Enam

9 1 0
                                    

Kata pertama yang terlintas dikepalaku ketika aku melihat bayanganku di cermin adalah Zombie.

Tatapan mata kosong, rambut berantakan dan kantung mata hitam karena tidak dapat tidur semalaman. Semuanya berkat Dip. Terima kasih ku ucapkan pada Dip. Note the sarcasm.

Setelah mengantarku pulang, Dip langsung pergi. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia bahkan tidak mengambil kembali helmnya.

Ya, aku masih menyimpan helm Dip.

Sesampainya di kamar, aku hanya bisa memikirkan kejadian di bukit. Satu kejadian, tapi menyita pikiranku.

Sampai pagi menjelang, sampai mentari bersinar, sampai abang penjual sayur berteriak memanggil ibu-ibu kompleks, aku tidak dapat tidur.

Wanita waras mana yang bisa tidur setelah di perlakukan seperti Dip memperlakukanku semalam. Masih dapat kurasakan aroma nafasnya ketika dia berbisik di telingaku. Mint. Masih dapat kuingat hangat tubuhnya di depan tubuhku.

Argh, bisa gila.

Mungkin aku terlalu lama sendiri. Single selama 10 bulan bukan waktu yang sebentar. Seorang bayi bisa saja lahir dalam jangka waktu selama itu. Mungkin karena itu aku sedikit senang ketika ada lelaki yang mendekatiku.

Sedikit?!

Oke, aku ganti. Agak Banyak. Puas?

Kubasuh wajahku, tapi kemudian mengurungkan niat untuk menjadi jorok. Aku akan mandi. Aku akan menjadi wangi hari ini. Aku akan keluar kamar, menghirup udara segar, berbelanja, dan melupakan kejadian semalam.

Sebelum menyalakan mesin mobil, kusempatkan untuk melihat handphone ku. Beberapa panggilan tak terjawab dari Tya.

Tumben banget Tya telfon pagi-pagi. Mungkin ada hal mendesak?! Ah, telfon aja deh.

"Halo, Assalamu'alaikum" ucapku setelah beberapa saat.

"Zaitun, kamu dimana? Eh, waalaikum salam. Kamu dimana Tun? Di kost? Aku kesana ya, tapi jemput aku dirumah. Please. Mama lagi ngomelin abang nih nyuruh dia cepet-cepet nikah. Kamu tau kan gimana abang kalo ada yang singgung kata 'menikah' di depan dia. Kondisi rumah lagi rame gara-gara abang mulai banting kursi, meja, sekarang dia mau banting kompor. Tapi di lerai Papa" cerocos Tya.

"Aduh Tya, pelan-pelan deh. Satu-satu. Ini masih pagi dan aku belum minum kopi. Tolong dikondisikan ya. Sekarang, kenapa? Kenapa? Ada apa?"

"Sorry. Hehee.. Kamu dimana?"

"Masih di kost."

"Aku kesana ya, dirumah lagi perang dunia nih. Tapi kamu jemput aku" 

"Oke, aku lagi dijalan menuju rumahmu. Tapi daripada balik ke kost. Kamu temenin aku belanja ya?! Suntuk di kamar"

"Wokkkeee..."

"dah bye, Assalam.. " 

Tuut.. Tut.. Tuut..

Dan telfon mati sebelum aku menyelesaikan salam. Kebiasaan deh si Tya ini.

Sesampainya di depan rumah Tya beberapa asisten rumah tangga kepo celingak celinguk di luar pagar sambil bergosip. Terdengar suara teriakan dari dalam rumah dan suara beberapa barang hancur.

Mungkin benar-benar terjadi perang dunia di dalam sana. Karena tidak mungkin suara teriakan atau barang-barang hancur itu bisa terdengar sampai keluar rumah, kalau memang tidak terjadi kehebohan. Karena rumah keluarga Tya bukan rumah kecil, sedang, minimalis. Meski begitu, mereka mampu mengundang makhluk-makhluk kepo dengan kehebohan didalamnya.

Kulihat Tya berlari dari dalam rumah menuju mobilku. Dia pasti melihatku dari jendela.

"Yuk cusss.. Cepetan" ucapnya setelah menutup pintu mobil.

"Heboh banget sih pagi-pagi"

"Nggak tau deh. Kayaknya aku bakal kost aja"

"Konyol"

"Mending konyol daripada harus menanggung malu gara-gara kehebohan abang dan mama. Sampai papa juga gak tau lagi harus bilang gimana ke mereka berdua supaya mereka berhenti berantem"

"Emang abangmu kenapa sih sensitif banget dengan kata menikah?"

"Entah"

Kami mengobrol sepanjang perjalanan menuju tempat belanja. Sebelum menuju toko yang menjual pakaian, kami mampir dulu ke tempat makan.

Manusia butuh makan.

"Bentar lagi Romi ulang tahun kira-kira hadiah apa ya yang cocok?" tanya Tya sambil mengunyah donatnya.

"Romi sukanya apa?"

"Aku" jawab Tya langsung.

Mungkin jawaban Tya memang benar. Tapi pembicaraan yang seperti ini membuatku mual.

"Ya mungkin kamu bisa membungkus dirimu sendiri kedalam kado dan menempelkan pita diatasnya" kataku. Kesal dengan jawaban Tya.

"Wah, ide bagus tuh. Tun kamu jenius banget"

"What the fuck, kamu serius?" ucapku sambil ternganga.

Tya hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil meminum milkshake-nya.

Unbelievable.

Aku gak tau apa isi otak Tya. Nggak habis pikir deh.

"Cinta adalah hadiah terbaik" ucapnya sambil menengadah ke langit-langit mall, seperti sedang berpuisi.

"Jijik"

"Eh, kamu nggak boleh gitu. Sebelum kamu tau cinta yang sebenernya, kamu nggak boleh menghina cinta"

"Aku udah pernah bertemu orang-orang yang mengaku bisa memberiku cinta tapi kenyataannya, yang mereka kasih itu rasa sakit, bukan kebahagiaan"

"Namanya juga jatuh cinta. Ada sakitnya, ada bahagianya."

Aku benci mengakuinya. Tapi yang Tya katakan ada benarnya juga.

Setelah makan kami lalu menuju toko pakaian, toko make up dan terakhir ke toko pakaian dalam.

Mungkin beberapa orang akan berpikir 'untuk apa membeli pakaian dalam mahal, untuk apa memakai hal seksi, lagipula orang lain tidak dapat melihat.'

Padahal ada kesenangan tersendiri ketika memakai pakaian dalam yang lucu, cantik, dan seksi. Menambah kepercayaan diriku.

"Kayaknya yang ini cocok buat elu. Polos dan manis" seseorang menyodorkan celana dalam berwarna pink kearahku. Celana dalam brukat. Yang tembus pandang. Kutolehkan kepalaku kearah orang tersebut.

Sial!

Sial!

Sial!

Kenapa bisa ada Dip disini?

"Kok kamu disini?"

"Gua lagi antar Romi ketemu pacarnya" jawabnya santai.

Benar saja. Kulihat Tya berjalan kearahku sambil menggandeng Romi.

Balik menghadap Dip, aku berkata "Ya tapi kamu nggak perlu sampai masuk kesini juga kan. Ini zona cewe, Hellooooo...."

"Emang apa salahnya, ini kan tempat umum. Siapa aja bisa datang kesini"

He got the point there.

"Emang dasar kamunya aja yang cabul" aku tidak mau kalah.

"Gua bantu elu pilihin celana dalam. Karena kayaknya lu kebingungan tuh"

"Aku cukup mampu buat milih celana dalamku sendiri"

"I see" katanya sambil melirik ke celana dalam yang ada di tanganku.

"Cabul" ucapku dengan muka memerah.

Dip hanya tertawa.

Suara tawanya menyenangkan.

Wajah tertawanya membahagiakan.

Aku suka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang