1. Hey Monday

259 37 22
                                    

Chapter One

Ini adalah hari Senin. Senin berarti sibuk. Senin berarti padat. Senin adalah hari yang jarang disukai kebanyakan orang. Senin hanyalah hari Senin yang selalu menjadi prioritas utama kenapa dia tidak boleh terlambat; bekerja. Menghadiri rapat di jam pagi dan rapat kedua di jam siang; menyerahkan laporan selama satu minggu ke belakang, menandatangani atau setidaknya mengkaji ulang setiap penawaran yang masuk lalu merincinya agar proses pengerjaan tidak melambat, menepati janji-janji clients yang sudah masuk di jadwal sebelumnya, menerima complaints dan menghadapi customers kemudian pulang terlambat.

Bukanlah sebuah hal yang baru.

Kurang lebih sudah 3 tahun Soonyoung menjalani aktifitas seperti ini. Sejak dia diutus Ayahnya untuk menjadi pemimpin cabang perusahan keluarga; karena sang Ayah yang berdiri sendiri untuk menangani perusahaan pusat. Dia tidak pernah mengeluh, tidak juga menyesali persetujuannya di masa lampau.

Duapuluh empat tahun adalah usia yang terbilang masih muda untuk memimpin sebuah company sendiri. Tapi dia adalah pemuda yang cerdas, dia tahu berapa porsinya untuk bermain-main dan untuk bekerja serius; atas nama keluarga. Jadi dia tidak perlu merasa takut untuk gagal. Dia bertanggung jawab untuk hal ini, dan juga untuk adik satu-satunya, Chan.

Hari ini adalah hari pertama bagi Chan masuk Universitas. Soonyoung [juga] yang harus menanggung mengurus segala sesuatunya untuk Chan. Mulai dari mendaftarkannya di Universitas yang pantas dan menyarankan fakultas yang terbaik; menurutnya. Sampai memilihkan baju di hari awal masuk kuliah dan memasakkan sarapan pagi untuk adiknya. Semua dia lakukan dengan senang hati. Ya, senang hati sampai dia merelakan hari Senin-nya sedikit tertunda. Mungkin dia harus menelpon Nona Kim; sekretarisnya, untuk mengatur ulang jadwal hari ini. Tidak perlu merasa khawatir, karena ini adalah pertama kalinya Soonyoung meminta waktu setelah selama 3 tahun dia mengabdi kepada perusahaan. Pasti Nona Kim tidak akan keberatan.

Chan masih belum keluar dari kamarnya. Soonyoung tahu jika adiknya sudah terbangun, sudah siap untuk berangkat sedari tadi. Tapi entah kenapa Chan masih belum muncul di ruang makan. Sementara Soonyoung sudah hampir selesai membuat sarapan; untuknya sendiri dan juga adiknya.

Soonyoung melihat jam di dinding menunjukan pukul 7:10 AM. Baiklah, sekitar 50 menit lagi Chan harus sudah tiba di tempatnya belajar; pertama kali.

Soonyoung melepas celmek merah muda yang melekat di tubuhnya, dia membuka freezer dan mengambil beberapa cherry tomato segar untuk adiknya. Soonyoung tahu jika adiknya sangat mengidolakan buah ini. Dia lalu menuju meja makan.

Dua piring pan cake, dua gelas hot milk tea dan cherry tomato berkumpul dalam satu mangkuk. Tidak perlu banyak makanan karena mereka hanya tinggal berdua saja di apartement mewah milik keluarga; orang tua mereka tinggal di kota lain, dan di kota lainnya lagi, tepat di mana tempat perusahaan pusat Ayahnya berada.

Semua sudah siap di atas meja makan. Soonyoung melihat ke arah pintu kamar Chan; masih belum bergeming. Dia menghela napas. Apa yang dilakukan adiknya di dalam sana?

"Chan?"

*

Chan bangun, sudah daritadi. Bahkan dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya; segala sesuatu yang telah disiapkan kakaknya; Soonyoung. Tapi sepertinya dia lupa untuk melihat waktu. Karena sekarang perhatiannya terfokus pada sebuah tablet pintar di pangkuannya. Dia sedang berselancar di dunia maya.

Matanya tersita pada sebuah video yang link-nya diberikan oleh sahabatnya semalam. Sebuah video yang menampilkan dua remaja laki-laki sedang menari bebas namun berirama, sebut saja free style. Matanya mengikuti setiap gerakan-gerakan indah yang ditampilkan dua penari jalanan tersebut. Kepala Chan mengangguk-angguk mengikuti irama musik yang mengiringi tarian mereka. Hiphop, dance, B-boy. Ya.

Wings [If These Wings Could Fly]▫[Seokmin & Soonyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang