Hujan turun deras malam ini,secara dramatis menambah kesan kelam dari pekatnya malam,awan hitam terlalu rakus memakan langit sampai bulan dan bintang tidak punya celah menampakan diri akibatnya langit tidak punya cahaya malam ini bahkan kunang kunang sekalipun enggan menampakan diri. Hawa dingin juga tak mau ketinggalan menambah dramatis suasana, dinginnya menyusup sampai ketulang tulang tapi anehnya Kala justru hanya memakai kaos tipis dan celana training seakan kebal akan angin dingin yang dihadiahi hujan padanya.
Kala berdiri didepan jendela kamarnya yang dipenuhi bulir bulir air setelah disinggahi hujan,matanya menatap sebuah audi hitam yang masuk melewati pagar kemudian menghembuskan nafas berat,Kala melirik sekilas pada jam dinding,lagi lagi ia hanya bisa tidur kurang dari empat jam.
Kala melangkah keluar kamar,menjejaki satu persatu tangga lalu menyambut dua orang cowok berpenampilan luar biasa kacau saat dia membuka pintu,matanya menatap sekilas cowok yang menyangga tubuh Lingga,Kala tau dia adalah salah satu teman Lingga,tapi mereka tak pernah saling bicara. Kemudian Kala mengambil alih tubuh Lingga yang sudah tepar dan membawanya menuju ruangan dilantai dasar,sementara cowok yang tadi mengantar Lingga mengekor dibelakangnya.
"Abang lo ma..."
Belum sempat cowok itu menyelesaikan kalimatnya Kala sudah memotongnya lebih dulu
"Gue tau"
Mendengarnya cowok itu langsung kicep,ternyata bener rumor yang beredar diantara teman temannya bahwa Lingga punya adik serupa es gelontongan.
"Oh,oke"
Kala membaringkan tubuh Lingga diatas kasurnya,semua hal ia lakukan dengan telaten mulai dari menggantikan baju,sampai membersihkan tubuhnya,ini seperti sebuah kebiasaan yang memuakan bagi Kala karena dia harus rela mengurangi jam tidurnya secara ekstrem hampir setiap malam karena Lingga hampir selalu pulang tengah malam atau subuh dengan keadaan seperti ini,Lingga memang tidak menyuruhnya menunggu tapi Kala tak pernah bisa untuk tidak perduli pada Lingga, hanya ini yang bisa ia lakukan untuk Lingga saat kata katanya tak pernah didengar,sudah berulang kali Kala mewanti wanti untuk tidak minum minun sampai kobam begini,tapi Lingga tak pernah mau mendengar,ucapannya seperti angin lalu.
"Lo nungguin Lingga tiap malem?"
Kala melirik kearah cowok yang tadi mengantar Lingga yang tengah menyender didinding,lalu ia mengangguk sebagai jawaban."Lo masih kuliah kan?,nggak ngantuk lo pas dikampus gara gara tiap malam begadang mulu?"
Kala menggeleng sambil menarik selimut sampai sebatas dada Lingga "lo tunggu di dirung tamu dulu"
Cowok itu sedikit terkejut saat Kala memanggilnya tanpa embel embel abang atau kakak padahal ia yakin Kala pasti tahu umurnya lebih tua.
"Oke"
Beberapa menit menunggu akirnya Kala keluar dari kamar Lingga ia langsung melangkah menuju dapur,beberapa saat kemudian Kala muncul dengan sebuah nampan berisi dua cangkir teh panas ditangannya, ia menyuguhkan secangkir teh yang masih mengepul pada teman Lingga dan secangkir lagi untuk dirinya sendiri.
"Nggak ada kopi?" Tanya cowok yang sampai saat ini Kala tidak ketahui namanya, Kala Meliriknya sekilas agak kesal.
"Eh nggak usah teh juga nggak apa apa"ucap cowok itu kemudian setelah melihat pandangan tak suka dari adik temannya itu.
"Gue Raga Adinata Purwadanirja,panggil gue bang Raga atau aga,nggak pake embel embel abang juga boleh" cowok bernama Raga itu memperkenalkan diri lalu menjulurkan tangannya,Kala menyambut uluran tangan Raga "Kala" jawabnya singkat.
"Ben dimana? Kenapa bukan dia yang nganterin bang Lingga?"
Cowok itu mengerti kenpa Kala menanyakan Ben,karena biasanya saat Lingga tepar dia yang langsung nganter pulang "Dia juga lagi mabuk,jadi nggak bisa nganterin abang lo,jangankan nganterin jalan lima langkah aja kudu dibantuin"
KAMU SEDANG MEMBACA
SandiKala
Teen FictionSandiKala itu punya banyak arti,bisa berarti senja,bisa berarti pertemuan dua sisi dunia,gelap dan terang juga bisa berarti gabungan dua nama sahabat. Mereka Sandi dan Kala yang punya kehidupan persis seperti arti nama mereka. Mereka ada untuk salin...