sudah berwarna hijau aku langsung berhambur kearahnya, tadinya mau kupeluk, cuma malu. Soalnya banyak orang.

"Gimana Tadi ketemu Akaashi?" Bokuto langsung merangkulku seperti seorang kakak, "Ngomongin aku nggak?"

Aku nyengir lalu mengangguk, "Ngomongin." Tapi wajahku langsung berubah jadi seram, "Tapi Bobo-chan ngatain aku stress, ya?"

Ia langsung menggeleng dengan senyum pelaku yang sudah menjadi terdakwa, terbaca sekali. "Nggak kok."

"Beneran?"

Ia menggangguk, "Aku cuma takut Na-chan kecapean." Bokuto mengacak seluruh poniku. Dan seperti biasa membenarkan letak kacamataku yang melorot terus itu. Mungkin ini tanda-tanda waktu ganti kacamata.

"Tapi ketemu Akaashi menyenangkan juga." Aku setuju kalau Bokuto bilang sama Akaashi bisa me-refresh otak. "Tapi dia nyebelin."

Bokuto tertawa, "Kamu harus bertemu dia."

"Eh siapa?"

"Na-chan harus ngobrol sama banyak orang." Ia mengangkat bahu sambil mencubit pipiku gemas.

Maksudnya bertemu siapa?

***

Oke, hari ini aku mati dua kali.

Oke.

Kenapa dunia ini suka sekali mempermainkan hatiku yang lemah ini sih? Apa semasa hidup aku kurang baik dan jarang menolong sesama sehingga aku di uji dengan cobaan berat macam hari ini?

Kalian tahu?

Yakin Kalian mau tahu?

Okay, aku tarik nafas dulu yang banyak. Tadi sempat lupa tata cara bernafas soalnya. Tarik, keluarkan. Fiuuh.

Seseorang berdiri di lapangan dengan jarak tidak sampai sepuluh meter dariku, memakai kaus yang basah karena keringat, ototnya terbentuk sempurna mengintip dibalik kaus basahnya tadi, rambut lepek, sorot mata tajam, dan pandangannya hanya tertuju pada bola kuning-biru yang sekarang sedang melayang-layang melewati net. Dan, untuk beberapa detik, aku masih lupa caranya bernapas.

Di antara beberapa pemain lain yang berdiri di sana, hanya sosok itu yang menjadi fokusku. Seakan semua hal menjadi berwarna monochrome dan dia yang satu-satunya yang full color.

"Uy, Kageyama, Kuroo!"

Panggilan Bokuto menarikku kembali dari rasa kaget bercampur nostalgia barusan. Hampir, Hampir saja aku mati kehabisan napas dalam lamunan itu. Bagaimanapun, menguasai diri sendiri adalah hal yang penting. Tapi, ya tolong dong jangan buat aku mati lagi. Jantungku bukan mainan, tahu!

DREAM (Haikyuu-Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang