Chapter 5 - That Day

166 7 9
                                    


Jika mesin waktu memang ada, adakah hari yang ingin kau perbaiki dalam hidupmu?

Jika itu adalah pertanyaan untukku, maka "hari itu" lah jawabannya.


***


[One day in 2010]

Nggak terasa, udah lebih dari satu semester gue di kelas 9. Dan minggu ini adalah minggu kelima di semester 2, atau lebih tepatnya: minggu ulangan harian.

Hari ini, jadwalnya adalah ulangan IPA setelah jam istirahat. Kalau ulangan harian doang, biasanya tempat duduk masih seperti biasa. Kalau UTS atau UAS baru deh, tempat duduk diatur sesuai nomor ujian. Intinya, hari ini gue masih duduk di sebelah Gema.

Saat jam istirahat, gue ke kantin bareng teman-teman gue. Gue nggak jajan, karena masih kenyang. Cuma jalan-jalan aja. Dan karena gue hari ini lagi rajin, jadi gue ke kantin dengan membawa buku cetak IPA. Sambil menemani teman-teman gue yang lagi makan jajanan mereka masing-masing, gue baca-baca buku cetak IPA yang lumayan tebal itu. Salah satu kebiasaan baik gue adalah gue belajar kalau mau ulangan.

Ketika teman-teman gue udah selesai makan dan jam istirahat udah tinggal 5 menit lagi, gue baru ingat kalau ada satu tabel penting di buku catatan yang belum gue hapalin. Dan buku catatan itu masih ada di tas gue. Akhirnya gue pun buru-buru kembali ke kelas.

Begitu sampai di kelas, betapa terkejutnya gue melihat tas gue udah nggak ada pada tempatnya. Gue cari di bawah bangku, di bawah meja, nggak ada. Gue mengarahkan pandangan ke seluruh kelas. Tas gue warnanya pink terang. Kalau emang ada, dari jauh juga udah keliatan. Tapi kali ini, beneran nggak ada tanda-tanda keberadaan tas gue.

Pasti ada sesuatu yang nggak beres. Beberapa anak cewek lagi duduk-duduk di belakang kelas. Gue pun nanya ke mereka.

"Kalian liat tas gue nggak? Tas gue ilang..."

Tapi mereka memperlihatkan muka bingung sambil satu per satu menjawab, "Wah, kok bisa? Nggak liat, Rik. Kita juga baru dateng."

Gue makin yakin ada yang nggak beres ketika gue lihat beberapa anak cowok ketawa-ketawa kecil di depan kelas. Entah apa yang mereka bicarakan di sekitar meja guru. Dengan keyakinan penuh, gue datengin mereka.

"Tas gue mana?!" tanya gue setengah teriak ke arah kerumunan anak cowok itu. Gue yakin banget kalau salah satu dari mereka adalah otak dari hilangnya tas gue.

Tapi mereka satu per satu mengelak dan merasa tidak ada hubungannya dengan tas gue.

"Tas apa?"

"Nggak tahu..."

"Tas apa sih? Cari dulu coba..."

Gue sempat diam beberapa saat menunggu salah satu dari mereka mengatakan hal yang sebenarnya.

"Cepetan! Penting! Tas gue manaa?" tanya gue lagi.

Tapi jawaban-jawaban dan ekspresi mereka bikin gue kesal. Banget. Sesekali beberapa di antara mereka ada yang terlihat berusaha menahan tawa.

Di saat gue lagi buru-buru dan ingin memanfaatkan menit-menit terakhir jam istirahat, sempat-sempatnya mereka ngumpetin tas gue. Logika aja deh, nggak mungkin tas gue jalan sendiri. Dan nggak mungkin pelakunya adalah cewek-cewek baik yang lagi duduk di belakang.

Yang ngumpetin tas gue, pasti salah satu dari kumpulan anak cowok ini. Apalagi, di antara mereka ada...

Gema!

Ini Aku, ArikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang