Mendapatkanmu tak semudah
membalikkan telapak
tanganku~•••
Sesampainya Bagas dan Naya disekolah, Naya langsung berkeringat dingin.
Ia gugup, perasaannya campur aduk. Banyak pemikiran yang tak menentu dibenak Naya.
Bagas memegang tangan Naya, "Udahlah Nay, ga usah gugup gitu, anggap aja mereka hanya angin lewat,"
"Gimana ga gugup coba gas, nanti gue dikira pelakor hubungan lu sama Amara," jawab Naya sedikit kesal.
"Percaya sama gue," balas Bagas sambil menatap mata Naya.
"Hufffttt iya deh," pasrah Naya.
Mereka berdua pun turun dari mobil. Para murid cewek pun mulai berbisik bisik tentang Naya dan Bagas.
'Eh itu kan Bagas sama Naya,' kata salah satu murid cewek kepada temannya.
'Eh iya kok bisa sih, padahal kan Bagas udah sama Amara, ih dasar cewek ga punya malu,'
Sayup sayup telinga Naya mendengar suara bisikan-bisikan para siswi siswi.
"Ngomongin apa lo?," Bagas memunculkan suaranya dengan aura dinginnya.
"Engg..a gas," Kedua siswi itu pun bergegas pergi dari hadapan Bagas dan Naya.
Bagas merangkul bahu Naya, "Udah lah ga usah di pikirin, yuk ke kelas," ajak Bagas.
Naya hanya mengiyakan saja, dia sudah badmood pagi ini.
Di sisi lain~
Amara datang ke sekolah dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya. Karena hari ini adalah ulang tahunnya. Ia berharap Bagas masih ingat dengan tanggal ulang tahunnya.
Namun, senyuman itu perlahan memudar saat melihat Bagas merangkul Naya di tempat umum seperti ini.
'Ku kira Bagas benar benar mencintaiku, namun itu hanyalah khayalanku saja. Ternyata dia masih mencintai wanita yang sejak lama mengisi hidupnya' batin Amara, dan air matanya pun sudah mulai berjatuhan.
Amara pun berlari dengan sekuat tenaganya.
"Bruukkk.."
"Awww.." Ringis Amara, ia menabrak punggung seseorang, lalu ia jatuh ke lantai yang menyebabkan lututnya berdarah.
"Lu kalo lari pake mata dong," Seru cowok itu. Lalu, cowok itu membalikkan badannya menatap ke arah Amara yang masih belum beranjak dari lantai.
"Ya maaf," Cicit Amara, sambil meringis kesakitan.
Laku cowok itu berjongkok sambil memeriksa lutut Amara, "Ini berdarah, kenapa ga segera diobatin, ayo ke UKS," seru cowok itu.
"Gue ga bisa jalan," Cicit Amara.
"Yaudah, yuk gue gendong aja,"
"Ehh, engg..a usah, gue bisa jalan sendiri,"
Amara pun mencoba berdiri, karena ia tidak mau digendong oleh seorang cowok yang tidak dikenalnya.
Tetapi Amara hampir saja terjatuh lagi kalau cowok itu tidak menangkap tubuh Amara.
"Udah gue bilangin kan, kalo ga bisa ga usah dipaksa," Omel cowok tersebut. Kemudian, ia segera menggendong Amara secara bridal style.
Sepanjang jalan menuju UKS, banyak pasang mata yang menatap mereka. Banyak kaum hawa yang memuji ketampanan si cowok tersebut, namun banyak juga yang merasa iri, karena dirinya tak seberuntung Amara yang bisa digendong oleh cowok yang kadar ketampanannya melalui batas maksimal.
Amara berharap kepada Bagas saat melewati Bagas dan Naya yang saat itu juga berada di koridor sangat mengkhawatirkan kondisi Amara.
Namun, harapan Amara tidak sesuai kenyataannya, Bagas hanya melihat Amara tanpa ada rasa khawatir sedikit pun.
Hati Amara sedikit teriris karena hal itu, tetapi ia juga sadar, bahwa ia tidak bisa terus terusan bergantung kepada Bagas, karena Bagas mempunyai kehidupannya sendiri. Tidak hanya mengurusi dia si cewek lemah yang berharap cintanya di balas oleh Bagas.
Sesampainya di UKS, cowok itu membaringkan tubuh Amara perlahan di ranjang UKS.
"Emm, kalo boleh tau, lo siapa?" Tanya Amara yang sejak tadi sudah memendam perasaan kepo di dalam hatinya.
"Gue? Perkenalkan nama gue Gabriello Zendravie Zevallo, cowok terganteng di SMA Garuda ini," Ujar cowok yang bernama Gabriello itu dengan tampang sok PD-nya.
"Kalo gue panggil lo Iel boleh?" Tanya Amara dengan cengiran khasnya.
"Terserah lo, gue mah bebas mau dipanggil apaan, dipanggil sayang juga boleh kok," Ujar Iel dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Eww, muka lo biasa aja kali," Amara terkekeh sambil mendorong wajah Iel yang semakin mendekat ke arahnya.
"Nama lo Amara kan?" Tanya Iel
"Lo tau dari mana, perasaan gue belum nyebut nama gue disini,"
"Tuh, gue lihat di name tag lu," Ujar Iel sambil menatap name tag Amara.
"Eh lo jangan sembarangan liat ya, modus aja mau lo,"
"Eh lo aja ya yang ambigu,"
"Alah lo itu yang modus,"
"Lupakan masalah itu, oh iya luka lo belum di obati ya? Bentar gue panggilin anggota PMR itu,"
'Cowok ini ternyata tak seperti yang gue kira,' Batin Amara.
Iel lalu mendekat ke arah anggota PMR yang sedang berjaga di UKS.
"Eh dek tolong obatin temen gue ya, gue mau ke kelas dulu," Ucap Iel kepada salah satu anggota PMR yang merupakan adek kelasnya.
Iel berjalan mendekat ke ranjang Amara yang di belakangnya diikuti anggota PMR yang membawa obat obat untuk Amara.
"Ra, gue tinggal ke kelas dulu ya, udah bel, maaf juga atas kejadian tadi," Ujar Iel dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.
Lalu Iel mengacak-acak rambut Amara saking gemasnya ia dengan cewek yang menabraknya tadi.
"Ishh, jadi berantakan gini," Kesal Amara mengerucutkan bibirnya.
"Hush hush pergi sana," Usir Amara kepada Iel.
"Iya iya Tuan Putrinya Iel yang tampan se-dunia ini," Ujar Iel yang membuat pipi Amara menjadi panas
"Ha ha ha ha," Tawa Iel karena melihat pipi Amara yang sudah seperti kepiting rebus.
Naya segera menutupi wajahnya dengan bantal yang ada di belakangnya.
"IEEELLLLLLL," Teriak Amara, karena ia sudah dibuat malu olehnya apalagi melihat ada adek kelas yang sejak tadi melihatnya sambil terkekeh sesekali.
Anggota PMR yang sejak tadi melihat adegan drama itu segera berjalan mendekat ke ranjang Amara, untuk mengobati luka di lutut Amara.
'Ya tuhaaannn, gue seneng banget tapi gue juga maluuuu,' Batin Amara.
•••
Hay guys, gimana chapter ini?
Kelihatannya Amara udah move on atau belum ya dari Bagas?Jangan lupa di vote ya guys❤️
Maafin author ya kalu masih banyak typo, atau kata yang kurang pas😁
Miss you❤️