3 | Sakit, Ya?

4.6K 432 14
                                    

H A P P Y N E W Y E A R💜🎉🎉🎆

Semoga di tahun ini kita semua diberikan kesehatan, rezeki yang berlimpah dan kebahagiaan, serta dijauhkan dari orang-orang yang toxic💜


—————

Kana sedaritadi tak henti-hentinya tersenyum malu menatap pria yang tengah sibuk memainkan ponsel di hadapannya usai merampungkan makanannya. Ternyata efek yang Jungkook berikan tadi padanya cukup berpengaruh pada seluruh tubuhnya, terutama pipi dan bibir Kana yang tidak bisa diajak kompromi.

Panggil Daddy saja kalau mau.

Astaga! Apa pria itu tidak memikirkan terlebih dahulu perkataannya itu? Kana benar-benar tidak habis pikir.

Mungkin terdengar sepele bagi siapapun yang mendengarnya. Tetapi tidak untuk Shin Kana yang otaknya sudah terkontaminasi. Dirinya sering membaca dan menonton sesuatu yang romantis dan erotis, dan panggilan 'Daddy' lebih sering digunakan oleh seorang gadis yang menjadi kepemilikan seorang pria dewasa di novel-novel yang Kana baca. Tentunya panggilan tersebut tertuju ke hal-hal yang erotis. Mengundang bulu kuduk Kana meremang ketika memikirkan novel-novel yang sering ia baca di waktu senggang.

"Noona kenapa? Sakit, ya? Mukanya seperti tomat yang sudah matang," celetuk Jihoon yang sedaritadi memang memerhatikan Kana.

"T-tidak, kok." Kana memegang kedua belah pipinya, menutupi rona merah yang sepertinya tidak mau hilang.

Jungkook pun seketika menoleh ke arah Kana yang terlihat salah tingkah. "Apa kau masih memikirkan perkataanku tadi?" godanya pada Kana yang semakin kalang kabut.

Shit! Kenapa si Jeon itu gemar sekali membuat gadis perawan sepertinya mati hanya karena ucapan dan tatapannya?

"A-aku mau ke belakang dulu!"

Kana bergegas meninggalkan kedua insan yang menatapnya bingung. Sepersekon kemudian, Jungkook tergelak membuat buah hatinya semakin bingung. "Daddy kenapa? Sakit juga?" Jihoon memegangi dahi ayahnya yang terekspos bebas.

"Daddy sedang bahagia, Hoonie."

"Siapa yang membuat Daddy bahagia?" tanya Jihoon dengan inosen.

"Seorang gadis yang tadi duduk di depan Daddy." Jungkook terkekeh melihat buah hatinya yang tampak berpikir keras, lalu melotot dengan mulut yang terbuka lebar dalam satu waktu. "Apakah Kana Noona?!" Kontan Jungkook menempelkan jari telunjuknya pada bibir mungil anaknya. "Jangan keras-keras, nanti dia dengar."

"Wahh... Apakah Daddy jatuh cinta pada Kana Noona?" tanya Jihoon dengan nada menggodanya seraya menyatukan ibu jari dan jari telunjuk sehingga membentuk sebuah hati yang tak beraturan.

"Tidak, Hoonie. Daddy hanya senang melihat Kana Noona malu-malu seperti tadi."

"Eh---anak Daddy tahu dari mana soal jatuh cinta, hm?"

"Hoonie sering melihat dari film yang Daddy tonton."

Jungkook terkejut dengan ungkapan polos anaknya yang masih berusia enam tahun itu. Memejamkan mata sejenak dan menghela napas, Jungkook lantas mendekatkan wajahnya ke arah sang anak. "Dengar... Hoonie tidak boleh menonton itu lagi. Hoonie belum cukup umur untuk melihatnya, jadi---Hoonie hanya boleh menonton Pororo, dan kartun lainnya. Mengerti?"

Jihoon mengangguk dan mendorong wajah Jungkook agar menjauh. "Napas Daddy seperti kotoran Miri."

Jungkook merasa tertohok  tergelak dengan kejujuran anaknya yang ajaib itu, pun ia mencubit kedua pipi gembil Jihoon dengan gemas. "Tega sekali Hoonie menyamakan Daddy dengan kotoran anjing." Jungkook memasang wajah sedihnya, namun tak mengundang rasa iba pada Jihoon.

JEON DADDY [ON HOLD] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang