Prolog

76 8 0
                                    

Senja selalu jadi moment favorit untuk semua orang,langit yang menjingga seperti sapuan cat warna di cakrawala,moment ketika matahari mulai menyerahkan singgasananya pada penguasa malam waktu dipenghujung senja yang singkat selalu jadi moment yang ditunggu semua orang.

"Gue dateng kesini bukan untuk lo diemin"Sandi hafal betul suara itu,ia mendongak malas pada pria berwajah datar di depannya,tubuh jangkungnya mengahalangi sinar mentari sore yang menerpa wajah Sandi,kalau dilihat dari bawah Kala jadi kelihatan seperti malaikat yang nyasar kebumi,hanya saja dia nggak punya sayap,walaupun sudah sering melihat Kala tapi tetap saja Sandi masih saja terpana dibuatnya.

"Lo diem aja dulu,nanti gue ajak ngobrol kalau gue udah nggak galau lagi" Sandi menjawab seenaknya,untung Kala orangnya sabar,laki laki itu hanya menghembuskan nafas berat tapi tetap menurut kemudian mengambil tempat disisi Sandi dan memandang kearah yang sama, langit menjingga.

Sekian menit waktu habis sementara yang mereka lakukan hanya duduk diam,masih menatap kearah yang sama walau langit sudah sudah berubah biru pekat, kalau Kala sih, betah betah saja dia memang suka ketenangan mau sampai besok diam disini juga bakal dijabanin, tapi tidak dengan Sandi perempuan itu sudah gelisah sejak tadi, ingin bicara tapi malu karena selalu dengan masalah yang sama,kalau diam dia sakit sendiri.

"Kenapa lagi sama Meda?" Akirnya Kala yang bicara duluan,tahu betul kalau Sandi sudah ingin bicara sejak tadi,perempuan itu mudah ditebak dari gerak geriknya.

Sesuai dugaan,Sandi langsung berbalik menghadap Kala yang duduk tenang disampingnya,laki laki itu tampak menunggu jawaban.

"Brengsek si Meda brengsek dasar Siluman Anjing" Tuh kan, Sandi itu perlu dipancing dulu,tapi bukannya menjawab malah mengeluarkan sumpah serapah.

"Lo tahu kan besok kita ada reuni SMA?" Tanya Sandi menggebu gebu, tapi reaksi sebaliknya ditunjukan laki laki itu.

Kala hanya mengangguk,wajahnya seperti biasa, datar nyaris tanpa emosi.

"Kemarin dia bilang mau nemenin gue buat dateng,terus nyuruh gue nyiapin semuanya buat dia, eh saat semuanya udah gue siapin dengan super cetar di malah nelpon bilang nggak bisa dateng seenak udelnya,mana nggak minta maaf lagi sama gue,bangke nggak tuh?"
Sandi menarik nafas sejenak sebelum kembali melanjutkan kata katanya.

"Dan lo tau alasannya kenapa?" Tanya Sandi dengan ekspresi murka luar biasa pada Kala, sementara kala hanya menggeleng polos sebagai jawaban.

"Dia mau bantuin temennya nyari sponsor buat acara amal, oke gue mengerti kalau dia lagi nabung amal buat keakhirat nanti, tapi ngingkarin janji juga dosa kan?apalagi janji sama pacar secantik gue,hangus hangus dah semua amal tuh anak, seharusnya kan dia tau sitkon dimana harus bantu temen dan diamana saatnya dia memprioritaskan pacar, emang dasar Asu!"

"Jangan ngomong kasar,dosa" Kala mengingatkan.

"Bodo amat,gue lagi kesel!"
Sandi membalas jutek.

Kala hanya mendengarkan membiarkan Sandi berbicara seperti air mengalir tanpa hambatan,inilah kenapa Kala selalu jadi pilihan pertama saat Sandi galau berat,laki laki itu hanya akan mendengarkan dan tidak pernah mencoba menggurui. Bukannya Sandi tidak menerima saran tapi kebanyakan orang seringkali menyuruhnya untuk lebih mengerti dengan Meda,itu sudah konsekuensi yang harus Sandi terima karena faktanya sejak awal dia sudah tau kalau Meda memang secuek itu. Makanya Sandi butuh orang yang hanya akan mendengar tanpa menyela atau mencelanya, Sandi ingin dibenarkan atas tindakanya walaupun ia tahu itu sulit dikatakan benar,tapi bagaimanapun juga manusia yang salah juga ingin ada yang membenarkan tindakannya sekedar untuk meyakinkan bahwa dunia masih menerimanya,iya kan?Sandi juga butuh orang seperti itu saat ini dan dia adalah Kala.

SandiKalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang