What's wrong with me?

117 3 0
                                    

Aku melirik Adeeva sekilas nampak setres dengan soal ulangan harian matematika di depannya. Aku yakin 100% Adeeva tidak belajar dan menonton drakor semalam.

Huh, dasar Adeeva!

Kemudian pandanganku terarah pada meja guru, dimana Bu Ninuk berada sambil menatap sekeliling dengan kacamatanya.

Dan ternyata, Dewi Fortuna memihak kami. Ponsel sang guru matematika itu berdering, kami mendengar sekilas jika ia harus rapat bersama para guru lainnya sekarang.

Oh God Bless Us!

Walau tampak menimang sejenak, ia pun akhirnya memutuskan.

"Anak-anak, Ibu ada rapat penting sebentar. Sekitar 15 menit lagi, Ibu akan kembali, jangan ribut kerjakan ulangannya dengan tenang."

"Yah, jangan tinggalin saya Bu, saya udah ditinggalin sama dia. Masa Ibu juga mau ninggalin saya? Ngga kasihan sama saya?" Celetuk Nazril sang pelawak kelas.

Anak-anak lainnya tertawa dan menyoraki Nazril.

"HUH CURHAT HUU!"

"ALAY LU NAZ!"

"NAJISIN!"

"Sudah, sudah jangan ribut! Kerjakan! Kalo tidak waktunya Ibu kurangi 15 menit." Ujar Bu Ninuk. Kelas pun hening sekejap.

"Ibu pergi dulu."

"Pergi aja Bu, ngga usah balik juga ngga papa." Bisik Jean pelan.

Setelah dirasa Bu Ninuk sudah menjauh mereka pun bersorak kegirangan.

"YA ALLAH PASTI INI KARENA GUE MIMPI KETIBAN DUREN! KAN ULANGAN MATEMATIKA TANPA DOI!" Nazril heboh sendiri.

"IYA IH!" Jean mengiyakan.

Mereka pun mulai beraksi mewawancarai ahli matematika kelas, yaitu Raka, Elica, dan Annisa.

Ya tidak memungkiri, walau tidak secerdas dua orang itu setidaknya rumus-rumus yang aku gunakan selalu lurus dijalannya.

"Eh syukur deh Bu Ninuk keluar! Aku udah keringet dingin ini ngga paham linear-linear setan ini!" Keluh Adeeva.

"Lagian si kamu tuh, bukannya belajar malah ngedrakor!" Kesalku.

"Ya gimana, CEO Lee Yoo Chan menggoda untuk di tonton! Udah ini gimana Nis?!"

Aku pun menjelaskan apa yang Adeeva tanyakan dan ia pun mengangguk paham.

"Gampang! Kalo tau gitu mah aku bisa!"

Adeeva langsung mengerjakan soal itu bersama dengan Reihan yang tadi ikut mendengarkan. Aku melirik Raka yang nampak sepi dari wawancara matematika, hanya satu yang mewawancarainya sekarang. Siapa lagi? Kalau bukan sang kekasih.

Halah, menggelikan.

Aku nampak prihatin melihat Elica kebanjiran job, sepertinya dia pusing sendiri.

"Hey, gaes! Tuh Raka sepi kenapa harus ke Elica, kasihan sesek," ujar Reihan yang sudah selesai mengerjakan jawaban soal bersama Adeeva.

"Iya ih! Aku capek woy ngomong!" Teriak Elica dengan suara cemprengnya.

"Jangan, jangan ganggu Raka gaes! Lagi ada pawangnya!" Haidar mulai berkicau.

Mereka semua tertawa, kecuali aku. Karena menurutku tidak ada yang lucu dari perkataan Haidar tadi.

Receh banget si kalian.

Reihan sekarang berjaga di depan pintu layaknya satpam kos-kosan.

"Eh Rei! Ngapain berdiri di depan pintu? Mau jadi patung selamat datang?" Lagi-lagi Nazril nyeletuk yang mengundang tawa.

"Ya habis gimana, gue kudu jagain kalian semua sebagai ketua kelas yang baik. Kalian ngga takut tercyduk Bu Ninuk?" Ujar Reihan.

"Ya takutlah Rei, tapi Raka mah santay selama bareng Alifia tercyduk Bu Ninuk pun tak apa! Uhuy!" Tambah Jean.

Suasana kelas menjadi riuh, layaknya pasar minggu. Nampaknya pasangan baru itu lagi gencar-gencarnya dijadikan bulan-bulanan masa.

Heol, ngga ada topik lain apa? Dengusku dalam hati.

Raka dan Alifia malu-malu kucing karena anak-anak. Yang akhirnya membuat pulpen Alifia jatuh dan akhirnya terjadilah adegan ftv yang kadang di tonton Adeeva.

Mengambil pulpen berbarengan dan kepala mereka terbentur.

"CIYE YANG KEPENTOK! KALO KEPENTOK BIASANYA APA DAH NAMANYA?" heboh Haidar.

"Ya nama lain kepentok ya terbentur Dar," polos Jean.

"Ya pala lu aja sono pentokin tembok! Kalo kepentok itu biasanya jodoh!" Kata Nazril yang seraya menoyor kepala Jean.

Jean kesakitan, yang lain malah.

"CIYE JODOH!" pasangan itu pun semakin bersemu dan malu-malu kucing.

Ih alay.

"Bu Ninuk balik guys!"

Suara gerabakan pun mulai terjadi saat mereka kembali duduk ketempatnya masing-masing.

Bu Ninuk masuk dengan wajah lelah yang sama sekali tak kuperhatikan. Aku sedang tenggelam dalam lamunanku sendiri.

"Bagaimana? Sudah anak-anak?"

"Sudah Bu!" Jawab mereka serentak.

Jadi kalo pacaran sama teman sekelas bakal seheboh ini ya euforianya?

"Yee! Ngelamun aja si Khadijah! Kumpulin tuh kata Bu Ninuk!"

Suara Deeva menyadarkan lamunanku yang entah darimana asalnya.

Annisa, what's wrong with you huh?

----

Tbc.

A/N : hai, pada kangen nggak? :v hehe:) terakhir up bulan kemarin:v see you soon(maybe:v) , happy reading for u all. Hope you like it. Don't forget to click star⭐ write a comment🐣 find a typo? Just notice me🍉 (4/1/2019)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang