Tentang rasaku padamu

76 4 0
                                    

Hati ini bertalu saat berada di dekatmu. Ingin rasanya selalu bersamamu. Namun, takdir tak mengizinkan kita bersatu.

"Cinta, aku akan menikah dengannya." Rona bahagia terlihat nyata, senyum merekah menghias wajah.

Seketika aku terpaku, menatapmu. Tak pernah menyangka selama kita bersama, ada namanya di hatimu.

Sebisanya aku menahan air mata dan gejolak yang ada, lalu berkata, "alhamdulillah, selamat ya."

Hati ingin meronta, tak kuasa menahan gemuruh dan lara. Namun, apa daya, aku hanya sekadar pengagum rahasia. Meski bertahun lamanya.

***

Kamu, yang kini hanya menjadi bayang semu. Tak terlihat lagi di pelupuk mataku.

Aku merindu sosokmu. Kamu sebenarnya tahu yang kurasa. Namun enggan menyambutnya.

Namamu sejak lama bertahta, dalam kalbu. Suaramu menjadi candu, setiap kau lantunkan kidung rindu.

Aku di sini menahan pilu. Meringkuk memeluk bayangmu. Menangis tanpa suara, meredam bara di dada.

"Aku kangen, Mas. Aku kangen," kataku saat itu.

"Oh Allah ... hilangkan rasaku ini. Ya Allah ... ini salah. Salah." Aku memukul dada untuk meredam sesak yang kian mendera.

"Kenapa aku seperti ini? Ikhlaskan hatiku Ya Allah." Menangis tergugu di balik pintu. Apakah aku mampu?

Kembali kutumpahkan air mata di sajadah_Mu. Mengadu.

"Aku ingin dia Ya Allah. Namanya yang selalu kusebut di setiap sujudku. Kenapa tak Kau beri dia untukku? Apa aku kurang tulus saat memintanya pada_Mu? Oh Allah ...."

Tak mampu lagi aku berucap. Sementara air mata terus mengalir membanjiri pipi. Lagi, menghabiskan malam tanpa terpejam.

***

Memendam rasa begitu menyesakkan dada. Kini aku sadar, bahwa yang aku pinta bukanlah yang kubutuhkan. Tak bisa bersanding denganmu adalah takdir. Kamu miliknya, meski hatiku sebagian masih menjadi milikmu.

Bertahun aku menahan luka. Luka yang tercipta karena sebuah rasa. Rasa cinta yang seharusnya bisa kujaga.

Cerita Tentang ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang