Aku duduk bersandar di kursi ruang tamu. Kaki selonjoran di atas meja, memejamkan mata menikmati alunan lagu yang terdengar dari headset. Sambil ikut bernyanyi kecil. Lagu kesukaanku.
"Oppa oppa odigayo oppa iri waseo narang gati norabwayo oppa ... a wae ... na bappeunde a wae na bappeunde ...."
Samar kudengar suara mobil berhenti di halaman. Penasaran, aku mengintip di balik gorden jendela. Itu mobil patroli polisi.
Ada dua orang polisi laki-laki dan satu polisi wanita keluar dari mobil patroli tersebut. Mengenakan seragam lengkap. Berjalan menuju pintu depan.
Musik di ponsel segera kumatikan. Degup jantungku tak beraturan, kian kencang ketika terdengar ketukan pintu dari luar.
Aku masih diam di tempat, tak bergerak. Jelas aku ketakutan, teringat kemarin aku menerobos lampu merah saat di jalan raya. Ah, tapi mana mungkin mereka datang ke rumah. Mereka kan tidak tahu alamat rumahku.
Tok tok tok
"Assalamualaikum ...," ucap salah satu polisi laki-laki.
Tak kujawab.
Tok tok tok
"Permisi." Kali ini suara tegas polisi wanita terdengar.
Ragu, tapi aku tetap melangkah perlahan mendekati pintu. Tangan kananku sudah memegang handlenya. Sedang tangan kiriku berada di dada, merasakan detak jantung semakin kencang.
Tok tok tok
Lagi, pintu terketuk.
"Bismillah ...." Aku membuka pintu, sedikit gemetar.
"Selamat sore!" ucap polisi laki-laki yang berada tepat dihadapanku, sambil memberi hormat.
"S-sore, Pak," jawabku tergagap. "A-ada yang b-bisa saya b-bantu?" Hah, aku mengembuskan napas kasar. Kata-kataku seakan enggan keluar dari mulut.
"Benar ini rumah Cinta?" tanya polisi wanita.
"I-iya, Bu. S-saya sendiri," jawabku masih terbata.
"Halo, iya, Pak. Kami sedang berusaha mencari target. Kemungkinan bersembunyi tak jauh dari lokasi di sini. Siap laksanakan!" Polisi yang lain terlihat menerima telepon, mungkin dari atasannya.
Mencari target? Bersembunyi? Di mana? Banyak pertanyaan yang ada di kepala.
Terasa keringat dingin seketika mengucur di pelipis. Semakin gemetar. Hingga aku berpegangan kuat pada handle pintu. Sedikit lemas. Namun, bisa kutahan.
Kemudian polisi wanita itu mendekat dan memegang bahuku.
"Anda, tidak apa-apa?"
"Ah, t-tidak, Bu."
"Saya ke sini mencari Anda untuk ...."
Bruk!
***
Aku berusaha mengerjapkan mata. Ah, sudah berapa lama aku tidur di kursi ini. Tunggu ... polisi. Mereka ke mana tadi?
"Bu, Ibu."
Terlihat dari sini ibu sedikit berlari, mendekat, "kamu, sudah sadar?" membelai rambutku yang panjang terurai.
"Polisinya pada ke mana, Bu?"
"Udah pulang. Kamu ini kenapa, sih? Tiba-tiba pingsan. Perasaan tadi makan siang habis nasi padang dua bungkus."
"Takut, polisi, Bu." Aku menunduk.
"Eladalah ... mereka ke sini cuma mau ambil jahitanmu saja. Seminggu yang lalu kan si Nova datang ke sini, jahitin seragam polisi milik tantenya."
"Gusti ... Cinta lupa, Bu." Aku menepuk jidatku sendiri.
Timit.