Chapter 6 - After That Day

151 8 0
                                    



Keesokkan harinya, gue masih duduk sebangku sama Gema. Gema masih ceria seperti biasa. Dia masih ngajak gue ngobrol. Gema nggak terlalu membahas serius kejadian hari itu. Cuma sekali dia bilang sambil setengah bercanda, "Masih sakit nih Rik, yang kemaren. Hahaha..."

Selebihnya, semua berjalan biasa saja. Duduk, dengerin guru, istirahat, dengerin guru lagi, pulang. Nggak ada lagi barang-barang gue yang tiba-tiba bisa jalan sediri, bangku gue yang tiba-tiba ngelewatin meja, atau sampah permen yang seketika ada di dalam tas gue. Dan nggak ada lagi tatapan-tatapan ala tokoh antagonis.


Biasa saja.

Di saat kita tidak terbiasa dengan "biasa saja".


Dan seminggu setelah kejadian tas gue diumpetin, Ibu Wali Kelas memutuskan untuk menggilir tempat duduk setiap hari. Sehingga setiap harinya, setiap siswa akan duduk di tempat yang berbeda, dengan teman sebangku yang berbeda pula. Sebuah kebetulan di saat yang tidak tepat. Hal ini membuat gue jadi semakin jarang ngobrol sama Gema.


***


Tanpa lapisan es itu,

ia hanyalah hati yang rapuh.

Satu sayatan saja bisa membunuhnya.


Namun ia biarkan bentengnya mencair.

Agar duri-durinya tak 'kan lagi melukaimu.


Kini, satu hal lagi ia pelajari.

Menyakiti seseorang yang ia sayangi,

sama saja menyakiti dirinya sendiri.


***

Ini Aku, ArikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang