Salah dan Benar

131 6 0
                                    

Raut wajah Kak Sufyan sekarang sangat tidak bisa aku jelaskan bagaimana. Intinya hanya satu, bagiku itu menyeramkan.

Aku hanya bisa menunduk takut dan meratapi kebodohanku.

Hening. Sesaat sebelum Kak Sufyan memecahkan keheningan ini.

"Cepet mandi, terus ke musholla. Kakak tunggu," ucap Kak Sufyan layaknya perintah.

Ia pun berjalan ke arah pintu, namun berhenti sejenak tanpa menoleh ke arahku. "Annisa kamu bukan anak kecil lagi, udah kelas 10 SMK. Kakak ngga harus menjelaskan lagi mana yang salah dan mana yang benar. Kakak harap, kamu tahu itu."

Kak Sufyan pun pergi, meninggalkan diriku yang terlanjur merasa bersalah atas pertanyaan yang menurutku tidak usah ditanyakan kepada Kak Sufyan.

---

Aku sudah dengan acaraku sendiri, aku bergegas ke musholla. Ku lihat Kak Sufyan sudah siap dengan baju koko dan sarungnya.

Canggung. Karena aku masih takut untuk berbicara dengan Kak Sufyan.

"Lho? Bunda mana?" Tanyaku tidak melihatku kehadirannya sekarang.

"Ke rumah Bu Maryam nganter uang arisan."

Aku hanya ber'oh' ria. Tak lama setelah aku memakai mukena Kak Sufyan pun sudah mengumandangkan takbirnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Shalat berjamaah telah selesai kami tunaikan. Kak Sufyan membaca dzikir lalu doa, aku pun mengikutinya.

Usai doa, ia nampak melambaikan tangannya mengisyaratkan aku agar duduk dekat dengannya.

"Dek?" Panggilnya.

"Iya?"

"Soal pertanyaan kamu, Kakak mau jawab." Kak Sufyan berhenti sejenak, "Begini, ada waktunya itu semua bakal terjadi. Kamu cukup nikmatin masa muda kamu tanpa ikatan cinta yang rumit itu."

Aku hanya menggaruk kepala tidak paham. "Kamu nggak akan paham sekarang, karena pikiran kamu belum dewasa. Tapi ingat kata-kata Kakak hari ini dengan baik. Laki-laki yang baik itu bukan yang mengajak kamu pacaran, tapi laki-laki yang baik itu yang datang ke hadapan Kakak dengan berani untuk melamarmu. Dan Kakak berharap selama kamu belum menemukan laki-laki seperti itu, tidak ada namanya ikatan dosa yang bernama pacaran." Jelas Kak Sufyan panjang lebar.

Aku hanya mengangguk pelan mengiyakannya. Sejenak aku pun terpikir.

Jadi, dia bukan salah satu diantara laki-laki itu?

---

Tak terasa maghrib pun tiba, usai sholat berjamaah bersama Kak Sufyan dan Bunda. Aku memutuskan melenggang pergi setelah melepas mukena.

"Eh, mau kemana?" Suara Kak Sufyan menginterupsi langkahku yang hampir keluar dari musholla rumah.

"Hah? Mau ke kamar lah Kak, kemana lagi," jawabku enteng.

"Ngga ngaji sama Bunda?" Tanya kak Sufyan lagi.

Aku melirik Bunda yang sudah memegang Al- Qur'an di tangannya.

"Aku besok ulangan harian matematika, susah Kak." Kilahku. Tapi memang nyatanya begitu, aku sangat takut dengan matematika dan guru pengajarnya, Bu Ninuk.

"Yaudah, duduk bentar. Setorin janji hapalan surat An-Naba nya,"

Rasanya ingin mengubur diri saat ini.

AKU NGGA NGEHAPAL SAMA SEKALI!

----

Pagi pun tiba dengan cerahnya, tapi tidak denganku. Hari ini aku merasa mendung tengah menghantuiku.

Setelah melaksanakan kewajiban-kewajiban di pagi hari, mandi, sholat subuh dan lainnya. Sekarang di sini lah aku, dengan wajah mendung duduk di angkot bersama penumpang lainnya.

Hari ini sangat menyebalkan. Kak Sufyan tidak mau mengantarkan aku ke sekolah. Dia bahkan memengaruhi Bunda agar memotong uang saku ku dan Bunda pun hanya mengiyakannya. Karena bagi Kak Sufyan dia selalu benar dan disini aku sebagai adiknya yang selalu salah seperti judul lagu terkenal dulu.

Ini juga karena salahku sih, yang lupa menghapal surat An-naba yang aku janjikan pada Kak Sufyan setelah mengajakku ke mall, beberapa waktu lalu. Aku pun mendapat hukuman ini, sampai aku menyetorkan hafalan surah ke 78 itu.

Sesampainya di gerbang sekolah aku hanya berjalan lesu meratapi nasibku.

KAK SUFYAN JAHAT, LIHAT AJA NANTI!

Tbc
---

A/N (3/12/18): Jumpa lagi:v hehe:) maaf update nya lama:( very busy and sempat kehilangan feel cerita. Sorry, but I hope you like and enjoy it!
Don't forget to klik star⭐ and write comment okay🎈find a typo? Just notice me🍉

XOXO
Rifelaa

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang