Mulai Peka

28 3 0
                                    

Tumben ngejemput, dapet hidayah dari mana??"

"Jemput pacar sendiri emangnya harus dapet hidayah dulu?" Meda justru balik bertanya cowok itu menyandarkan tubuhnya di mobil sembari bersidekap,ia memincingkan matanya menatap heran Sandi yang bukannya senang justru menampilkan ekspresi yang tidak ia duga,dan satu lagi pertanyaannya itu loh, kesannya dia kaya laki laki nggak perhatian.

Padahal emang iya.

Sandi tersipu,pipinya merona serupa buah tomat,cewek itu mengayun ayunkan badannya kekanan dan kekiri sambil menunduk.

Meda menatap Sandi aneh "Muka nggak usah diimut imutin,aneh tau"

Senyum Sandi langsung lenyap digantikan tatapan tajam dibarengi kaki yang dihentakan geram. "Mulut kamu udah kaya bon cabe,bisa nggak sih kalau bicara sama pacar itu manisin dikit?"cecarnya

Meda mendengus,meniup sejumput rambut yang menutupi dahinya.
"Masuk cepet nanti telat!"

"Bukain pintunya !"

"Punya tangan pake dong!"

Sial, Sandi merutuki Meda yang suka rada rada,kadang bicaranya kelewat dikit tapi sekalinya ngomong banyak suka nyakitin kuping sama hati.

Sandi mendengus menghentakan kakinya keras,Sengaja, agar Meda tahu dia sedang marah,pintu mobil juga dia tutup nggak kalah keras untung nggak sampai lepas. Sandi tau Meda melirik kearahnya tapi laki laki itu tak bicara apa apa melainkan langsung tancap gas dan fokus menyetir.

Sandi juga tak mau kalah,dia nggak mau bicara duluan,gengsi, biar kali ini Meda yang duluan mengajaknya bicara,tapi sekian menit berlalu Meda masih betah berdiam diri menikmati perjalaanan pagi ini sambil sesekali bersenanadung kecil,Sandi berkali kali melirik kearah Meda,berharap cowok itu mengajaknya bicara duluan.

"Kamu kenapa lirik lirik gitu?"

"Nggak" Ketus Sandi

Meda mengerinyit"Kamu marah?"

"Nggak"

Meda mencibir dalam hati,cewek kenapa selalu munafik sih sama perasaan sendiri?,ditanya marah,jawabnya nggak padahal iya,ditanya sakit jawabnya nggak apa apa sok tegar padahal rapuh,kadang kadang dia berfikir kenapa sih susah banget buat jujur sama perasaan sendiri?yang kaya gini nih,yang selalu bikin cowok kelihatan nggak peka padahal ceweknya sendiri juga nggak mau jujur, Meda selalu berfikir pacaran itu bukan untuk saling kode mengkode supaya salah satunya peka,tapi soal percaya dan jujur sama perasaan kalau keduanya mau saling terbuka nggak akan ada istilah kode dan nggak peka,iya kan?

"Nanti turunin aku di Warung Bang Aji aja!" Ucap Sandi tiba tiba.

Meda menautkan kedua alisnya"Kenapa gitu?"

Sandi menatap kearah Meda "Mau beli cendol kepala sama hati aku lagi panas"

"Nggak usah nanti telat"

"Kelasku baru mulai jam dua belas nanti!"

Kedua bola mata Meda membeliak terkejut ia menginjak rem mendadak tepat didepan warung Bang Aji saking mendadaknya tubuh mereka berdua sampai terdorong kedepan,untung jalanan lagi sepi.

"Kamu mau mati ya?" Sembur Sandi pada Meda sementara cowok itu menatapnya dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Terus ngapain kamu berangkat jam tujuh pagi,monyet!"

"Kan kamu mau jemput aku, jelek!"

"Harusnya kamu bilang,aku kira kamu dapet kelas pagi!"

"Kamu jarang banget,eh hampir nggak pernah malah jemput aku,ya kali aku nolak pas kamu bilang mau jemput sekarang!" Ucap sandi,kedua tangannya ia lipat didepan dada kemudian memandang Meda tidak suka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SandiKalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang