Larsha dengan gelisah meremat ujung rok mini hitamnya hingga terlihat sedikit lusuh. Entah mengapa ia merasa begitu gugup saat ini. Karena hari ini adalah hari pertama ia menjabat sebagai seorang sekertaris pribadi CEO perusahaan tempat ia bekerja. Ia tak pernah bertemu dengan sang CEO meski sebelumnya ia adalah karyawan diperusahaan besar itu.
Banyak ia mendengar kabar berita yang beredar seputar CEO itu. Yang ia dengar CEO itu adalah pengusaha yang cukup dingin dan kejam pada para pesaing dan musuh-musuh bisnisnya. Ia bahkan tak segan menendang keluar karyawan yang dipandangnya tak cukup pantas dan ahli dalam bidangnya. Dan itulah salah satu alasan yang membuat Larsha kali ini merasa takut bercampur gugup. Ia takut CEO itu tak puas pada dirinya dan segala hasil kerjanya. Namun,Larsha berusaha membuang semua rasa takutnya. Ia hanya harus bekerja keras dan mengumpulkan uang untuk melunasi hutang ayahnya yang menumpuk.
"Nona Larsha." Ucap seseorang membuyarkan lamunan Larsha.
Larsha mendongak menemukan seorang pria yang ia kenal sebagai investor di perusahaan itu sekaligus teman dekat sang CEO.
"I-iya pak." Jawab Larsha sambil berdiri dan tersenyum.
"Ikutlah denganku. Kita akan bertemu dengan pak Rafael." Ucap pria tersebut.
Larsha pun menuruti perintah pria itu. Mereka berdua lalu berjalan melewati ruangan demi ruangan hingga sampai disebuah ruangan yang cukup besar.
Pria yang ada bersama Larsha pun mengetuk daun pintu yang terbuat dari kayu mahoni.
"Masuk." Sebuah jawaban dengan nada tegas menyuarak masuk ke indra pendengar Larsha.
Pria itu pun langsung membukakan pintu dan mempersilakan Larsha masuk. Dengan langkah hati-hati Larsha masuk kedalam ruangan itu dan sedikit memperhatikan sekeliling.
Ia dapat melihat seorang pria yang duduk dikursi kebesarannya kini membelakanginya dan sang investor menghadap ke sebuah jendela kaca besar yang terletak tak jauh dari meja kerjanya.
"Aku membawa sekertaris baru mu. Aku harap kualitas yang kali ini memenuhi keinginanmu." Ucap investor tersebut.
"Terimakasih,Ronald."
Larsha dapat melihat pria itu berdiri dengan tegap,memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana kerjanya. Diam sesaat menatap lurus sambil masih memunggungi Larsha dan pria bernama Ronald itu.
Namun seperdetik kemudian pria itu berbalik dan berjalan memutari meja kerja yang berukuran persegi panjang kemudian mendudukkan pantatnya ditepi meja itu.
Untuk sesaat Larsha tertegun melihat CEO yang tengah berdiri didepannya. Yang dilihat Larsha adalah pria muda yang mungkin berusia 25 tahun dengan alis hitam mendominasi menunjukkan gambaran ego yang tinggi,mata yang tajam menusuk,serta rahang ketat yang membuatnya terlihat kian tegas.
Larsha buru-buru menunduk disaat matanya beradu pandang dengan mata sang CEO.
"Aku sudah membawanya. Ia adalah Larsha,gadis dengan kinerja yang hebat. Aku rasa kau akan puas dengan hasil kerjanya." Ucap Ronald memperkenalkan Larsha pada CEO tersebut.
"Larsha,dia adalah Rafael Sia Alexander. Orang yang akan kau bantu dalam setiap tugasnya. Aku harap kau bisa menjalankan tugasmu dengan baik dan teliti." Kini gantian Renold memperkenalkan CEO bernama Rafael itu pada Larsha.
"Rafa. Aku harus pergi. Permisi" Tak ada sahutan dari CEO tersebut. Renold pun berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Setelahnya hening yang ada. Tak ada yang bersuara,entah Larsha ataupun CEO muda itu. Larsha masih menunduk gugup berharap CEO nya itu memberi tugas agar ia tak perlu berdiri diam seperti ini. Padahal kalau di pikir lagi seharusnya ia yang memperkenalkan diri. Sedangkan CEO itu terus memandangi Larsha dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Siapa namamu?" Setelah beberapa saat,sang CEO pun memecah keheningan. Suaranya terdengar tenang namun tegas.
"Sa-saya. Larsha luges,pak." Jawab Larsha mencoba menenangkan diri.
"Kau ingin menunduk sepanjang hari? Apa kau tidak punya kepercayaan diri?"
Mendengar itu buru-buru Larsha mengangkat wajahnya menatap CEO nya. Berusaha mati-matian untuk bertahan menatap wajah tegas milik atasannya.
Sedangkan CEO bernama Rafael itu terus menatap lurus kearah sekertaris pribadinya yang baru itu. Gadis yang terlihat begitu segar,cantik,dan ehm, ya sexy.
Dengan langkah ringan Rafa mendekati Larsha yang kembali menenduk takut. Dalam sekejap saja tubuh kekar Rafa sudah berdiri tegap dihadapan Larsha.
Rafa terdiam mengamati setiap inchi wajah Larsha. Agak tekesima dengan iris mata coklat terang Larsha yang kuat namun menyiratkan kelembutan didalamnya. Alis hitam tebalnya yang mendominasi membuat ketajaman sedikit tersirat diwajah wanita itu. Bibirnya yang merah merekah menggoyahkan iman Rafa yang memang tergolong pria mesum.
"Garlock Luges." Rafael berucap sambil melepaskan dagu sekertarisnya itu.
"Ma-maaf." Larsha berujar. Tak mengerti maksud pria itu menyebutkan nama ayahnya.
"Garlock. Bukankah ia mendekam dipenjara?" Tanya Rafa pelan.
Larsha hanya menunduk diam mendengar itu. Mencoba menebak arah pembicaraan yang pria ini maksud.
"Berapa hutang yang dia punya? Dua juta? Tiga juta? Atau empat juta dolar?"
Larsha menggigit bibir bawahnya. Siapa sebenarnya pria ini. Kenapa ia tau jumblah hutang yang dimiliki ayahnya. Dan itu teralu lancang bagi Larsha. Ketika seseorang yang baru di temui nya sudah berani bertanya tentang hal-hal yang seharusnya menjadi privasi.
"Kau membuatku jengah." Ucap Rafa. Dengan cepat ia merengkuh tubuh Larsha dan meraih bibir gadis itu dengan bibirnya.
Butuh waktu beberapa saat bagi Larsha untuk menyadari apa yang terjadi hingga akhirnya ia mulai gerak memberontak saat merasakan sesuatu yang hangat dan basah membelai langit-langit mulutnya.
Tapi tidak! Rengkuhan itu terasa sekuat belitan ular piton hingga berhasil membuat Larsha sesak.
Sebuah gerakan yang memaksa gadis itu untuk mengimbanginya dalam rasa panas.
Ketika Larsha kehabisa nafas,barulah serangan gila itu terhenti. Membuat Larsha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
"Ini hanya perkenalan,Larsha. Bila kau mau menurutiku untuk memberikan apa yang aku mau. Maka aku bisa membebaskan ayahmu dari penjara dan vonis mati itu."
"Bagaimana?!"
Seperti di tampar, Larsha kembali kepada kenyataan yang ada di depannya.
"Kau mendengarkan ku?"
Rupanya yang tadi hanyalah khayalan Larsha semata.
"Ma-maaf pak."
Larsha mendengar hembusan napas kasar dari Rafa.
"Kau belum menjalankan tugasmu namun sudah tidak fokus seperti ini."
Larsha menunduk mendengar itu.
"Aku tidak pernah menerima kecerobohan sekecil apapun dalam pekerjaan. Aku ingin semuanya terurus dengan rapi dan teliti."
"Ba-baik pak. Maafkan saya. Kejadian ini tidak akan terulang kembali."
Rafa berjalan menjauh dan duduk di kursinya.
"Aku tidak peduli apapun itu. Namun kau harus datang setiap kali aku membutuhkan mu. Itu adalah konsekuensi mu menjadi sekertaris ku. Separuh tugasku adalah kewajibanmu. Dan aku mengharapkan kerja sama mu."
"Baik pak."
"Rasanya seperti tidak asing" fikir Larsha
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Of Lust And Death With My CEO||LENGKAP!
RomanceBelum di revisi. Ketika masih labil dan acak-acakan Mulai ditulis dengan goresan tinta di buku diary pada 2017 Dan di publikasikan pada 2018 05 january 2019 ✔🎖1 wattsy2018✔ ✔🎖1 hiburan✔ ✔🎖1 reading✔ ✔🎖6 indonesiamembaca✔ 5 February 2019 ✔🎖1 in...