Kemelut di Ujung Senja

11 1 0
                                    

Matany melebar dalam diam

Menatap langit yang semakin temaram

Arakan awan begitu menghujam

Seolah membawa harapannya dalam kelam


Rambut tipisnya berkibar dipermainkan angin

Gelisah menyeruak walau hatinya tak ingin

Dadanya berdebur keras seiring kulit yang mendingin

Ketika mendengar suara yang kian membising


Ah, lagi-lagi suara durjana itu

Sadarkan dirinya dalam cerita kelabu

Suara makian yang terdengar di balik pintu

Alirkan semua kisahnya yang begitu pilu


Dadanya sesak mendengarkan itu semua

Sumpah serapah yang kian menggila

Membuatnya tak kuasa menahan air mata

Karena itu dari sepasang manusia bernama orang tuanya


Ingin rasanya ia masuk ke dalam sana

Menghentikan semua itu dengan satu teriakan saja

Namun keberanian tak ingin terbit di dada

Karena ia hanya seorang anak yang tak tahu apa-apa


Hatinya semakin teriris sembilu

Kala mendengar satu kalimat itu

Kalimat yang kan membuat hidupnya mengabu

Dari sang ayah, yang disetujui oleh sang ibu


Dan kemelut di ujung senja itu berakhir

Kala pintu terbuka dengan matanya yang berair

Seorang perempuan tua dengan pilu terukir

Yang kemudian pergi dengan sejumput takdir


Selong, 08 Desember 2016

(This is end. End of the year. End of everything.)

[Completed] Long Time [Antologi Puisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang